Beberapa hari ini, 'Duo Upil' menghabiskan malam mereka dengan menginap di rumah Farrel. Ya, Farrel memanggil kedua sahabatnya dengan panggilan tersebut. Alasannya, karena sifat mereka yang selalu mengganggu ketentraman hidupnya. Sungguh, dia sampai sekarang masih tidak mengerti bagaimana dirinya bisa dekat dengan dua lelaki yang dipanggilnya 'sahabat'. Tapi di satu sisi, dia bersyukur mempunyai teman seperti mereka, walau kadang sifat menyebalkannya itu sangat menguji kesabaran Farrel.
"Mati lo, Rel!" seru Arka lantang. Mereka berdua kini sedang fokus bermain ps di dalam kamar milik Farrel. Game yang dimainkan memang berbau peperangan, sehingga salah satu dari mereka harus ada yang kalah supaya game itu berakhir.
Dan benar saja, pada akhirnya karakter yang dimainkan Farrel mati. Lelaki itu berdecak kesal, tak biasanya dia kalah pada Arka ketika bermain game seperti ini.
"Curang lo." Ujarnya singkat, seraya melempar stik psnya ke arah samping. Dia berdiri, berjalan menuju kasurnya untuk merebahkan diri.
Mendengar itu, Arka terkekeh. Dia pun bangkit dari duduknya, menuju sofa yang berada tak jauh dari letak kasur. Dari ekor matanya, dapat dilihatnya Farrel yang sibuk memandangi ponselnya sambil berbaring diatas kasur. Diraihnya toples berisikan keripik, sambil tetap menatapi sahabatnya itu. Senyum jahil kembali muncul diwajahnya.
"Sampe gajah bertelur pun, kalo cuman diliatin, pesan apapun yang lo tulis ya gak bakalan ke kirim."
Farrel mengangkat kepalanya sedikit kala mendengar celetukan Arka. Kedua bola matanya memutar. Memang apa yang dikatakan Arka tadi benar, tapi rasanya gengsinya terlalu tinggi untuk mengirim pesan lebih dulu.
"Arka! Farrel! I'm coming, baby!"
"Sial." Gerutu mereka berdua bersamaan begitu mendengar panggilan dengan suara cempreng milik mahkluk paling menyebalkan di muka bumi. Tak mengambil waktu lama untuk sosok tersebut memasuki kamar Farrel, dengan kedua tangannya yang penuh membawa berbagai macam camilan, yang pasti di ambil dari dapur.
"Jadi, malam ini kita gossipin apa?" Tanya nya setelah mengambil posisi nyaman pas di sebelah Farrel. Tentu saja Farrel merasa risih, tapi sang pelaku nampaknya tak peduli sama sekali.
Arka yang menyadari kedatangan temannya dengan penuh kerusuhan itu melemparnya dengan keripik, yang hebatnya pas mengenai kening targetnya. "Gak ada yang mau ngegossip, Vin."
Kelvin memanyunkan bibirnya, padahal kan, malam minggu seperti ini lebih asik untuk bergossip?
Entah ide darimana, tapi tiba - tiba saja sebuah topik pembicaraan muncul di kepalanya. Cengiran lebar kembali menghiasi wajahnya, membuat Arka menatapinya dengan horror. Dia yakin, kalau Kelvin sudah bertingkah seperti ini, pasti ada yang tidak beres.
"Oh iya, Rel, gue mau nanya," Kelvin kini sudah memutar badannya, hingga dirinya dapat memandang Farrel dengan lebih nyaman. Tapi, lelaki itu tidak menanggapinya sama sekali. Mata dan jarinya masih sibuk dengan game yang ada di ponselnya. "Kenapa kemaren pas kita perform, lo milih lagunya Adera? Sejak kapan lo suka lagu yang kayak gitu?"
Mendengar pertanyaan itu, Arka turut mengernyitkan keningnya. Dia juga sebenarnya bingung, kenapa pada saat itu Farrel memilih lagu tersebut untuk dinyanyikan. Padahal, sebelumnya Farrel kurang menyukai lagu seperti itu. Dua pasang mata milik Arka dan Kelvin menatapi Farrel dengan lekat, menunggu jawaban dari Farrel, tapi yang ditatap malah masih saja sibuk dengan gamenya.
"Ah, gue tau!" Pekik Kelvin sambil menepuk lengan Farrel kencang, membuat lelaki itu mengaduh. Berbagai macam sumpah serapah keluar dari mulutnya, tapi hanya dibalas dengan cengiran lebar Kelvin serta tangannya yang diangkat dengan jari yang menunjukkan huruf V.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLUE CARDIGAN vs JEANS JACKET
Teen FictionSafa Anindya. Seorang gadis yang telah pindah sekolah sebanyak enam kali dalam hidupnya. Kardigan biru yang diberikan oleh neneknya selalu dipakainya pada hari pertamanya di sekolah barunya. Baginya, itu adalah sebuah 'jimat' untuknya. Farrel Alteri...