-5-

6.8K 288 12
                                    

"Lecek amat muka lo."

Kelvin menatap Farrel yang sedang duduk di depannya. Mereka bertiga sedang berkumpul di Warmang, singkatan dari 'Warung Mamang' yang terletak di belakang sekolah mereka. Warung ini kepunyaan Mang Atek, seorang lelaki berumur tiga puluhan asal Bandung. Ini memang tempat 'nongkrong' murid Cendawa. Ramai murid yang datang pada masa istirahat, pulang sekolah dan juga hujung pekan.

Farrel tidak menghiraukan kedua temannya itu. Pikirannya sedang kacau, dipenuhi dengan memori pergaduhannya dengan Safa petang tadi. Entah mengapa, lelaki itu merasa bahwa dirinya tidak dapat marah terhadap gadis itu, walaupun dia sudah dituduh melakukan sesuatu yang tidak dilakukannya. Hal ini justru membuatnya kesal pada dirinya sendiri.

Arka dan Kelvin hanya saling menatap satu sama lain, bingung harus berbuat apa. Mereka hanya memakan mie rebus masing - masing dalam diam. Sedangkan nasib kopi hitam milik Farrel sangat malang, tidak disentuh olehnya sedikit pun.

"Gue cabut." Ujar Farrel sambil meraih jaket jeans nya dan kunci mobil, lalu berlari kecil ke arah mobilnya.

Sepeninggalan Farrel, kedua sahabatnya itu semakin merasa penasaran. Walaupun mereka sudah mengenal betul sikap Farrel , tapi kali ini sikapnya itu benar - benar membuat mereka bingung.

"Si Farrel kenapa, deh?" Tanya Arka setelah menghabiskan mie rebusnya.

Kelvin menyirup kuah mie rebusnya, lalu meletakkan mangkuk itu kembali ke atas meja.

"Lagi galau, kali." Celetusnya sembarangan.

Kelvin memang terkenal di sekolah sebagai seorang yang 'ceplas - ceplos' . Lelaki itu tidak terlalu menghiraukan image nya. Dia selalu mengatakan sesuatu itu apa adanya, namun hal ini lah yang membuat para murid mengaguminya. Menurut mereka, sifat Kelvin ini malah membuat dirinya terlihat jujur dan lucu. Lelaki itu juga mempunyai berbagai lelucon yang sentiasa ia tuturkan, dan lelucon itu selalu berhasil membuat orang di sekitarnya tertawa. Entahlah, menurutnya, itu sudah 'bawaan lahir.' Ditambah dengan parasnya yang lumayan, Kelvin turut mempunyai cukup banyak penggemar di sekolah.

Perkataan Kelvin barusan menyebabkan dirinya mendapat pukulan di keningnya dari Arka.

"Ngasal lo kalo ngomong."

Kelvin terperangah dan berlagak dramatis. "Bang Arka kenapa mukul sih? Sakit tau." Lelaki itu mengusap keningnya, namun Arka malah bergedik geli melihat perbuatan sahabatnya yang gila itu.

"Geli sumpah, Vin. Sana lo pergi." Arka mendorong Kelvin untuk menjauh, namun yang didorong malah semakin mendekatkan dirinya kepada Arka.

Lelah dengan perbuatan temannya itu, Arka sengaja berdiri secara tiba-tiba, membuat Kelvin jatuh tersungkuk ke arah kursi.

"Emang enak."

Arka berjalan kembali ke mejanya sambil membawa sebuah piring berisikan gorengan.

"Tapi serius, itu Farrel kenapa? Gak biasanya dia begitu. Kayak yang gelisah."

Diantara Kelvin dan Arka, Arka memang lebih peka terhadap sekitar, terutama tentang sahabatnya yang dingin itu. Arka lebih memahami perubahan sifat kawannya itu.

Kelvin hanya sibuk memakan gorengan pemberian Arka, tak begitu mengambil pusing mengenai sikap Farrel tadi.

"Gue gak tau, Ka. Kan gue gabisa baca pikiran Farrel."

Arka mengambil gelasnya yang berisi kopi hitamnya itu, menyeduhnya lalu kembali meletakkannya di atas meja.

"Jangan-jangan, Farrel masih kefikiran tentang dia."

Mendengar itu, Kelvin langsung mendongakkan kepalanya. Matanya melebar, seakan-akan dirinya baru sadar tentang hal itu.

"Gila, masih gak bisa move on juga dia? Mantab lahh si babang."

BLUE CARDIGAN vs JEANS JACKETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang