PART 9 - I Get Twice?

1.1K 80 6
                                    

"Dibayar dengan apa?" tanya Brayn spontan.

"Jelaslah uang," jawabku seraya memutar bola mataku.

"Jika aku ingin membayarnya dengan hati, bagaimana?" tanya Brayn, terlihat senyum miringnya seperti orang yang bertingkah licik.

"Lucu sekali," kataku dengan nada datar.

"Aku sedang tidak melawak, aku bertanya," balas Brayn, nadanya mulai serius.

"Apa itu salah satu pernyataan cinta?" tanyaku seraya memiringkan senyumku.

"Hanya kagum," jawab Brayn dengan tersenyum lebar dan beranjak dari kasur.

Aku pun mengernyitkan dahiku, seperti ada ribuan jarum tertusuk di dadaku, lalu mencoba untuk tidak memperdulikan ucapan Brayn barusan.

"Apakah kau ingin aku mencintaimu?" tanya Brayn tiba-tiba hingga aku kaget.

Aku tidak mengerti dengan perasaanku, entah mengapa aku ingin menjawab 'iya', tapi di lain sisi aku tidak ingin ia mengira bahwa aku mencintainya. Ah, tidak, aku tidak mencintainya.

Aku hanya terdiam.

Brayn memperhatikanku lamat-lamat, merasa heran dengan sikapku.

Aku sendiri juga heran, ada apa dengan diriku sebenarnya.

"Tentu saja tidak," jawabku dengan tersenyum hangat.

"Jika kau mau aku bisa saja," balas Brayn, senyumnya kali ini tipis, tidak menampakan senyum jengkelnya seperti biasa.

"Bisa apa?" tanyaku bingung, jantungku berdegup kencang, aku tidak mengerti apa yang membuat Brayn berubah drastis akhir-akhir ini.

"Bisa menjadikanmu kekasih malamku," jawab Brayn, ia langsung menyengir dan mengeluarkan sedikit nada tawa.

What?!

"Jadi kalau pagi, siang, dan sore beda?" tanyaku kesal, kupikir ia akan menjadikanku kekasih utuhnya nantinya.

"Tentu saja," kata Brayn, ia bangun dari tempat duduknya dan menahan tawa, ini tidak lucu sekali.

Membuat wanita ingin terbang tinggi, lalu dijatuhkan begitu saja.

"Berapa kekasih yang kau butuhkan, sinting?" tanyaku seraya melipat kedua tanganku dan sedikit memiringkan kepalaku.

"Three," jawabnya santai seraya mencari bajunya dalam lemari, mungkin ia akan berganti pakaian.

Aku, Lady, Halsey? Are u sure?

"Kenapa tiga? Bukankah ada 4 pergantian? Pagi, siang, sore dan malam," kataku.

"Untukmu dapat jatah 2 kali," balasnya santai, membuka baju kemejanya dan menggantinya dengan kaos putih polos.

"Apa cukup?" tanyaku bingung, IQku yang rendah apa gimana aku tidak mengerti, daritadi aku bingung apa yang kami bicarakan.

Brayn pun mengernyitkan dahinya.

"Apa kau mau 10 kali aku keluar dalam dirimu?" ucap Brayn seraya memiringkan senyumnya.

Aku menganga mendengar perkataannya, rasanya ingin menonjoknya dua kali, tidak, seratus kali.

"Itu sangat menjijikan, aku mau pulang," kataku santai, seraya turun dari kasur dan menghadapnya.

"Kau serius ingin pulang?"

Aku hanya menganggukan kepala.

"Apa kau marah aku berkata seperti tadi?"

Ku gelengkan kepalaku.

"Lalu, ada apa?" tanyanya bingung, wajahnya seperti sedang panik.

"Aku ingin menyelesaikan karanganku secepatnya dan pergi jauh dari hidupmu," balasku dengan nada tinggi, dia menaikkan sebelah alisnya, lalu tertawa dengan keras.

Aku benci ini.

Aku seperti anak kecil yang sedang ditertawakan oleh kawanku sendiri karena aku terlihat bodoh.

"Apa kau yakin? Aku saja tidak yakin denganmu apalagi dirimu sendiri," katanya, lalu ia tertawa lagi.

"Aku tidak peduli denganmu," kataku datar seraya memutar bola mataku.

Lalu ia terdiam. Memperhatikanku.

"Tapi, aku peduli denganmu," balasnya datar, membuat jantungku mendadak akan berhenti.

Aku tidak berkata apa-apa.

Hanya membalas tatapannya yang begitu dingin sekarang.

Hatiku berdebar-debar.

Kakiku lemas dan aku merasakan denyut di pipiku.

"Kenapa kau diam?" tanyanya pelan.

Aku hanya terdiam tidak menjawab pertanyaannya.

Kemudian ia tertawa.

"Aku hanya becanda, aku juga tidak mempedulikanmu, pulang sana,"

"Shit!" umpatku.

Aku pun langsung pergi meninggalkannya tanpa sepatah-katapun.
Saat aku berjalan keluar dari kamarnya aku sudah tidak mendengar tawanya. Aku berjalan lebih cepat menuju luar rumahnya, menghampiri mobilku dan melajukannya pulang ke rumah.

Sesampainya di rumah, kulemparkan tubuhku ke atas kasur, menghela nafas dan menutup mata, lalu aku merasakan mimpi.

****

Rasanya aku malas sekali, ingin terus berada di atas kasur untuk hari ini saja, aku sudah bersahabat dengan kasur sejak semalam.

Ting... Ting..

"Siapa yang membunyikan bel pada pagi-pagi buta seperti ini?!" Gertakku seraya turun dari kasur, langit sepertinya masih gelap. Tunggu, atau itu hantu yang menekan belku? Bagaimana jika benar? Bagaimana jika saat aku membuka pintunya ia langsung muncul secara tiba-tiba di hadapanku? Lalu aku pingsan, lalu pintu rumahku terbuka lebar, lalu maling masuk bersama hantunya ke dalam rumahku? Oh tidak, aku tidak ikhlas menyerahkan barang-barangku pada maling dan hantu itu, aku harus berhati-hati.

Aku turun ke lantai satu, mencari-cari di mana sapuku berada, lalu aku menggenggamnya erat-erat. Entahlah, apakah hantu bisa dipukul dengan sapu atau tidak, atau aku akan menjadi orang pertama di dunia yang memukul hantu dengan sapu.

Aku berjalan secara perlahan menuju pintu utama, hatiku berdebar-debar, apakah ini yang dinamakan cinta?

Aku memutuskan untuk mengintip terlebih dahulu melalui jendela, aku melihat sosok laki-laki yang membelakangi jendela sedang berdiri, aku sangat takut sekali jika ia sampai menoleh.

Tetapi aku juga penasaran, apakah saat ia menoleh wajahnya berlumuran darah, sebelah matanya tidak memiliki bola mata, lalu giginya berantakan serta rahangnya yang mengelupas, ahh menjijikan sekali.

Aku memperhatikannya lamat-lamat, ya Tuhan, ia mulai menggerakan kepalanya ke arahku, jantungku semakin berdegup kencang, aku takut mati mendadak di tempat.

*****

Makasih yang sudah menghargai karyaku kawan"😘😘😘😘

I'M YOURS MY JERK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang