Semua mulai aku lupakan.
Permasalahan kemarin, yang sempat membuatku benar-benar terpuruk.
Lalu kembali bahagia tanpa proses panjang.
Aku cinta diriku."Hellenia, apa ada yang ingin kau beli di sini? sebagai ucapan selamat tinggal, tapi bukan berarti kita tidak akan kembali ke sini suatu saat", tanya Brayn sambil menuang wine ke dalam gelas kecil yang ia pegang di tangan kirinya itu.
Aku menghempaskan tubuhku ke kasur.
Ya, aku rasa tak ada yang perlu dibeli, cukup masalah itu yang mengingatkanku akan tempat indah ini. Dan pernyataan cintanya saat masalah itu belum datang."Tak ada", jawabku.
Kulihat Brayn mengangguk, kemudian meminum winenya.
"Bagaimana Renzo?" tanyaku.
"Lelaki Jepang itu tidak jelas", jawabnya santai. Spontan aku menaikan kedua alisku.
"Ya, sama sepertimu", timpalku sambil terkekeh.
Aku melirik ke arahnya, ia menampilkan wajah flat yang sangat lucu.
"Kenapa wajahmu seperti itu?"
"Mendengar perkataanmu."
"Apa kau kesal padaku sekarang?"
"Bukankah memang dari awal aku kesal padamu?"
"Shit."
Kemudian dering telepon genggamnya yang terdapat logo apel digigit itu berbunyi. Ia meraih benda itu kemudian menempelkan di telinganya dengan malas. Aku hanya memperhatikannya.
"Halo, siapa?" tanya Brayn pada lawan bicaranya.
Aku melihat Brayn tiba-tiba melotot dan mengepalkan tangannya keras. Aku jadi penasaran apa yang terjadi.
"Aku tidak pernah takut padamu wahai orang Jepang."
Hah? Apa sih Brayn itu?
Aku memutar bola mataku malas.
Sebut saja Renzo, memang ia yang sedang bermasalah dengannya. Kemudian, kulihat Brayn menutup panggilan tersebut.
"Wahai orang Jepang?" tanyaku sambil menaikkan sebelah alisku.
"Aku hanya jijik menyebut namanya di telinganya?" jawabnya, rahangnya mengeras, sepertinya ia sedang sangat marah.
"Memang ada apa?" tanyaku penasaran.
"Kau tetap hati-hati, ia mulai mengincarmu, ia melihatku membawamu ke sini, kita harus cepat-cepat pergi." jawabnya sambil bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah lemari, membereskan pakaiannya dan juga--pakaianku? terima kasih banyak, lebih baik aku diamkan saja.
Bentar, Renzo mengincarku?
Untuk apa? apa ia mau aku menghabisi uangnya untuk makan-makan dengan teman-temanku?"Itu pancingan, Hellenia," ucap Brayn tiba-tiba, masih sambil membereskan pakaian-pakaian itu.
"Ia ingin aku yang terjun langsung menghadapinya, aku tak tahu ia punya dendam apa padaku, ini hanya masalah kontrak, tapi aku benci jika ia terus mengusikku, apalagi jika sampai melukaimu," ucap Brayn.
Aku bodoh, kenapa aku tidak panik sama sekali, ia yang bukan diriku saja terlihat sangat marah. Entah ia beruntung bisa bertemu denganku waktu itu atau tidak, aku tidak peduli.
"Ayo kita pergi sekarang, aku akan menelpon Charles dan juga Jose, Hudson tetap di sini," ucapnya sambil mencari-cari nomor Jose dan Charles dalam telepon genggamnya.
Baiklah, aku yang gantian merapikan pakaian-pakaian itu, sepertinya ini memang sangat tidak bagus.
Setelah Brayn menghubungi kedua temannya tersebut, kami segera keluar dari villa dan pergi menuju bandara.
"Hellenia.." ucap Brayn sambil mengingat-ingat sesuatu.
"Apa?" balasku.
"Apa kau menyadari ada benda kecil hitam yang kutempelkan pada tubuhmu?" tanya Brayn, ia terlihat agak panik.
***
HALOO! AKU KEMBALI SETELAH BEBERAPA HILANG YA HEHE🤭 Aku minta maaf sebelumnya kepada para readersku, tidak ada alasan khusus aku ga update" lagi tapi aku tetap mengusahakan update setelah slide ini ya❣️
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M YOURS MY JERK
Romance[S L O W U P D A T E] Hellenia Smith, seorang wanita cantik dengan postur tubuh yang ramping, rambut hitam sebahu, serta busana dengan mix and match yang membuat dirinya enak dipandang. Ia berjuang untuk membuat karangan novel sesuai dengan cita-ci...