15

2.8K 344 53
                                    

Ryan membuka pintu rumahnya perlahan. Istrinya berdiri di belakangnya menanti ia membuka pintu itu lebar-lebar. Hawa rumah itu tidak terlalu berbeda sejak beberapa hari yang lalu ditinggal pemiliknya. Dian akhirnya diizinkan pulang juga ke rumah setelah tertunda satu hari.

Ia dirawat di rumah sakit selama enam hari. Anak sulung mereka dititipkan di rumah Dion. Sengaja mereka tidak menjemputnya dulu. Mereka ingin merasakan hidup berdua lagi di rumah seperti pengantin baru walau hanya sehari.

"Mas, rumah banyak debunya."

Dian menutup hidungnya. Bahkan ia hampir saja bersin. Rumah ini memang sudah jarang Ryan bersihkan karena ia sibuk di rumah sakit menemani istrinya.

"Ya, kan gak ada aku. Aku jarang pulang ke rumah."

"Kamu istirahat aja dulu di kamar. Aku mau bersih-bersih dulu" titah Ryan.

Ryan menuntun istrinya untuk tidur di kamar. Seprei di kamar sudah diganti oleh Ryan. Seminggu sekali pasti ia ganti. Tugas bersih-bersih rumah jadi tanggung jawab Ryan.

"Kamu tidur aja dulu di sini, ya." Satu kecupan singkat dilayangkan Ryan di kening istrinya.

"Mas, bentar lagi juga Magrib. Gak baik tidur jam segini."

"Aku masak aja, ya? Pasti kamu kangen masakan aku, kan?" ujar Dian dengan percaya dirinya.

"Jangan!! Kamu istirahat aja. Atau nonton tv boleh. Tapi jangan ngelakuin apa-apa dulu yang berat. Masalah masak, nanti aja sama aku."

Ryan melarang istrinya menyentuh dapur. Dian heran melihat tingkah suaminya. Terlihat sedikit ada yang berbeda. Meskipun biasanya memang Ryan yang selalu jadi pelopor untuk berinteraksi dan melakukan hal romantis.

"Kamu emangnya bisa masak, Mas??" tanya sang istri meragukan.

"Hehehhe. Aku maksain belajar masak selama kamu gak ada di rumah. Hasilnya gak buruk-buruk amat, kok. Percaya deh sama aku" Ryan menggaruk tengkuk lehernya sambil tersipu malu.

"Ya udah, kamu tunggu sini dulu yah. Nanti beres sholat Magrib, kita makan. Kamu juga harus minum vitamin loh" titah Ryan pada istrinya.

Sebelum meninggalkan istrinya, Ryan mengecup kening istrinya lagi. Ia berlalu meninggalkan kamar. Dian menatap punggung lelaki itu dengan senyuman.

"Aku rasa, kita berubah. Kamu berhasil ngeruntuhin tembok pertahanan aku selama ini, Mas" ujar Dian.

Ibu hamil satu anak itu memilih tiduran di atas kasur sambil memainkan ponselnya yang sudah lama tak ia pegang. Selama di rumah sakit, ponselnya disita Ryan. Alasannya agar Dian bisa istirahat dengan baik.

"Banyak banget notifikasi yang muncul. Udah berapa lama gak aku buka, ya?"

Dian sibuk memainkan ponselnya dan membuka semua akun sosial medianya. Ia rindu juga membuka akun sosial media milik Ryan. Hobinya itu sudah ia tinggalkan sejak mereka menikah. Ryan tak tahu kalau istrinya ini punya banyak akun sosial media.

"Lama juga gak buka akunnya Mas Ryan. Udah tujuh tahun kali yah" Dian terus bermonolog.

"Takut bukanya. Aku kapok juga buka profilnya sama postingannya dia. Komennya itu loh. Bikin emosi aja."

Banyak fansnya yang mengirimi komentar. Ada juga yang mengejek Dian. Maka dari itu dia malas membuka akun suaminya. Membuka postingan suaminya satu persatu, Dian jadi melankolis seketika. Air mata mengumpul di pelupuk matanya.

"Dari awal, bahkan dia sabar banget nungguin aku."

Postingan pertama diakun Ryan adalah foto Dian yang diambil diam-diam olehnya dari belakang. Dian memang terlihat kecil difoto itu. Tak ada yang menyangka kalau Dian ada difoto itu kalau dilihat sekilas.

[Re] Perfect Mate ⭕Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang