Halo semua nya!
Pertama - tama, mau ngucapin buat kalian semua yang udah doain supaya aku cepet sembuh, hehe makasih banget loh doa nya! Makin sayang deh hehehe~Oh iya, biodata Farrel sama fun facts nya aku hapus dulu ya. Lain kali aku upload lagi, barengan sama punya Safa okay~
Untuk ngobatin rasa rindu kalian terhadap SaFarrel, chapter ini bener - bener spesial.
Kenapa spesial? Karena chapter ini yang paling panjaaaang yang pernah aku tulis. Jadi, jangan lupa vote dan comment ya~
Oke deh, happy reading semua!
---Bel pulang sekolah telah berbunyi sejak tiga puluh menit yang lalu, namun Safa masih betah di sini. Di pinggir lapangan basket, menonton para anggota ekskul drum band yang tengah berlatih dengan perasaan nyesek di hati.
Sejak tadi, kaki nya gatal untuk terjun langsung ke lapangan, mengambil alih drum kesayangannya yang kini berada di bawah asuhan orang lain.
Safa hanya bisa menghela napasnya sedih. Semenjak kecelekaannya kemarin, semua orang disekitarnya—termasuk Farrel tentu nya—melarangnya untuk kembali aktif dalam kegiatan ekskul drum band yang memaksa seluruh anggotanya untuk berlatih di bawah panasnya terik matahari.
Berbagai macam alasan mereka berikan, mulai dari yang masuk akal seperti luka di kaki Safa yang masih belum sembuh total, hingga alasan yang membuat Safa geleng - geleng kepala sendiri. Contohnya : pikirannya mungkin terganggu lagi akibat terlalu lelah beraktifitas.
Tapi yang paling membuat Safa gregetan sendiri adalah saat mendengar omongan Farrel ketika lelaki itu ikut menyuruhnya untuk mengundurkan diri dari ekstrakulikuler tersebut.
"Drum itu berat, nanti kamu jadi makin pendek."
Tinggi Safa memang tidak ada apa - apa nya kalau dibandingkan dengan tubuh jangkung Farrel. Jika kedua remaja tersebut berdiri sebelahan, kepala Safa hanya dapat mencapai dada Farrel. Dengan usaha berjinjit sedikit, baru lah Safa bisa menjangkau bahu lelaki tersebut.
Namanya juga perempuan, paling tidak bisa disinggung masalah tinggi dan berat badan. Makanya, usai Farrel melontarkan kalimat yang sebenarnya hanya dimaksudkan sebagai candaan semata, lelaki itu langsung menerima hadiah yang berbentuk sifat cuek Safa terhadapnya selama satu jam.
Iya, Safa hanya bertahan satu jam. Cewek mana sih yang bisa tahan untuk terus mengunci mulutnya saat ada lelaki tampan di depan mereka, mengeluarkan jurus rayuan andalannya hanya demi berhenti mendapatkan silent treatment?
Mulut inginnya terus terkatup rapat, tapi hati kian mendorong untuk berbicara.
"DoraFa jelek!"
Tepukan di bahu dari makhluk paling menyebalkan membuyarkan lamunan Safa. Arsa dengan santainya mengalungkan sebelah lengannya di pundak Safa, tanpa memedulikan gerutuan yang meluncur dari mulut Safa, atau wajah sahabatnya yang semakin ditekuk.
"Idih, pake acara manyun segala. Udah jelek makin jelek aja tuh muka," Sindir Arsa saat menyadari ekspresi cemberut Safa. Ide jahil seketika melintas di pikiran cowok tersebut. Arsa menengadahkan tangannya tepat di dagu sahabatnya. "Awas, nanti bibir lo jatuh,"
Kesal, Safa segera menepis tangan Arsa yang seolah tengah berjaga - jaga sekiranya saja bibirnya terjatuh—hal paling konyol yang pernah ia dengar. Mempunyai sahabat seperti Arsa itu memang butuh kesabaran tingkat Monas. Buktinya, saat Safa sedang galau, bukannya dihibur justru malah digodai.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLUE CARDIGAN vs JEANS JACKET
Dla nastolatkówSafa Anindya. Seorang gadis yang telah pindah sekolah sebanyak enam kali dalam hidupnya. Kardigan biru yang diberikan oleh neneknya selalu dipakainya pada hari pertamanya di sekolah barunya. Baginya, itu adalah sebuah 'jimat' untuknya. Farrel Alteri...