11

2.7K 379 20
                                    

Hari Ke-4


"Hasil pemeriksaannya bagus. Berat badannya udah naik. Kamu juga makin sehat. Kalau gini, kamu bisa pulang lebih cepet, Yan." Dion melaporkan hasil pemeriksaannya.

"Kalau besok pulang, boleh??" tanyaku.

"Boleh aja. Tapi di rumah harus ada yang jaga. Kamu kan teledor kadang-kadang."

"Hehehe. Tahu aja."

"Ryan kemana?? Kok dari pagi gak kelihatan" Dion mencari jejak Ryan di sini.

"Tadi dia praktek di Poli. Katanya Tita gak masuk. Izin soalnya."

"Ooh. Gitu. Kamu udah baikan sama Ryan?? Gak niat mau pergi dari rumah lagi, kan??" tanya Dion penasaran. Dia pasti sangat khawatir.

"Hehhehe.. Udah. Makasih yah, kamu udah ceritain apa yang aku gak bisa ceritain ke dia. Sini ngedeket. Biar enak meluknya."

Dion mendekat. Aku memeluknya erat. Terima kasih kembaranku. Kau penyelamatku.

"Jadi, Ryan mau pindah tempat kerja??"

"Hhmmmm. Dia nanya pendapat aku. Tapi belum aku jawab. Ryan bilang, dia bisa buka praktek sendiri."

"Bagus deh kalau gitu. Aku bisa tenang sekarang."

"Hhhmm. Ion, Rifan masih ada di rumah kamu??"

"Iya masih. Kenapa?"

"Bawa ke sini dong. Aku kangen."

"Oke oke, kembaranku yang aku sayang. Nanti sore palingan. Aku bawa ke sini, ya. Aku harus kabur dulu dari Kak Rizky."

"Dion nakal!! Kamu pasti kabur terus yah? Dasar!!"

Ku pukul dia. Aku senang kalau sedang perang seperti ini dengannya. Aku tidak pernah merasa kesepian.

"Yaaaaaaaaa!!!! Dian!!"

"Berisik iih teriak mulu!! Tante Dion" aku senang bisa menggodanya seperti ini.

"Huuuh.. Untung lagi hamil. Kalau gak lagi hamil, udah habis kamu ditangan aku!!"

"Hahahahhahaa. Tunggu aku lahiran dulu yah, bos. Hhmm.. Jangan lupa es krim buat keponakan!!"

"Iya bawel!!"

Lalu kami tertawa bersama.

"Eh, aku pergi dulu yah. Mau kabur dulu bawa Dion ke sini. Nanti ketemuannya di taman rumah sakit aja. Kalau kamu gak kuat jalan, pake kursi roda."

"Iya siap, Dion" aku hormat kepadanya.

"Bye. Jangan lupa makan!!" teriaknya sambil berjalan menuju pintu keluar.

"IYA!!"

Ditinggal Dion, aku jadi sendiri lagi. Beberapa hari di sini, aku bisa menemukan jawaban dari pertanyaanku. Mendalami lebih dalam perasaan yang selama ini bercampur aduk di hatiku. Aku jadi lebih paham. Perasaaan yang seperti apa yang aku rasakan padanya. Iya, aku sadar. Aku juga sayang padanya. Bahkan sejak dulu. Saat dia diam-diam selalu ada di sisiku.

Pertanyaanku yang pertama dijawabnya dengan detail. Aku paham sekarang. Bahkan dia bisa menjawab pertanyaanku yang kedua. Alasan mengapa aku menerimanya. Dia membantuku untuk mengulang lagi ke masa lalu dan merasakan hal yang sama seperti waktu itu. Momen yang menjadi titik beratku, mengapa aku bisa percaya dengannya adalah saat malam pertama kami.

Saat itu dia tak memaksakan kehendaknya. Dia menepati janjinya. Dia membuatku nyaman. Ryan, kamu membuatku berterima kasih sudah dikirimkan jodoh sepertimu. Satu pertanyaan terakhirku yang aku masih belum pahami. Sebenarnya, aku dan dia itu apa? Dan satu pertanyaan terakhir yang terkoneksi pada ketiga pertanyaanku sebelumnya, apa tujuan aku dan dia menikah?

[Re] Perfect Mate ⭕Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang