Gue menatap langit penuh bintang malam ini. Hari ini hari paling membahagiakan bagi semua anak SMA kelas 12. Mereka dinyatakan lulus dari jenjang menengah atas ini dengan nilai yang dapat di bilang cukup bagus.
Namun ini bukan malam yang membahagiakan buat gue. Ini malam terakhir gue sebelum gue terikat pertunangan dengan Cera besok.
Ah gue masih kangen sama Karla sekarang. Apa gue ke rumahnya aja ya?
Bodo amat Sam. Ini hari terakhir lo untuk memastikan apa lo nggak gila terus terusan berjauhan sama sahabat lo itu.
●●
"Karl please untuk kali ini aja kita ngomong Karl. Gila gue kangen banget sama lo."
Karla yang saat itu sedang menonton televisi terdiam. Ia sungguh merindukan suara itu.
"Buka aja pintunya Sam. Nggak gue kunci kok."
Gue mendengar itu sedikit lega. Paling Karla masih bertindak halus sama gue.
"Lo mau ngapain ke sini Sam? Oiya gue lupa besok lo tunangan ya. Selamat Sam. Gue turut bahagia sama lo."
Gue tersenyum. Entah tapi gue nggak bahagia.
"Karl kalau boleh gue jujur, gue nggak bahagia dengan pertunangan ini."
Karla menoleh ke arah gue dengan tatapan kaget. Ia pasti kaget sekali mendengar pengakuan gue.
"Kenapa lo nggak bahagia?"
"Karena gue ngerasa lo makin jauh Karl. Kita yang dulu sedekat nadi, nggak bisa di pisahkan lalu semenjak ada Cera di sisi gue semua berubah Karl. Gue bahkan ngerasa kalau gue lebih ngebutuhin lo sahabat gue, adik manis gue, dan onyet gue."
Setetes air mata jatuh dari mata indahnya. Nggak lo nggak boleh nangis. "Lo nggak boleh nangis Karl."
"Lo tau gimana rasanya mencintai dengan tulus tapi orang itu nggak punya kepekaan sama sekali bahkan sama perasaannya sendiri?"
Gue nggak tau. Tapi yang gue tau siapapun orang yang nyakitin lo bakalan berhadapan sama gue.
※※※
Gue benci sama lo Sam. Lo sangat-sangat tidak peka. Lo bahkan nggak tau apa maksud dari semua ini. Gue cinta sama lo Sam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tatap ✔ (Revisied)
Short StoryKarena semua berawal dari tatap. Kita berkenalan. Berawal dari tatap aku tahu bahwa segalanya akan lebih mudah bila tak ada cinta diantara kita. "Karena manusia hanya bisa berharap dan bermimpi setinggi langit. Pada dasarnya hanyalah takdir yang men...