Suicide [Part 6]

108 5 0
                                    

Di tempat yang dijanjikan, kawan se-gank duduk melingkar. Seputar pacar, artis, outfit, mereka membuka percakapan. Aku banyak mendengarkan. Pikiranku masih kalut.
.
.
"Heh! Diem aja. Kenapa kao?" Salah seorang dari mereka menegurku. "Lagi pusing, akunya", jawabku. Akhirnya aku jelasin, aku baru ribut-ribut sama Agus. Singkatnya, aku diputusin. .
.
"Udahlah, cowok lain kan masih banyak. Mantanmu juga banyak. Itu bukti, masih bisa cari yang baru", kawan-kawanku saling menimpali, yang ujungnya tertawa-tawa. Kata-kata itu dulu kuanggap lucu. Tapi... Hei !! Mau sampe kapan kek gitu terus. Ini hati manusia loh. Emangnya bisa dibongkar pasang.
.
.
Aku merasa sendiri di keramaian. Apa yang aku punya, kayaknya nggak ada artinya. Punya kawan, tapi kek ngga ada artinya, mereka datang pas perlu aja. Wajah cantik juga nggak ngaruh banget. Kalo cantik itu penting, kenapa Agus harus selingkuh? .
.
Ketulusan yang aku punya, rasanya cuma ketulusan dari Mamak. Ya. Cuma Mamak yang cintanya beneran. Kalo nasihatin blak-blakan. Tapi cintanya beneran. Nggak pamrih. Oh ya ampun, aku kangen banget sama Mamak. Pengen banget ketemu dia. Sejak Mamak meninggal, arwahnya selalu datang lewat mimpi. Wajahnya sedih, manggil-manggil aku. Apa dia kesepian di alam sana. Apa kesepian yang sama, seperti yang aku alami disini.
.
.
.
"Guys... Aku pengen mati", ucapku lirih sekonyong-konyong. "Gilak kao ah!! Jangan maen-maen lah!!" Mereka masih saja mengira aku becanda.
"Beneran woi" kataku lagi. "Udah ah, bubar yok! Mulai ngaco nih. Jangan mikir macem-macem, jalanin aja hidup ini".
.
.
Mereka berpetuah tentang hidup. Sedang aku sudah jenuh menjalani kehidupan. Pertemuan kami selesai. Langkahku muram. Keinginanku makin kuat. Mamak.... Pengen ketemu. Mak, gimana caranya kita bisa bareng-bareng lagi?
.
.
.
*) Bersambung.... 

Flash StoryWhere stories live. Discover now