7. SPECTRUM (Mengenal Autisme Lewat Cerita)

45 4 0
                                    

***Menantang diri, dengan dialog-dialog super logika. Semoga bisa kalian bayangkan 😁🤣
.
.

Televisi menyala begitu saja. Aku mencari kegiatan pengusir kejenuhan. Aisha kubiarkan main sendiri di ruang televisi. Masih dengan squishy. Ah, acara apa ini? Kebanyakan iklan! Blep. Tombol merah di remote mendarat sempurna di jari tangan. Layar televisi itu menghitam, padam. Aku mencari-cari dimana ponsel kesayanganku. Aku rindu ber-social media. Siapa tahu itu bisa meredakan pusing kepalaku.
.
.

Loh... Loh... Mana sih? Perasaan tadi kuletakkan di atas meja sini. Ah, tidak ada. Aku mengitari ruang tamu, nihil. Bahkan menyisiri ruang dapur, siapa tahu tanganku jahil meletakkannya disana. Lamat-lamat, aku mendengar suara-suara dari ruang televisi. Disana ada Aisha, tentu saja. Aha! Disitu rupanya!
"Ih, itu punya siapa?" Aku menunjuk marah ke arah gadget yang berada di tangan anak kecil itu. Beraninya dia mengambil tanpa izin. Ponsel itu masih dipegangi Aisha, mulutnya tidak mengeluarkan suara.
"Berapa kali Bunda bilang, kalau punya orang lain itu harus izin dulu!!!" Ponsel itu langsung kurampas dari tangannya. Aisha meringis menahan tangis. Pandanganku langsung menghindar dari tatapan minta belas kasihan itu. Dia harus diberi pelajaran!
"Bunda nggak suka!"
Ya.... Kutinggalkan dia kembali dalam kesendirian. Aku pikir ini baik, daripada aku kelepasan main tangan.

.
.

Bukan main! Peningnya ngurus anak. Sebijik aja udah bikin kesel seharian. Apah ini? Aku melihat aplikasi permainan yang entah dari mana rimbanya. Bad Piggies, Tetries, GameKids, dan entah apa lagi. Pasti ulah Aisha!

Aku bersiap memarahinya lagi dan lagi. Andai saja tak kutangkap wajah lucu penuh serius itu. Squishy Ball terjajar rapi. Seperti berkelompok. Dia memang penggemar berat Squishy. Terumata yang berbentuk bundar dan bola-bola aneka warna. Kulupakan sejenak gerah marahku, dan bertanya padanya.
"Apa itu, Aish?" Hemm, aku ragu. Apa dia bisa menjawab pertanyaanku dengan baik alias nyambung, sesuai konteks.
"Ini..." Ya, seperti biasa. Hanya sebuah kata, atau sekilas diksi yang kutebak sendiri.
"Memangnya apa?"
"Teko..... Bola.... Begini" Dia memberiku selembar kertas orat oretan tangannya. Ada angka, gambar dan warna. Gambar pertama, sesuatu yang menyerupai..... Teko, cangkir atau apa! Di samping Squishy itu ada cangkir serupa teko yang penuh berisi Squishy. Gambar berikutnya, Bola. Tepatnya, sekumpulan bola. Bola-bola itu mewakili Squishy. Kemudian angka.
"1 Teko,.....13 Squsihy....." Sontak, aku mengeja. Apa maksudnya? Kali ini, aku mencegah mulutku bertanya dan mulai menganalisa. Aisha mengeluarkan squishy dari bejana. Dia mulai menyusun rencana-rencananya. Cara semacam itu yang menjadi pola komunikasi, yang lebih efektif di antara kami. Ya, Aisha sebenarnya anak yang peka. Bejana teko itu di hadapannya. Kini dia mulai menghitung.

"Satu dua tiga.... Lima enam tujuh... sebelas duabelas tigabelas....."
Well done! Aku ingat, ini pelajaran mengkonversi volume dan ruang di kelas Matematika. Seperti pelajaran logika sederhana, berapa banyak gula untuk dua puluh cangkir teh, dan sejenisnya.
"Hebat!" Aku bertepuk tangan, merasa gembira untuk pertama kali di hari ini. Sementara banyak tanda tanya menari-nari di kepalaku. Misteri tengah bersemayam di tubuh anakku. Ya. Dari dulu. Sejak dulu. Keanehan dan gejala yang selalu kutampik tentang Aisha. Yang hingga detik ini, aku tidak tahu itu apa. []

*)Bersambung..........

Flash StoryWhere stories live. Discover now