"Tenang aja, Fa. Gue yakin lo pasti bisa menjabat jadi sekretaris. Kalo perlu, gue temenin deh ntar malem begadang!" ujar Kiara sambil menepuk bahu Safa semasa mereka berjalan menuju kelas masing-masing.Safa memeluk file tebal itu dengan kuat, seakan-akan hidupnya bergantung kepada kedua file tersebut.
"pokoknya, gue bakal buktiin ke cowok tembok itu bahwa gue berhak untuk dilantik,"
Mereka berpisah di hujung koridor, Safa yang membelok ke kiri sedangkan Kiara membelok ke kanan. Kedua gadis itu tiba di kelas masing-masing tepat ketika bell berbunyi, menandakan bahwa waktu istirahat sudah berakhir.
"Apaan tuh, Fa?" Katya mengerutkan keningnya ketika melihat Safa memasuki kelas sambil membawa dua file besar.
Gadis itu meletakkan kedua file itu ke dalam laci mejanya, lalu merenggangkan badannya. "Daftar rencana kegiatan sekolah untuk tahun ini. Gue ngelamar jadi sekretaris osis,"
Katya melebarkan matanya setelah mendengar penjelasan Safa. Namun sedetik kemudian, dia menatap Safa dengan ekspresi hebohnya.
"Ya ampun, gue gak nyangka, temen gue ini bakalan jadi anak osis! Sekretaris lagi! Gila, bakalan makin deket aja deh lo sama Kak Farrel,"
Safa memberikan Katya tatapan mautnya, mengisyaratkan temannya itu untuk berhenti bicara, karena kini beberapa kawannya yang lain melirik mereka dengan tatapan aneh.
"Kat, jangan keras-keras, Malu tau." Namun, orang yang ditegur hanya memperlihatkan cengiran lebarnya.
"Terus, itu harus dikasih balik kapan?" tanya nya sambil menunjuk ke arah file yang tadi dibawa oleh Safa.
Safa menghembuskan nafasnya pelan, lalu melipat kedua tangannya diatas meja yang dijadikannya sebagai bantal. "besok." Gumamnya.
Sang lawan bicaranya itu kaget mendengar jawaban temannya itu. Besok? Apa Farrel sudah gila menyuruh gadis itu mengetik segitu banyaknya dan harus segera diberikan pada esok hari?
"Tenang aja, Fa. Ntar pulang sekolah gue sama Bella bakalan ke rumah lo. Kita bisa kerjain bersama."
Mendengar ucapan temannya itu, Safa mendongakkan kepalanya, menatap teman barunya sambil memberikan senyuman hangatnya.
**
Jam yang digantung di dinding kini sudah menunjukkan pukul delapan malam, namun keempat gadis yang sedang berkumpul di ruang tamu apartment nomer 1031 itu masih sibuk berkutik dengan laptopnya masing-masing.
"Guys, kita istirahat dulu aja, ya. Tinggal seperempat lagi kan yang belum di ketik?" ujar Kiara. Ketiga temannya itu pun meng-sleep laptop mereka, lalu merenggangkan tubuh masing-masing.
Walaupun tugasnya ini sudah dibantu oleh kedua temannya serta sepupunya, namun Safa bersikeras untuk mengetik semuanya. Ketiga temannya itu hanya memastikan bahwa yang diketik oleh Safa itu sesuai dengan data yang diberikan oleh Farrel dan membenarkan sekiranya terdapat typo.
"Gila, jempol gue lama-lama bisa keram."
Katya, Bella dan Kiara terkekeh mendengar ucapan Safa. Tanpa disangka, ternyata kedua temannya dan sepupunya itu tidak mengambil waktu yang lama untuk bisa berbaur dan akrab antara satu sama lain.
"Order delivery aja, ya?" Safa beranjak ke arah meja tamu untuk mengambil ponselnya. Ketiga gadis yang lain menganggukan kepala mereka, setuju dengan apa yang dikatakan oleh Safa.
Sementara Safa memesan makanan di restoran fast food yang terletak dekat dengan apartmentnya melalui ponselnya, Bella dan Kiara sibuk membincangkan Farrel.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLUE CARDIGAN vs JEANS JACKET
Teen FictionSafa Anindya. Seorang gadis yang telah pindah sekolah sebanyak enam kali dalam hidupnya. Kardigan biru yang diberikan oleh neneknya selalu dipakainya pada hari pertamanya di sekolah barunya. Baginya, itu adalah sebuah 'jimat' untuknya. Farrel Alteri...