2

4.1K 481 22
                                    

Ku buka perlahan mata ini saat kesadaranku sudah kembali. Melihat keadaan sekitar. Menghirup oksigen dari selangnya sebanyak mungkin. Ku lihat di tangan kiriku terpasang intra vena kateter atau yang lebih dikenal infus. Badanku masih lemas. Seperti tak bisa digerakkan. Lihat, aku sakit begini saja dia tidak menemaniku. Aku hanya sendirian di sini. Tak lama dari aku bangun, Dion datang ke kamarku.

"Ryan mana?" tanya Dion.

"Yah mana aku tahu. Aku aja baru sadar."

"Tuh kan apa aku bilang. Kamu hamil!!"

"Ssssstttttt!!" aku memaksakan bangun untuk menutup mulut kembaranku ini.

"Ryan gak tahu, kan?" tanyaku agak waswas.

"Jadi kamu udah sadar?? Aah, parah!!" Dion membuang muka.

"Aku sengaja gak ngasih tahu. Ngelihat kamu kemarin. Kayanya lagi mau nutupin sesuatu. Ada masalah dan rencana apa sih??"

"Good!! Baru kali ini kembaranku bertindak secara benar" ku acungkan jempol padanya.

"Hhhmmm.. Jangan bilang siapa-siapa. Cuma kamu yang tahu, ya."

Aku membisikan sesuatu padanya. Sesuai ekspektasiku. Aku langsung mendapat pukulan di kepalaku.

"Aau!! Sakit!! Baru juga dipuji!!" ku elus-elus kepalaku yang berharga ini.

"Mau sampai kapan kamu kaya gini? Sampai nanti anak kamu lahir??" Dion melembut lagi.

"Iya. Mungkin itu juga. Lihat aja nanti. Oh iya, hasil USGnya bagus?" tanyaku.

"Hhhhmmm. Kamu ini ibu yang payah!! Mau nanti anakmu lahir berat badan lahir rendah?? Berat badannya gak sesuai sama usia kehamilan. Janin kamu IUGR (Intra Uterine Growth Restriction)!!"

"Makan sehari berapa kali sih??" baru saja tadi Dion melembut. Sekarang dia sudah kembali lagi ke mode tante-tante cerewet. Ia melemparkan sebuah buku catatan kecil padaku. Itu buku catatan kehamilanku.

"Gak tahu. Kan gak dihitung. Makan sering sih. Tapi cuma makan roti aja kayanya. Gak usah lebay. Iya aku tahu kalau dia beratnya kurang. Makanya porsi makan, aku tambah" aku berusaha mengingat lagi kejadian kemarin-kemarin.

"Sumpah yah aku kesel banget sama kamu!! Aku sih gak kasihan sama ibunya. Aku lebih kasihan sama janinnya. Dia butuh perhatian ibu ayahnya tapi kamu malah gini."

"Ayahnya aja gak peduli. Udah sih gak usah ngomongin dulu ayahnya."

"Laki-laki atau perempuan?" tanyaku lagi. Penasaran.

"Susah dilihatnya. Anaknya gak mau diem banget sih. Aktif banget sama kaya ibunya. Tapi kalau gak salah, perempuan."

Ujung bibirku tertarik ke kanan dan ke kiri. Akhirnya aku dan Ryan berhasil punya anak perempuan.

"Aku gak ngerti banget sama kembaran sendiri. Hamil udah masuk trimester 3, tapi tuh perut kaya lagi hamil trimester 2. Kalau lagi pake jas dokter malah gak keliatan lagi hamil. Aku tahu kamu tuh hamil gantung, tapi yaah masa sekecil ini?? 28 minggu masih 900gr?? Yang bener aja!! Emangnya kamu hamil 6 bulan apa?"

Dion heboh seheboh hebohnya. Aku jadi tambah pusing.

"Kamu sadar kalau lagi hamil dari usia kehamilan berapa??" Dion melembut lagi.

"16 minggu hitunganku."

"Dan Ryan gak tahu apa-apa??" tanya Dion agak keras lagi.

"Yaah, kalau dia sadar seharusnya dia tahu lah" jawabku dengan enteng.

"Hhmmm. Gak ada yang aneh-aneh lainnya, kan? Cuma berat badan rendah aja?"

"Gak ada."

"Besok aku bawain es krim buat keponakan aku yang ada di dalem perut. Dimakan yah!!"

[Re] Perfect Mate ⭕Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang