Matinya Chester Bennington mengingatkan saya pada kisah ini. Selamat membaca kengerian. Bacalah dengan hati tajam. Pahami, tidak semua orang sekuat cakram. ***
. Tidak peduli segemerlap apa di luar sana. Seberapa banyak harapan berserakan. Kegelapan pekat. Kental dibisiki suara-suara. Memanggilku, menarikku lebih dalam. Ya, semakin dalam.
.
.
Mamak di pembaringan, hampir sebulan. Ayah menggali brangkas, mengeruk hingga recehan terakhirnnya. Dua penyakit sekaligus, Lupus dan Alzheimer. Hari ini, kebagian jadwalku menjaga Mamak. Aku menyuapinya dengan potongan apel. Ia tersenyum.... Bahkan, tertawa! Apakah ini tanda-tanda Mamak sembuh? Huum, hari yang aneh.
.
.
"Dinda, suruh orang-orang itu masuk," kata Mamak. "Siapa?"
"Itu, yang bergerombol baju putih-putih"
"Mamak! Siapa ih! Nggak ada siapa-siapa"Rambut leherku menari-nari. Aura supranatural. Atau pendingin ruangan super digin. Gejala apa ini. Tolong, aku masih waras. Dan hei,,, memangnya Alzheimer itu menular? Plis.
.
.
.
TOK TOK TOK!!
.
Mamp**! Hampir copot jantungku. Pintu diketuk bertalu. Ya Tuhan, siapa sih!
.
.
*)Bersambung......
YOU ARE READING
Flash Story
Short StoryCerita pendek sekali. Konflik bergumulan, hidup jumpalitan. Cek dalamnya. Siapa tahu menimpa kamu juga. . . . Note : Dipublish juga di Facebook pribadi. Numpang arsip di Wattpad, karena pastinya lebih rapi. Cover : untuk sementara comot dari Stell...