Halo semua nya!
Khusus untuk chapter ini, aku recommend banget kalian baca sambil dengar lagu ini.Juicy Luicy - Tanpa Tergesa.
Alasannya sih, karena lagu nya 'klop' banget sama chapter ini, hehe.
Yaudah gitu aja. Jangan lupa tinggalin jejak ya setelah baca. Vote dan comment, biar aku tau pendapat kalian :)
Happy reading!
---
Safa menekan bel apartment dengan lemas, kepala nya terasa pusing memikirkan apa yang baru saja terjadi. Mungkin, sikapnya yang terus menerus memaksa Farrel untuk bercerita sudah kelewat batas dan keterlaluan. Tapi sampai detik ini, Safa yakin bahwa tak perlu bagi Farrel untuk menyentaknya seperti itu. Seakan, keberadaannya ini sudah tak ada guna nya lagi.
Sejujurnya, dia tidak masalah jika Farrel marah sampai membentaknya, karena dia sadar diri dengan kesalahannya. Tetapi, yang membuat rasa sakit yang kian menusuk hatinya ialah kenyataan bahwa lelaki itu tidak menaruh secercah kepercayaan pada dirinya.
Untuk apa berteman, jika ujung - ujung nya tak pernah dipercayai untuk berbagi cerita dan rahasia.
Apa guna nya bersama, jika tak akan mempunyai kesempatan untuk masuk lebih dalam ke lingkaran hidup nya.
Tak sampai satu menit, pintu apartment terbuka, menampilkan Kiara yang kini sudah memandangnya horror.
"Mata lo kenapa bengkak gitu, Fa?"
Biasa nya, Safa akan merasa risih setiap kali Kiara berseru seperti itu. Namun kali ini, gadis itu hanya terdiam, lalu menerobos masuk ke dalam. Energi nya seperti sudah terkuras sepenuhnya. Untuk berbicara saja rasanya tak sanggup.
Safa ingin bercerita kepada Kiara tentang masalah yang tengah ia hadapi, agar beban yang ada di pundaknya tak lagi berat. Tetapi, pada saat yang bersamaan, gadis itu juga merasa bahwa tak adil bagi Kiara jika ia juga harus mengatasi masalah tersebut, yang notabene tidak melibatkan dirinya sama sekali.
Alhasil, Safa hanya menampilkan senyum getir nya. Berusaha semaksimal mungkin untuk meyakinkan Kiara bahwa semua nya baik - baik saja. Walau sebenarnya, manusia manapun tak akan memercayai tipuan bodoh seperti itu.
Tangan Kiara terulur, menahan bahu Safa agar gadis itu berhenti melangkah. Pandangannya kini menatap lurus ke manik mata Safa yang kini sudah kehilangan cahaya sinar nya. Hanya ada tatapan terluka di sana.
"Lo kenapa? Sini, cerita sama gue." Bujuk Kiara dengan wajah bantal nya. Ya, dia memang baru saja terbangun dari tidurnya. Petang tadi ia tak sengaja terlelap karena kelelahan menonton drama korea tanpa henti.
Tak tahan lagi, Safa pun merangkuh tubuh Kiara, mendekapnya erat - erat. Seketika, tangis yang sudah ia tahan sejak tadi pun pecah.
Hampir satu jam berlalu, tetapi kondisi di dalam apartment bernomor 1031 itu masih sama. Safa tak henti - hentinya menyeka air mata yang terus membanjiri wajah nya. Kamar tidurnya kini sudah terlihat seperti kapal pecah—puluhan lembar tissue tersebar di pelosok ruangan. Pertengkarannya dengan Farrel petang tadi masih saja membekas di ingatannya.
Sementara itu, ada Kiara yang sejak tadi duduk di sebelah nya, tangannya mengusap punggung Safa beberapa kali, berusaha menenangkan sepupu nya itu. Jujur saja, dia sebenarnya tidak tahu harus berbuat apa karena ini merupakan pertama kali bagi nya melihat Safa menangis seperti ini, dan yang lebih menyebalkan, dia sama sekali tidak tahu penyebabnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLUE CARDIGAN vs JEANS JACKET
Teen FictionSafa Anindya. Seorang gadis yang telah pindah sekolah sebanyak enam kali dalam hidupnya. Kardigan biru yang diberikan oleh neneknya selalu dipakainya pada hari pertamanya di sekolah barunya. Baginya, itu adalah sebuah 'jimat' untuknya. Farrel Alteri...