Happy reading💕
*****
Central Park, Manhattan
New YorkKenapa aku bertingkah seperti orang baru berpacaran? Seharusnya aku tidak pernah mencintainya, aku harus balik ke tujuan utamaku, nilai, tapi mengapa rasanya sudah terlanjur begini?
Tiba-tiba aku merasakan sesuatu di pundakku, seperti ada yang memegang pundakku, aku menoleh ke belakang dan ku dapati Brayn memasang wajah kasihan terhadapku, aku pun kembali menghadap ke depan.
"Apa yang kau lakukan di sini?" ujarku datar, air mataku sudah mengering karena tertiup sejuknya angin di sini.
"Ada apa dengan dirimu?" tanya Brayn tanpa menjawab pertanyaanku, ia mulai duduk di sampingku, menatapku lamat-lamat, kemudian menggenggam tanganku.
Dengan segera aku melepas genggamannya, aku harus yakin, setelah ini ia akan menertawaiku habis-habisan jika kuceritakan apa yang terjadi di kampusku tadi."I don't know," kataku pelan, menarik napas panjang lalu menghembuskannya secara perlahan.
"Kalau begitu, lebih baik kita bimbingan, ayo ikut aku," ujar Brayn, dia berdiri dan menarik tanganku agar ikutan berdiri, lalu dia menyeretku menuju mobilnya.
"Mau apa kau?!" tanyaku menggertak, aku kaget dengan perlakuannya yang tiba-tiba seperti ini. Kemudian ia mendorongku untuk masuk ke dalam mobilnya, tepatnya di bagian samping kursi pengemudi. Terlihat ia juga sedikit berlari menuju kursi pengemudi dan masuk ke dalamnya.
"Hey! Kau gila hah?! Bagaimana dengan mobilku?" ujarku menaikkan tangan kananku.
"Berikan saja pada yang membutuhkan, nanti ku belikan yang baru," ucap Brayn, wajahnya serius sambil menyalakan mesin mobilnya dan menginjak gasnya secara perlahan tapi lama-kelamaan kencang.
Dasar sinting!
"Semua orang membutuhkannya asshole! Dan itu bukan mobil sembarangan, mobil itu kesayanganku dan membawa keberuntungan bagiku!" kataku menggertak.
"Apa kau bilang? Keberuntungan bagimu? Kau lihat sendiri sekarang kondisimu seperti apa, kau gagal dalam menulis dan percintaan bukan? Kekasihmu selingkuh, kau bermasalah dengan kedua orangtuamu, dan kau menganggapku sial juga bukan? Padahal kehadiranku itu untuk membantumu," ujar Brayn, ia menghentikan mobilnya di pinggir jalan, aku terdiam mendengar perkataannya, tidak tahu akan menjawab apa lagi.
Tapi bagaimana ia tahu tentang Mr. Batecol dan orang tuaku? Apa jangan-jangan secara diam-diam ia menguntitku dan mencari tahu segala sesuatu mengenai diriku?Brayn terdiam, matanya hanya menatap stir kemudi, tanpa melirik apa-apa selain stir tersebut, wajahnya mendadak menyeramkan, aku sama sekali tidak melihat wajah santainya, jujur, aku mulai takut berada di sini lebih lama.
"Kenapa diam?" tanyaku. Ia menoleh kearahku, masih dengan wajah yang menyeramkan. Tanpa menjawab pertanyaanku, Brayn kembali menginjak gasnya, suasana menjadi begitu hening.
Sampai akhirnya kami tiba di tempat yang ku yakini adalah mansionnya.
Mansionnya sangat besar, tapi jika ia orang berada mengapa ia tidak mau mengganti anggurku waktu itu.
"Kita turun," ujar Brayn seraya membuka pintu mobilnya, telihat ia berlari kecil dan membukakan pintuku. Kami berdua masuk ke dalam mansionnya, mansionnya begitu sepi, hanya ada beberapa maidnya yang sedang membersihkan mansionnya.
