"Raaaa, gue laper."
Kini jam telah menunjukkan pukul 7 malam, dan tidak ada seorang pun yang telah menyiapkan makan malam untuk kedua gadis itu. Ya, memang sesuai jadwal, hari senin seharusnya Kiara lah yang menyiapkan makanan malam. Jadwal tugas untuk menyiapkan makan malam ini bergantian setiap hari antara kedua gadis itu.
Kiara yang sedang sibuk menonton drama korea di laptopnya pun berdecak karena harus mem-pause tontonannya tersebut.
"Order delivery aja sana, Fa. Pesenin gue sekalian, udah ya, jangan ganggu lagi, gue sibuk nih."
Kiara kemudian memasang earpiece nya lagi dan melanjutkan tontonannya. Safa hanya memutar kedua bola matanya melihat tingkah laku sepupunya yang begitu santai, walaupun besok mereka masih bersekolah.
Memandangkan dirinya sudah menyelesaikan tugas sekolahnya, Safa memutuskan untuk pergi ke café di dekat taman kota, yang kebetulan tidak terletak jauh dari apartment mereka. Gadis itu mengambil cardigan birunya dan segera mengorder taxi online untuk membawanya ke destinasi yang dituju.
Tidak sampai tiga puluh menit, Safa sampai di tempat yang dituju. Setelah membayar jumlah yang telah diterapkan, Safa pun keluar dari taxi tersebut dan berjalan masuk ke dalam café.
Tanpa disangka, café tersebut lumayan ramai dengan pengunjung. Kebanyakan pengunjungnya adalah anak-anak muda, seumuran Safa. Hal itu memanglah tidak membuat heran, karena café ini baru saja dibuka satu bulan yang lalu dan designnya yang unik memang sungguh dapat menarik perhatian anak muda untuk hang out di sana.
Safa memilih untuk mencari tempat duduk baginya di lantai kedua, atau yang biasa dipanggil dengan sebutan rooftop. Alasannya, karena dia ingin menatap keadaan langit yang penuh dengan bintang malam itu.
Gadis itu segera menuju ke arah meja kosong disebelah dinding. Sesaat sebelum dirinya duduk, dia melihat segerombolan lelaki yang sedang berkumpul di meja tidak jauh dari tempatnya. Tanpa berfikir negative, Safa pun melanjutkan langkahnya dan duduk di tempat yang telah ia pilih.
Tak lama kemudian, pelayan pun datang dan mencacat makanan yang hendak dipesan oleh Safa. Tak lupa, Safa juga memesan makanan untuk Kiara yang nantinya akan dia bungkus.
Pelayan itu beredar dari pandangan Safa setelah mengulang pesanan Safa, memastikan agar apa yang ditulisnya itu sesuai dengan permintaan Safa. Kini, Safa duduk sendirian di rooftop sebuah café, sambil menatapi langit yang penuh dengan bintang.
**
"Rel, itu bukannya cewek yang tadi lo siram pake Fanta?" Arka menyenggol siku Farrel yang sedang sibuk bermain game di ponselnya. Farrel mendecak dan mem-pause game nya, kemudian melirik ke arah yang ditunjukkan oleh Arka.
"Hm." Hanya itu yang diucapkan Farrel sebelum akhirnya melanjutkan gamenya di ponsel.
Ya, gadis yang dimaksud oleh Arka itu memang Safa, 'si gadis Fanta' seperti apa yang Arka dan Kelvin panggil sepanjang pagi ini.
Arka dan Kelvin adalah sahabat baik Farrel. Mereka bertiga sudah berteman sejak kecil lagi. Dimana ada Farrel, disitu ada Arka dan Kelvin. Begitu juga kebalikannya. Pokoknya, mereka selalu bersama.
"Gila, ya. Kalo diliat dari deket, makin cantik aja." Ujar Kelvin yang kini sedang menatap Safa dengan tingkat keseriusan yang sudah melebihi tingginya monas.
Arka memukul kepala Kelvin, yang disambut dengan keluhan Kelvin.
"Babang Arka jangan pukul Kelvin dong, sakit tau!" ujarnya sambil mengelus kepalanya yang dipukul oleh Arka.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLUE CARDIGAN vs JEANS JACKET
Teen FictionSafa Anindya. Seorang gadis yang telah pindah sekolah sebanyak enam kali dalam hidupnya. Kardigan biru yang diberikan oleh neneknya selalu dipakainya pada hari pertamanya di sekolah barunya. Baginya, itu adalah sebuah 'jimat' untuknya. Farrel Alteri...