-19-

3.3K 234 31
                                    

Farrel langsung memarkirkan mobil hitamnya di garasi kala mereka tiba di area rumahnya. Sejak memasuki pekarangan rumah, Safa memandanginya dengan tatapan bingung. Farrel menyadari itu, tapi memilih untuk pura - pura tidak tahu.

"Kenapa kita ke sini, kak?" Safa akhirnya menyuarakan pertanyaan yang sedari tadi  mengisi kepalanya. Mesin mobil sudah mati, membuat kedua remaja itu melangkah keluar dari kendaraan tersebut. Satu hal yang Safa sadari, kali ini, garasi di kediaman rumah Farrel tidak kosong seperti dulu. Ada dua buah mobil lain, yang Safa tidak tau milik siapa.

Jangan - jangan orang tua nya Kak Farrel ada di rumah?

Fikiran itu langsung membuat Safa cemas sendiri. Dia takut, bagaimana jika nantinya suasana di dalam malah menjadi canggung? Topik pembicaraan apa yang harus dibincangkan nanti, sekiranya dia bertemu dengan anggota keluarga Farrel yang lain?

Sementara itu, Farrel dengan santainya menyampirkan tas sekolahnya di bahu kirinya, sambil tetap berjalan melangkah memasuki rumahnya. Lelaki itu membuka pintu utama, mempersilakan Safa untuk masuk lebih dahulu.

"Mau belajar, kan?" Jawabnya, namun terdengar seperti pertanyaan. Farrel menunjuk ke arah satu sofa di ruang tamu. "Kamu tunggu sini dulu, saya mau ganti baju."

Namun, Safa secara refleks menahan lengan Farrel, membuat lelaki itu memberhentikan langkahnya dan menatapnya dengan heran.

"Kenapa?" Kedua bola mata Farrel mengamati raut wajah Safa yang terlihat seperti baru saja melihat hantu. Susah payah ia menahan tawanya. Farrel tahu, Safa pasti merasa gugup karena melihat mobil milik orang tuanya yang ada di garasi tadi. "Tenang aja, keluarga saya gak buas, kok. Jinak semua."

Bukannya menenangkan, Safa malah merasa jengkel mendengarnya. Sebuah tonjokkan berhasil melanda di lengan kiri Farrel, yang malah membuat si lelaki terkekeh kecil.

"Ya udah sana, tapi jangan lama - lama." Ucapan Safa itu dibalas dengan anggukan singkat kepala Farrel. Seraya menunggu lelaki itu, Safa memilih untuk mengamati foto - foto yang dipajang di ruang tamu. Kebanyakannya hanya foto keluarga saja, baik itu keluarga inti maupun keluarga besar Farrel.

Tak sengaja, pandangannya tertuju pada sebuah foto kecil yang dipajang di atas meja kaca. Safa berjalan mendekati foto tersebut. Diamatinya foto itu baik - baik. Foto yang menampilkan empat orang remaja, terdiri dari tiga lelaki dan satu perempuan. Lagi - lagi, wajah mereka tidak terlihat. Nampaknya, itu memang sebuah foto candid yang diambil secara tidak sengaja. Mereka berdiri berdampingan sambil menatapi sunset dipinggir pantai. Safa memicingkan matanya, berusaha untuk mempelajari foto itu lebih detail. Tiga sosok lelaki itu terlihat sangat familiar baginya.

Jemarinya terulur untuk mengusap foto tersebut. Ya, sekarang dia sadar siapakah tiga remaja lelaki itu. Siapa lagi kalau bukan Farrel, Arka dan Kelvin. Arka serta Kelvin berdiri di ujung kanan dan kiri, sementara Farrel dan si perempuan berdiri di antara mereka. Lengan mereka saling merangkul bahu satu sama lain. Sosok perempuan itu terlihat sama dengan yang ada di foto hitam putih yang dipajang di lorong lantai atas. Rambut panjangnya masih dibiarkan terurai, memperlihatkan aura cantiknya. Walaupun Safa tidak dapat melihat raut wajah mereka, namun dia bisa merasakan gelombang kebahagiaan yang terpancar dari foto tersebut.

"Loh, ada tamu ya?"

Safa dengan cepat membalikkan tubuhnya. Sosok wanita anggun berjalan menuruni anak tangga sambil menatapinya dengan senyum manis yang tak lepas dari wajahnya. Sedetik, hanya satu detik, senyum itu luntur dari wajahnya. Kedua matanya melebar, seakan kaget melihat sosok Safa. Namun dengan cepatnya ia menetralkan ekspresi wajahnya, mengembalikan senyumnya.

"Siang, tante." Sapa Safa ramah. Gadis itu melangkah menuju wanita tersebut, lalu menyalami punggung tangannya. Wanita tersebut melirik seragam yang dipakai oleh Safa.

BLUE CARDIGAN vs JEANS JACKETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang