Gak ngerti lagi. Ini chapter favorit aku deh kayaknya 😂
Sepanjang nulis senyam senyum sendiri, kesel ngomel ngomel sendiri, sampe gigit bantal saking gemesnya wkakakaka
Udah, cuman mau ngasih tau gitu aja. Semoga kalian ngerasain juga apa yang aku rasain. Tapi jangan sampe gigit bantal ya, kasian kan bantalnya gak berdosa :(
Hehehe, enjoy reading pecinta Farrel! Jangan lupa vote dan comment lucu nya yaa ♡
---
"Woy kunyuk, lo ngapain nelfon gue tengah malem gini, sih? Awas aja kalo gak penting, gue sleding leher lo."
Nada dering berisik yang berasal dari ponselnya berhasil merusak tidur pulas Arka. Padahal, seharian tadi ia sibuk mengejar dosen pembimbing kesana kemari, lalu mencari bahan untuk membuat skripsi yang tak kunjung selesai. Ditambah lagi si bocah kebo sempat - sempatnya mengajaknya main futsal sebelum maghrib.
Makanya, wajar saja jika sekarang tanduk Arka keluar semua saat Farrel dengan santainya menelefonnya pukul dua pagi.
"Gue mau balik."
Tiga kata yang diucapkan oleh sang sahabat di seberang sana sukses melebarkan kedua mata Arka sempurna. Lelaki itu langsung terduduk tegap, rasa kantuknya menghilang begitu saja, tergantikan dengan perasaan antusias.
Maklum lah, sudah lebih dari tiga tahun mereka tidak saling bertemu. Padahal dulu saat masih bersekolah, mereka selalu berkumpul setiap hari. Dimana ada Farrel, pasti Arka dan Kelvin juga ada di sana. Begitu pun sebaliknya.
Tangan Arka mengucek mata nya, lalu menepuk pipinya berkali - kali. Ingin memastikan bahwa dirinya tidak sedang bermimpi.
"Kapan? Kok tiba - tiba gini?"
Di belahan dunia lain, Farrel menyisir rambutnya asal dengan sela - sela jemari nya. Lelaki itu kini telah duduk di ruang tunggu bandara, menunggu gate menuju pesawatnya di buka.
"Ini gue lagi di bandara," Sahutnya khas dengan nada datar yang tak pernah berubah. "Jangan kasih tahu Safa gue balik, ya."
Semangat Arka yang daritadi membara seketika menurun ketika mendengar kalimat terakhir dari Farrel. Padahal dia telah terfikir untuk langsung memberitahu Safa setelah panggilannya dengan Farrel terputus nanti.
"Kenapa? Kalian lagi berantem?" Tebak Arka curiga, yang langsung saja disangkal oleh Farrel.
"Gue mau ngasih dia kejutan." Jelas Farrel cepat. Kali ini, cengiran di wajah Arka semakin melebar.
Di kepala nya, sudah tersusun skenario hebat yang akan ia lancarkan untuk pasangan sejoli favoritnya ini.
"Oke, masalah itu lo serahin aja ke gue. Dijamin kejutan lo bakal lancar, kayak jalan tol Jakarta pas lebaran." Kekeh Arka yang sekarang sudah benar - benar kehilangan rasa kantuknya. Otaknya hanya dipenuhi oleh satu hal, bahwa dia sudah tidak sabar untuk bertemu sahabat cueknya itu.
Sementara Arka terus menjelaskan rencana nya lewat telepon, pikiran Farrel justru melayang entah kemana. Mata nya menelusuri karpet yang sekarang menjadi pinjakan kaki nya. Telinga nya tak menangkap satu kata pun dari penjelasan Arka yang panjang lebar.
Baru kali ini Farrel merasa gugup untuk menemui seseorang.
Baru kali ini rasa percaya diri Farrel merosot hingga ke level paling rendah.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLUE CARDIGAN vs JEANS JACKET
Teen FictionSafa Anindya. Seorang gadis yang telah pindah sekolah sebanyak enam kali dalam hidupnya. Kardigan biru yang diberikan oleh neneknya selalu dipakainya pada hari pertamanya di sekolah barunya. Baginya, itu adalah sebuah 'jimat' untuknya. Farrel Alteri...