-45-

4.9K 241 93
                                    

Gilaaa aku nulis chapter ini tiga kali karena kehapus dari microsoft word sebelum sempet di save :(

Jangan lupa di vote dan comment yang lucu ya guys, kasihani lah diriku yang stres sendiri mikirin deadline Farrel malem minggu sementara chapternya udah keapus sampe tiga kali :(

Yaudah, selamat membaca! Siapin hati kalian ya, kalo gak kuat, masuk kulkas aja. Biar hatinya gak meleleh, hahaha

---

Mengurus persiapan pernikahan serta embel - embelnya bukanlah perkara yang mudah, apalagi jika kedua mempelainya tinggal di negara yang bereda. Safa dan Farrel dibatasi dengan isu komunikasi dan waktu.

Satu - satunya cara untuk saling berhubungan hanya lah lewat video call atau panggilan suara. Namun, siapapun tahu bahwa membicarakan hal penting via telepon pasti hanya akan berakhir dengan kesalahpahaman.

Ya, semenjak Farrel menanyakan pertanyaan sakral tersebut pada Safa di bandara sekitar satu tahun yang lalu, tidak dapat dipungkiri bahwa hubungan dua insan tersebut semakin lengket saja. Tiada hari yang terlewati tanpa saling berhubungan, mengirim pesan, atau bahkan foto tentang aktivitas masing - masing.

Safa juga semakin dimanja dengan segala perhatian yang Farrel curahkan pada nya. Mulai dari rangkaian kalimat manis, senyuman tipis yang hanya Farrel tampilkan pada nya, juga panggilan sayang yang sampai saat ini selalu berhasil membuat Safa meleleh di tempat.

Entahlah, segala sesuatu yang berhubungan dengan Farrel selalu sukses membuat Safa kehilangan control akan reaksi tubuhnya sendiri.

Sebenarnya, baik Safa maupun Farrel menginginkan acara pernikahan mereka untuk dirayakan secara sederhana. Hanya mengundang sahabat serta kerabat dekat.

Namun, keingingan mereka sangat bertolak belakang dengan apa yang didesak kedua pihak keluarga.

Safa sebagai anak tunggal, sementara Farrel selaku putera satu - satunya. Tentu saja kedua orang tua mereka menginginkan acara yang mewah dan tidak akan pernah terlupakan.

Karena Farrel yang masih betah bekerja di Australia, alhasil segala urusan pernikahan otomatis jatuh ke dalam tangan Safa seorang. Mulai dari urusan undangan, katering, gedung, bahan kebaya kini harus menjadi tambahan pikirannya.

Padahal, jadwal kuliah Safa akhir - akhir ini semakin sibuk. Ditambah lagi organisasi kampusnya yang turut menjadi pusat perhatiannya.

Doakan saja, semoga otak Safa tidak meledak sebelum hari pernikahan mereka nanti.

Sama halnya dengan Safa, Jadwal kerja Farrel belakangan ini sangat padat. Lelaki itu seringkali melupakan keberadaan ponselnya, yang tentu amat membahayakan dirinya apalagi dalam masa - masa seperti ini.

Akibat kecerobohannya itu, sebuah insiden menyeramkan berlaku beberapa hari yang lalu. Ketika itu, Farrel yang baru tiba kembali di rumah lupa dimana terakhir kali ia menyimpan ponselnya. Setelah mencari sekitar hampir satu jam, akhirnya lelaki itu berhasil menemukan benda pipih tersebut.

Tergeletak secara naas di pojok ruangan.

Tangannya buru - buru meraih barang hitam tersebut. Lalu, saat dirinya melihat deretan notifikasi pesan baru dari Safa yang belum terbalas, Farrel tahu bahwa sang harimau akan segera menerkamnya.

Saat itu, Safa yang baru saja menyelesaikan ujian semesternya langsung meluncur ke tempat percertakan undangan ditemani oleh sang mama. Sesampainya mereka di sana, si pemilik toko langsung menyambut hangat kedatangan mereka, lalu menggiring kedua nya menuju sebuah ruangan.

BLUE CARDIGAN vs JEANS JACKETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang