Hari ini, seluruh murid kelas sepuluh dan sebelas diliburkan sempena berlangsungnya Ujian Nasional bagi pelajar kelas dua belas. Kebanyakan dari mereka memilih untuk bepergian bersama teman, atau ada yang sekedar ingin untuk beristirahat di rumah.
Safa termasuk ke dalam kategori yang kedua. Rencana nya, dia akan mengisi libur empat harinya itu dengan kegiatan yang paling ia sukai : tidur. Karena dengan tidur, otaknya akan berhenti memikirkan segala hal yang selalu membuatnya pusing. Tidur dapat menenangkan hatinya, walau hanya sesaat saja, karena detik ketika mata nya kembali terbuka sempurna, bayangan wajah sosok yang ia rindukan itu pasti akan kembali muncul.
Namun ada kalanya, Safa membenci tidur. Tidak, lebih tepatnya, dia benci bermimpi. Oke saja jika mimpi itu indah, seperti misalnya ketika dia bermimpi pergi berkencan dengan Shawn Mendes—ini jenis mimpi yang ia nikmati. Tapi jika mimpi yang menghiasi tidurnya itu adalah jenis mimpi buruk, manusia mana sih yang suka?
Sialnya, sejak beberapa hari kebelakangan ini, tipe jenis buruk lah yang selalu mengusik kententraman tidur Safa. Buruk di sini bukan berarti horor, zombie dan semacamnya, namun dalam artian sesuatu yang ia hindari malah semakin menghantuinya, seakan mengejarnya hingga ke alam mimpi.
Setiap kali gadis itu memejamkan kedua matanya, kegelapan akan menyambutnya hangat. Tapi itu tidak berlangsung lama karena sesaat kemudian, secercah cahaya akan muncul dari kejauhan, kemudian bergerak pelan mendekatinya, hingga sinar tersebut berubah menjadi wajah sosok lelaki dengan senyum manis yang selalu ia rindukan. Ya, siapa lagi kalau bukan Farrel.
Safa masih tidak mengerti mengapa bayangan Farrel selalu mengisi mimpinya. Kata orang, mimpi terbentuk dari pikiran serta memori yang tersimpan di dalam otak. Safa akui, dia memang tak pernah berhenti memikirkan Farrel—lelaki yang dulu selalu ada di sisinya.
Wajar jika ia merindukan kenangan yang pernah mereka lalui bersama. Karena baginya, semua itu terasa sangat nyata, walaupun dengan mengingatnya dapat menimbulkan kepedihan di dalam hati.
Sempat juga ia dengar, bahwa jika seseorang terus menerus mendatangi mimpi kita, itu penanda bahwa ada sebuah pesan yang ingin mereka sampaikan. Setiap kali Safa terbangun dari mimpinya yang melibatkan kehadiran Farrel, ribuan pertanyaan langsung menyerang benaknya. Kali ini, pesan apa yang ingin lelaki itu sampaikan?
Jujur saja, lama - kelamaan Safa merasa lelah dengan penantian konyol nya ini. Lebih dari dua minggu sudah ia menunggu, berharap Farrel akan kembali menghubunginya, bersedia untuk membuka diri kepada nya. Tapi nyata nya semua itu sia - sia. Yang ada, Safa malah semakin merasa bodoh karena berharap pada sesuatu yang tak pasti.
Ingin rasanya ia melenyapkan semua yang berhubungan dengan Farrel, tapi hati kecilnya seakan menentang keinginan itu. Semakin keras usahanya untuk melupakan, malah semakin nyata semua kenangan itu terasa di benaknya. Benar - benar menyebalkan.
Sejauh ini, hanya satu orang di muka bumi yang tahu pasti mengenai isi hati Safa yang sebetulnya. Orang itu adalah sang mama. Meski jarak memisahkan kedua nya, tapi Safa tak pernah berhenti menceritakan peristiwa apapun yang ia alami, termasuklah masalah yang kini sedang menguji dirinya dan Farrel.
Walaupun berprofesi sebagai dokter spesialis di salah satu rumah sakit ternama di Malaysia, namun sang mama selalu meluangkan waktu nya untuk menjadi tempat curahan hati anak semata wayangnya itu. Apalagi jika sudah berkaitan dengan urusan hati, sesuatu yang tidak pernah Safa bicarakan sebelumnya. Dia tahu, cepat atau lambat, anak gadisnya itu akan merasakan indah nya jatuh cinta.
Sejak pertama kali mengenal sosok Farrel lewat cerita yang disampaikan oleh Safa via telefon, wanita paruh baya itu sudah tertarik dengan Farrel. Menurutnya, Farrel merupakan tipe lelaki baik dan bertanggungjawab, ditambah dengan sikapnya yang cenderung tertutup dan tidak banyak tingkah layaknya remaja lelaki lain jaman sekarang, membuat sang mama yakin bahwa Safa akan aman berada di bawah jagaan Farrel.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLUE CARDIGAN vs JEANS JACKET
Teen FictionSafa Anindya. Seorang gadis yang telah pindah sekolah sebanyak enam kali dalam hidupnya. Kardigan biru yang diberikan oleh neneknya selalu dipakainya pada hari pertamanya di sekolah barunya. Baginya, itu adalah sebuah 'jimat' untuknya. Farrel Alteri...