-8-

4.6K 230 11
                                    

Safa tidak bisa tidur. Gadis itu melirik jam dinding di kamarnya yang sudah menunjukkan hampir pukul dua belas malam. Fikirannya masih dipenuhi dengan kejadian ketika jam istirahat tadi, nasihat dari teman-temannya yang mengingatkannya untuk selalu menjaga hubungan baiknya dengan Farrel.

Ponselnya yang diletakkan di atas nakas itu bergetar. Tangannya dengan segera meraih benda pipih tersebut, membaca notifikasi yang muncul di layar ponselnya.

Farrel Alterio : udh tidur?

Safa mengernyitkan keningnya. Tidak biasanya Farrel mengirim pesan tengah malam begini. Kemarin saja lelaki itu menelefonnya hanya untuk menemaninya mengerjakan tugas last minute itu.

Matanya mengerjap. "Kak Farrel?" Ujarnya pelan. Segera dibalasnya pesan tersebut.

Safa : belum. Kenapa kak?

Gadis itu memencet tombol send. Tak lama kemudian, ponselnya bergetar lagi menandakan pesan baru yang kembali masuk.

Farrel Alterio : saya telfon blh? Mau ngomongin tugas utk bsk.

Matanya melebar membaca pesan dari Farrel. Kedua tangannya segera menarik selimutnya hingga sampai ke leher. Sampai akhirnya, ponselnya berbunyi menampilkan nama Farrel di layar tersebut.

Dengan sigap, Safa memencet tombol hijau di layar ponselnya. Suara bariton Farrel yang mulai berbicara di seberang sana pun terdengar.

"Besok pagi kamu bagiin brosur tentang acara ya ke semua murid."

Safa memutar kedua bola matanya. Baru saja diangkat telefonnya dan Farrel langsung memberinya arahan?

"Well, hi to you too, kak," ujarnya dengan nada kesal, membuat Farrel di seberang sana menaikkan salah satu alisnya. Ketika menyadari kesalahannya, lelaki itu terkekeh kecil.

"Sorry, lupa nyapa ya."

Safa hanya menghela nafasnya. Tingkah Farrel yang seperti ini harusnya sudah dapat difahaminya. Lelaki itu kan, memang seorang yang dingin.

"Lagian kenapa gue yang bagiin brosur nya? Kenapa gak yang lain?"

Safa kembali memainkan ujung selimutnya, arahan Farrel itu membuatnya jengkel. Kenapa mesti dia juga yang menyebarkan brosur itu?

Di seberang sana, Farrel yang sedang berbaring di atas kasurnya dibuat bingung dengan pertanyaan Safa tadi. Mengapa Safa?

Lelaki itu berdeham sebelum menjawab pertanyaan itu.

"Karena kamu sekretaris saya." Jawabnya enteng seakan-akan semua hal itu sangat obvious.

Safa lagi - lagi memutar kedua bola matanya. Tingkah ketua osis nya ini memang ada - ada saja. Mereka tidak berbicara beberapa saat, namun hening diantara mereka itu tidaklah membuat mereka merasa canggung. Masing - masing sibuk dengan fikiran sendiri.

"Besok saya gak bisa jemput. Tapi kamu dateng pagi ya ke sekolah."

Safa mengerang mendengar ucapan Farrel. Dirinya harus bangun lebih pagi lagi?

Perasaan gadis itu semakin jengkel. Farrel sengaja membuatnya merasa demikian kah?

"Great! I'll totally see you tomorrow morning, kak. Sebelum matahari terbit pun ku sudah berada di sana." Ujar Safa dengan nada sarkastik.

Lelaki yang berada di seberang sana tertawa di dalam hatinya. Ya memang, dirinya memang sengaja ingin membuat perempuan itu merasa jengkel. Farrel rindu dengan tingkah Safa yang kekanak-kanakan, rindu dengan keberanian Safa yang sanggup menunjukkan amarahnya di depannya.

BLUE CARDIGAN vs JEANS JACKETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang