Jihoon langsung ngeluarin buku kramat itu. Dilanjutkan oleh Arin yang ngebuka buku itu dan membacanya sampai habis.
41
'Sudah semakin dekat, bukan?'
42
'Bahkan pemeran utama sudah membukanya.'
43
'Sebentar lagi, sang utama domba akan mengetahui masa lalu.'
44
'Dan bisa juga sang utama domba tak selamat.'
45
'Sebentar lagi berpisah, bukan? Hahaha.'
46
'Ada sang utama guardian, mungkin kalian sadar atau tidak? Hahaha.'
47
'Pembunuh? Kalian akan tahu siapa.'
48
'Taruhan nyawa? Masih ingat siapa?'
49
'Kurasa tidak, hahaha.'
50
'Cinta, tangis, darah.'
51
'Bersiaplah untuk berpisah.'
52
'Selamat berkeliling dunia masa lalu.'
53
'Kau target selanjutnya, peran utama domba.'
54
'3 domba.'
55
'9 keledai.'
56
'Takdir bisa diubah atau tidak, tergantung akan kalian.'
57
'Ini bukan tulisan sang penulis, ini tulisan saya yang dibunuh oleh sang penulis.'
58
'Guardian dalam cerita ini ada di dekat kalian.'
59
'Dia pelindung kalian, dia yang kuperintah untuk membalas dendamku.'
60
'Tolong, 10, 10, 10, hanya 10.'
Dan setelah itu, lembaran buku kosong tanpa adanya tulisan lagi.
Sungguh, keadaan dan situasi yang cukup membingungkan."Rin? Gak ada lagi?"
Arin cuman ngegeleng sambil ngebolak-balikin lembar kertas itu berharap ada petunjuk, cuman nihil.
"Hoon, gak ada, Hoon. Gua udah pernah bilang kan cerita ini gantung. Siapa pemeran utama domba? Siapa yang dibunuh sama penulis? Hoon, gimana ini."
Jihoon cuman diem dan tetep ngeratin genggamannya pada tangan Arin.
Sampe tiba-tiba badan Arin seolah dimasuki oleh sesuatu."Uhuk! Uhuk!"
"Rin? Lu gak apa-apa?!"
Mark yang baru aja keluar kamar, langsung lari kearah Arin yang sedang ditenangkan oleh Jihoon.
Cowok itu cuman natep Mark kaget, sumpah dia gak mau salah paham lagi sama nih bule satu.
"Jangan salah paham lu, Mark."
"Gua ngerti, santai aja elah. Ini Arin kenapa?"
Mata yang tertutup itu kini kembali terbuka.
Pemandangan pertana yang ia lihat adalah Jihoon yang emang sedari tadi ada di hadapannya."Hoon, gua yang bakal ngeliat masa lalu ini buku. Lu tetep jaga gua, jangan sampe Woojin dateng sebelum gua beres."
"Kamu yakin, Rin?"
Netra itu langsung menoleh kearah Mark yang baru ia sadari bahwa cowok itu ada juga di sebelahnya.
Senyuman lembut itu meyakinkan sosok Mark bahwa dia baik-baik saja. "Kamu cuman perlu jaga aku, sama kayak Jihoon."
Dan setelah itu netra cantik itu kembali bersembunyi pada kedua kelopak mata milik Arin.
Genggaman tangannya pada Jihoon semakin erat, cowok itu juga gak ngerti apa yang sahabatnya lihat saat nutup mata tadi.
"Gua yakin lu bisa. Lu cuman liat dan cari tau, abis itu balik lagi, karena kita di sini butuh lu, oke?"
Gak ada jawaban dari Arin, hanya tetesan air mata yang keluar dari sana. Entah menandakan apa.
Keadaan semakin dingin saat gak ada yang mulai pembicaraan dari Jihoon maupun Mark.
Sampe, cowok berdarah Kanada itu mengelus lembut surai cokelat muda milik Arin.
"Hoon, mungkin gua bakal nyusul Kangmin malem ini ja--"
"Mark."
"Jangan potong omongan gua dulu, Hoon."
Jihoon merapatkan kedua bibirnya lagi, melihat seorang Mark akan berbicara serius kali ini.
Netra itu terlihat sendu dan nampak rautan sedih di sana.
"Bukannya domba cuman lu, Arin, sama Woojin. Jujur aja, gua curiga sama si buduk. Mungkin, Arin, lu peka sama sikap gua yang aneh sama dia. Dan gua? Gua cuman keledai yang bakal mati setelah Chaeyoung, gua gak tau bakal gimana gua mati. Tapi, gua punya satu permintaan sebelum gua ninggalin dia."
Ia selipkan surai hitam Arin ke daun telinganya, mungkin ini bakal jadi saat terakhirnya buat dia liat ceweknya dari jarak yang deket kayak gini.
Dan mungkin, aktifitas bercintanya tadi juga merupakan kegiatan terakhirnya bersama cewek itu.Mark bakal ninggalin Arin selamanya.
Kisah cintanya mungkin akan berakhir sebentar lagi, jika tuhan mengizinkan hatinya dan cintanya tetap dan utuh hanya untuk Arin, walaupun ia sudah gak lagi di sampingnya.Buliran cairan bening itu mulai menetes, membuat seorang Jihoon sedikit terkejut melihatnya.
"Kenapa lu nangis?"
"Ah? Hahahaha."
Tawa itu seakan pedih untuk didengar. Disekanya air mata yang sudah jatuh ke pipinyaTubuh mungil gadis itu ia rengkuh ke dalam pelukannya. Menghirup aroma itu sedalam yang ia bisa. Seakan aroma itu tak akan bisa ia hirup lagi nanti.
Gak peduli apakah cewek itu terganggu dalam alam bawah sadarnya.
"Hoon."
"Napa, Mark?"
"Pas gua pergi nanti, tolong gantiin posisi gua untuk Arin, tolong jaga dia. Jangan buat dia merasa sendiri. Gua tau lu suka sama dia, jadi gua percaya sama lu."
T
B
C
KAMU SEDANG MEMBACA
Never ♤ 99 Liner
Mystery / ThrillerDipermainkan sama sebuah buku kramat, dan gilanya apa yang tertulis di sana menjadi kenyataan Dan setiap perbuatan pasti akan ada balasannya, apakah ini? Semuanya seakan lenyap dalam satu jentikan