Kemarin jadi hari yang sangat sibuk untukku. Aku harus menjadi pengganti kehadiran Jefri untuk menemani kekasihnya menyiapkan acara pernikahan sederhana mereka. Meskipun sudah dilarang Jefri, tapi aku mengabaikannya. Hari ini aku dipaksa untuk tidur di rumah saja. Bosan tentunya. Kemarin, seharian aku ada di luar rumah. Rifan juga ikut bersamaku. Untungnya dia tidak rewel dan bisa diajak bekerja sama dengan baik.
Usia kandunganku semakin mendekati matang. Aku harus hati-hati. Tinggal dua atau tiga minggu lagi saja, kemungkinan bayiku akan lahir menurutku. Jadilah aku sekarang ada di kamar Rifan sedang menemaninya tidur siang sambil menelpon Jefri.
"Ian, gimana kemarin nyobain makanan di katering? Enak gak?" tanya Jefri di sebrang sana.
"Yah kalau kata aku sih enak-enak aja. Tapi aku paling suka salad buahnya."
"Apa aja sih yang belum? Kok rasanya banyak banget. Aku pusing nih " dari sana terdengar helaan nafas frustasinya Jefri.
"Tenang, Jef. Semuanya udah beres kok. Tinggal nunggu kiriman souvenir aja."
"Aaaaaah... Syukur deh. Eh, bumil jangan cape-capean lagi yah!!" tidak lupa diakhir percakapan dia mengomel padaku.
"Iya bawel!! Udah sana urus pasien lagi."
"Oke oke. Bye bumil!! Assalamu'alaikum" lalu sambungan terputus.
"Wa'alaikumsalam."
Setelah menutup telefon, aku memilih untuk ikut tidur saja dengan Rifan. Badanku masih terasa pegal efek kemarin. Untungnya kemarin ada Ryan yang sedang libur kerja. Jadi bisa menemaniku juga dan membantuku mengurus Rifan. Ku pejamkan kedua mataku setelah mengunci ponsel. Ku atur nafasku agar lebih tenang dan bisa cepat tertidur. Tapi nyatanya aku sulit tidur. Aku ingin ke kamar mandi. Rasa ingin buang air kecil sudah sering terasa. Karena kepala bayi sudah semakin menekan ke bawah.
Hasil pemeriksaan dua minggu yang lalu, bayiku berat badannya sudah cukup baik. Dia juga dalam keadaan yang baik. Aku bisa bernafas lega mendengar semuanya baik-baik saja. Setelah berusaha tidur dan berakhir guling-gulingan di atas kasur, hasilnya nihil. Aku tidak bisa tidur juga. Aku malah merasakan sesuatu menegang.
"Ini kenapa yah, dari kemarin perutnya tegang terus?"
Aku tidak yakin kalau itu kontraksi awal atau bukan. Rasa sakitnya tak aku rasa-rasa. Saat itu datang, aku hanya mengelus perutku saja. Akhirnya, ku putuskan untuk buang air kecil dulu. Semoga saja bisa tidur nyenyak. Kalau kemarin-kemarin, saat aku berjalan, rasa sakitnya hilang. Tapi sekarang, malah semakin sering dan teratur. Aku jadi makin khawatir.
"Bunda mohon, jangan sekarang, Dek!! Kamu belum cukup umur." Ku ajak bicara janinku. Aku mohon, jangan sekarang.
Tapi saat ku lihat sesuatu di celana dalamku. Aku hanya bisa pasrah. Baiklah, ayo kita berjuang.
"Ah, blood show (lendir bercampur darah)."
Aku mencoba untuk tetap tenang. Ini bukan pengalaman pertamaku. Setelah selesai dengan urusan di kamar mandi, aku duduk sejenak di sofa untuk menghitung durasi dan frekuensi kontraksinya. Hanya butuh waktu sepuluh menit, aku bisa menentukan hasilnya.
"2x10'/ 30''. Lumayan juga yah, sedikit tapi lama."
"Kalau ke klinik, pasti dirujuk. Harus ke rumah sakit sih kalo ini. Dedeknya masih belum cukup umur buat lahir di klinik."
Aku kesal pada diriku sendiri yang tak bisa menjaga keadaan janinku. Kemarin-kemarin aku terlalu kelelahan. Selagi aku masih bisa menahan sakitnya kontraksi, aku bersiap untuk pergi ke rumah sakit. Ryan selalu bilang, kalaupun harus lahir di rumah sakit. Rumah sakit yang dituju haruslah tempat dia kerja. Sebenarnya aku menolak, tapi memang lebih baik begitu. Ryan tidak usah repot-repot harus ke rumah sakit lain kalau aku melahirkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Re] Perfect Mate ⭕
Short Story(Edisi Revisi) Aku gak butuh yang sempurna, karna kamu penyempurna hidupku - Ryan Hwang Minhyun (Ryan Agustian Malik) ❤ Jung Mimi Gugudan (Andini Dian Hafidza Putri Setyadi) start :20171110 end : 20171210 #193 in SS 20171226 #159 in SS 201...