"Tapi satu kali saja sudah cukup kau memujiku, Brayn," ucapku.
"Tapi ku rasa perlu berkali-kali bahkan ribuan kali aku mengatakannya agar kau yakin," balas Brayn dengan terus menatapku.
"Dan ku rasa itu tidak perlu," kataku seraya terkekeh.
Kemudian, Brayn menghentikan gerakannya dan tangan besarnya memegang pinggangku, lalu ia mengecup keningku dengan penuh kehangatan, terdengar suara tepukan tangan dari para tamu, lagu You Are The Reason - Calum Scott terus berputar membuatku terbawa suasana saat ini.
"Don't leave me," bisik Brayn, aku tersenyum tenang menatap matanya yang berkilat itu.
"Of course, Brayn," balasku pelan, lalu kami berjalan menuju pinggir, para tamu mulai banyak yang menempati tempat dansa untuk berdansa dengan partner mereka masing-masing.
Lalu kami mengobrol santai dengan Charles di pesta, kami merencanakan untuk pergi ke Kalapaki Beach besok pagi.
Kemudian, ponsel Brayn berdering, ia merogoh sakunya untuk mengambil ponselnya dan mengangkat panggilan tersebut.
"Halo, ada apa?" tanya Brayn entah pada siapa.
Aku tidak dapat mendengar jelas ucapan orang yang di sebrang telpon tersebut, tapi kelihatannya mereka membicarakan hal yang serius dan menyebalkan karna rahang Brayn mengeras dan tatapan matanya tajam ke depan.
Kemudian, Brayn mematikan ponselnya.
"Ada apa?" tanyaku pada Brayn yang mencengkram kuat ponselnya.
"Renzo menelponku dan ia mengatakan, jika aku menyetujui kontrakku dengan ayahmu maka ia akan menghancurkan cabang-cabangku, menghancurkan bukan dalam hal membuatku bangkrut, tetapi membakarnya sampai semua rata habis," ucap Brayn panjang lebar, spontan aku mengernyitkan dahiku, dia bilang kontrak dengan ayahku?
"Kontrak apa? Mengapa aku tidak tahu?" tanyaku penasaran. Brayn menoleh ke arahku.
"Kontrak yang projeknya sangat besar, karna kupikir kau tidak ada gunanya juga jika tahu," jawab Brayn, spontan aku memutarkan bola mataku tidak peduli, Brayn terkekeh.
"Aku hanya becanda, Hellenia, aku niatnya akan memberitahumu nanti, tapi ku rasa takdir telah memberi tahu itu lebih awal," ucap Brayn sambil tertawa rendah, lalu ia tersenyum sambil mengelus rambut hitamku.
"Aku tidak akan membiarkan hakmu nantinya dirampas orang lain," kata Brayn.
Hak apa? Hakku terhadap hartanya? Berarti itu..
"Maksudmu?" tanyaku.
"Nanti kau juga mengerti," jawab Brayn sambil tersenyum tenang.
Kemudian, pesta selesai dan kami kembali ke mansion, tidak, maksudku kita mengurus Renzo di markas terlebih dahulu sebelum kembali ke mansion.
Sesampainya di markas, Jose langsung menghampiri kami.
"Tuan, Renzo semakin menjadi-jadi," ucap Jose.
"Iya, aku tahu, dia juga berhasil melacak nomor pribadiku," balas Brayn, rahangnya mengeras ketika membahasnya.
"Apa kita harus mengirim mafia yang sudah bekerja sama dengan kita untuk menangkapnya? Situasi sudah mendesak, tuan," tanya Jose dengan antusias.
Wow! Mereka juga punya mafia?
"Menangkap?" Brayn menaikkan sebelah alisnya seraya melirik ke arah Jose.
"Tentu saja, memangnya apa lagi?" tanya Jose kebingungan.
"Langsung dibunuh saja, kita bekerja sama dengan mafia, bukan dengan polisi," ucap Brayn dingin, aku benar-benar tidak percaya ini, ini sangat berbahaya. Jose mengangguk mendengar ucapan Brayn.
"Telpon Nic dan utarakan maksudku, kau pasti sudah paham, Jose," pinta Brayn pada Jose, Jose segera menghampiri telpon di dekat meja kerjanya.
"Siapa itu Nic?" tanyaku pada Brayn.
"Dia mafia kelas atas, hanya orang-orang tertentu yang bisa berkomunikasi dengannya, dia sangat ahli dalam hal membunuh, masalahku selalu langsung selesai dengannya," jawab Brayn tenang.
"Kau pernah mengatasi kasus membunuh seseorang juga sebelumnya?" tanyaku kaget.
"Tentu saja, aku pernah jadi mafia, tapi sekarang aku sudah tidak ingin menekuni itu sejak ibuku meninggal," jawab Brayn dengan wajah murung.
"Memang apa hubungannya?" tanyaku lagi, Brayn menoleh ke arahku, menghela napasnya dan memejamkan matanya sejenak, mungkin pertanyaanku ini mempunyai jawaban yang berat.
"Ibuku meninggal karna aku menembaknya, aku tidak sengaja, sungguh, kau juga tidak akan mungkin berpikir aku akan membunuh ibuku sendiri bukan? Saat itu aku ingin menyelamatkan ibuku dari pamanku, padahal pamanku sudah menyakitinya tetapi ibuku bersikeras melindunginya karna merasa tidak enak dengan ayahku.
Saat aku menembakkan peluru ke arah pamanku, ibuku menyelanya dan jadilah ia yang terkena peluru, peluru itu mematikan, aku sangat frustasi saat itu, bahkan aku pernah berpikir untuk bunuh diri karna tidak bisa memaafkan diriku sendiri.
Ditambah ayahku mengambil Jean saat itu dariku dan menjadikannya istri, aku begitu mencintainya saat itu, sangat-sangat mencintainya, tetapi karna pikiranku sudah buntu aku bilang pada Jean jika ia tidak ingin bersama ayahku maka aku akan bunuh diri, semua itu penuh drama, Jean tidak ada pilihan, lalu menikahlah ia dengan ayahku.
Sejak saat itu aku meninggalkan itu karna aku merasa bersalah pada diriku sendiri," jawab Brayn panjang lebar, semua itu sangat menyakitkan, aku tahu sekarang bahwa dia adalah pria yang sangat kuat.
"Baiklah, sekarang semuanya sudah berlalu, kau tidak perlu bersedih lagi walaupun itu sangat sulit," ucapku sambil tersenyum hangat, ia pun membalas senyumanku dengan tenang, membuat suasanya juga menjadi tenang.
"Dan sekarang aku tidak ingin kehilangan orang penting dalam hidupku untuk kedua kalinya," ucap Brayn sambil menatap mataku, tatapannya dalam sekali, aku tidak tahu ingin menjawab apa.
"Kau adalah alasanku bahagia, Hellenia," tambahnya.
****
TO BE CONTINUED
Jangan lupa komen dan votenya yaa💕
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M YOURS MY JERK
Romance[S L O W U P D A T E] Hellenia Smith, seorang wanita cantik dengan postur tubuh yang ramping, rambut hitam sebahu, serta busana dengan mix and match yang membuat dirinya enak dipandang. Ia berjuang untuk membuat karangan novel sesuai dengan cita-ci...