Brayn berjalan di depanku, aku mengikutinya dari belakang, ia berjalan menuju lantai 2 di mansionnya, dan kami memasuki sebuah kamar.
"Ini kamarmu?" tanyaku.
"Apa kau mengira ini kamarmu yang berada di dalam rumahku?" ujar Brayn seraya membalikkan badannya ke arahku.
Astaga, pertanyaan balik macam apa itu?!
"Tidak, ku kira ini kamarmu yang berada di dalam rumahmu," jawabku santai seraya melipatkan tanganku di dada.
Brayn terkekeh, ia berjalan menuju sofa yang berada di samping kasur, dekat dengan pintu jendela kamarnya, aku mengikutinya dari belakang.
"Duduk di sana," pinta Brayn. Brayn mengambil sebotol martini di meja samping tempat tidurnya beserta 2 gelas kecil, lalu duduk di sampingku. Aku hanya memperhatikan gerak-geriknya.
"Pegang ini," pinta Brayn seraya mengeluarkan laptop miliknya dari dalam tas.
Dia menuangkan segelas martini untukku dan untuk dirinya, lalu ia menyenderkan bahunya ke sofa dan meneguk martini tersebut.
"Ambil martini itu," pinta Brayn.
Aku pun menurutinya, meneguk martini dengan sekali tegukan, lalu menaruh kembali gelas di atas meja.
Ku perhatikan gerak-geriknya, entah kenapa aku sedang tidak bersemangat untuk bimbingan, tak lama kemudian Brayn menoleh ke arahku dan menatapku lamat-lamat.
"Apa?" tegurku karena risih dengan tatapannya.
Tiba - tiba Brayn mendekatiku dan melumat bibirku, aku terkejut dibuatnya, ia memejamkan matanya seolah-olah sangat menikmati hal ini, lidahnya mulai menerobos masuk ke dalam mulutku, jujur, aku juga menikmatinya, dengan sifat Brayn yang agak berbeda hari ini, aku merasa diperhatikan.
Kemudian Brayn melepaskan ciumannya dan mendekati telingaku.
"I'm worried about you," bisiknya, kata-katanya membuat pipiku memerah seperti tomat, jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya.
Brayn menggerakan kepalanya ke depan wajahku sehingga hidung kami bersentuhan, aku bisa merasakan hembusan napasnya, ia memejamkan matanya lalu mengecup bibirku pelan. Kemudian ia membalikkan posisinya seperti semula, saat ia baru duduk di atas sofa.
Ia menuang kembali martini ke dalam gelasnya yang sudah kosong, lalu diteguk martini tersebut dalam satu tegukan.
"Apa kau tidak ada minuman lain?" tanyaku seraya memperhatikan dirinya yang sedang minum.
"Hanya ini yang tersisa, aku belum beli lagi," ujar Brayn santai. Aku mengangguk sebagai jawaban dari 'iya'
Brayn pun bangkit dari duduknya dan mengambil buku di rak bukunya yang terletak di sebelah kanan dekat sofa.
"Ayo kita mulai bimbingan," ujar Brayn sambil membolak-balikan lembaran buku tersebut, lalu ia menjelaskan apa saja yang terdapat dalam buku itu, ternyata buku itu berisi tentang seorang penulis profesional dalam membuat karyanya.
***
TO BE CONTINUED
PS : Maaf yaa kalau ceritanya agak datar, namanya juga permulaan, nanti di part kedepannya aku janji bikin lebih greget lagi😁
T E R I M A K A S I H 💕
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M YOURS MY JERK
Romance[S L O W U P D A T E] Hellenia Smith, seorang wanita cantik dengan postur tubuh yang ramping, rambut hitam sebahu, serta busana dengan mix and match yang membuat dirinya enak dipandang. Ia berjuang untuk membuat karangan novel sesuai dengan cita-ci...