PART 13 - His Ex

1K 60 11
                                    

Happy reading kawan-kawan acu😍😍

****

Setelah makan, aku pergi dengan Brayn menggunakan limousine hitamnya yang sudah disiapkan oleh sopirnya, aku tidak tahu kemana ia akan membawaku, aku menurut saja karna semua biayaku di sini ia yang tanggung dan kuanggap ini sebagai liburan.

Selama di dalam limousine, kami hanya diam, aku tidak mengerti dengan Brayn yang mood-nya mudah sekali berubah, sekarang ia duduk di sampingku,ekspresinya seperti sedang memikirkan sesuatu, seperti terdapat berjuta-juta masalah dalam dirinya, ia diam, tidak berkata apa-apa juga padaku, tapi aku tidak peduli juga.


Tidak lama kemudian kami tiba di sebuah mansion besar di Las Vegas, sopir membukakan pintu untuk kami, aku menebak-nebak kalau ini adalah tempat tinggal orangtuanya, aku masih tidak tahu untuk apa aku dibawa ke sini.

Kemudian, Brayn menggenggam tanganku dan kami masuk ke dalam mansion tersebut. Setelah tiba di depan pintu mansion itu, kami disambut oleh yang ku lihat sepertinya itu adalah orangtua Brayn. Ia mengenggamku sangat erat, seperti ada ketakutan dalam tubuhnya yang ia pendam, aku tidak tahu pasti itu apa, yang jelas aku mengkhawatirkannya saat ini.

Orangtuanya menyambut kami dengan hangat, ibunya sangat cantik, seperti berumur 30 an, dan ayahnya memang kelihatan agak tua, tapi sangat ramah dan tampan. Kami pun masuk ke dalam mansionnya, duduk di atas sofa bewarna merah maroon yang anggun dan eksotis dengan ruangan yang ditata sangat rapi serta warna-warna dinding dan benda yang berkelas.

"Ayah merindukanmu, Bobu," ucap lelaki paruh baya itu dengan tersenyum hangat.

Apa dia bilang barusan? Bobu?

Aku mengernyitkan dahiku mendengar Brayn dipanggil 'Bobu' oleh ayahnya, aku melirik mereka secara bergantian, lalu Brayn melirik ke arahku.

"Jangan memanggilku seperti itu lagi, ayah, aku sudah dewasa saat ini," balas Brayn dengan tegas, seperti menunjukkan wibawanya sebagai pria 'dewasa'.

"Itu panggilan kesayangan ayah padamu, Bobu, sampai kapanpun," ucap ayahnya.
Apa-apaan semua ini? Rasanya aku ingin keluar lalu tertawa terbahak-bahak, sungguh, aku sudah tidak tahan.

Terlihat Brayn panik, melirik ke arahku, ada apa dengannya? Apakah ia takut aku menertawainya? Asal kau tahu Brayn, hatiku sedang tertawa sangat keras saat ini.

"Siapa wanita cantik ini?" Tanya ayahnya pada 'Bobu'.

"Kekasihku, ayah," jawab Brayn santai, spontan aku mebelalakkan mataku.
Jadi ini alasannya ia membawaku ke sini? Ia ingin aku menipu orangtuanya dengan menjadikanku artis dalam drama keluarga ini? Menjijikan, apalagi jika aku mengingat saat ia berkata aku menjadi kekasih malamnya dan aku dapat jatah dua kali.

Dia tersenyum kepadaku, lebih tepatnya senyum terpaksa, aku pun ikut tersenyum 'paksa' ke dirinya dan orangtuanya, aku akan minta penjelasan ketika sudah selesai mengobrol nanti.

"Namamu siapa?" tanya lelaki paruh baya itu dengan ramah.

"Hellenia Smith, Mr?"

"Devander Pakson, itu namaku,"

"Baiklah, Mr. Pakson," kataku seraya tersenyum.

"Dan ini, istri baruku, namanya Jean Pakson, aku menikah dengannya karna ibu Bobu sudah meninggal 11 bulan yang lalu, dan sekarang aku beruntung memiliki dia," ucap Tn. Pakson seraya menggenggam tangan istrinya, pantas saja ia sangat cantik, istri muda rupanya.

Aku hanya membalasnya dengan senyuman, seketika aku berpikir jika aku meninggal nanti dan suamiku menikah lagi rasanya aku sangat tidak rela.

Kemudian, Mr. Pakson mengajak kami untuk makan siang bersama di rumahnya, kamipun beranjak dari sofa itu dan Brayn melingkarkan tangannya di pinggangku, jujur, aku agak sedikit terkejut, tapi aku harus pandai dalam sandiwara ini karna akhirannya aku akan minta bayaran padanya.

Kami pun makan makanan yang sudah dimasak oleh Mrs. Jean, makanannya banyak sekali, seperti sedang makan besar, rasa juga sangat enak, selain cantik ia juga sangat pandai memasak.

"Jadi, kapan kalian akan melangsungkan pernikahan?" Tanya Mr. Pakson dengan santai, sedangkan aku hampir tersedak mendengar pertanyaannya. Aku pun mengambil segelas air untuk minum.

"Secepatnya, ayah," jawab Brayn dengan bodohnya, siapa yang mau menikah dengannya? Aku?

"Ayah tidak sabar untuk menggendong anak kalian nanti," lanjut Mr. Pakson, entah kenapa aku semakin malas untuk mendengar semua percakapan ini.

Brayn hanya tersenyum hangat mendengar perkataan ayahnya, sedangkan aku tersenyum 'paksa' atas semua sandiwara yang semakin gila ini, aku malas mempunyai suami yang emosian seperti lelaki bodoh itu.

Selanjutnya, kami membicarakan hal-hal biasa, seperti Mr. Pakson menanyakan bagaimana keluargaku, ia juga cukup kaget ketika mengetahui aku adalah anak dari pasangan David Smith dan Angela Smith.

****

Waktu sudah mulai malam, mataku sudah cukup mengantuk, entah kenapa aku merasa hari ini sangat melelahkan, aku juga tahu, aku akan menginap beberapa hari di mansion ini.

"Aku tidur di mana?" tanyaku pada Brayn yang sedang menelpon di ruang tamu, entah ia menghubungi siapa. Ia melirik kepadaku dengan tangan yang mengisyaratkanku untuk menunggunya sebentar. Aku menunggunya seraya melipatkan kedua tanganku di dada, lalu bersender pada tembok di ruangan tersebut.

Tidak lama kemudian, ia menutup telponnya dan berjalan ke arahku.

"Tentu saja kau tidur denganku," ucap Brayn santai seraya melepas jas hitam yang dikenakannya.

Spontan aku menganga tidak percaya, aku tidak mau tidur dengannya.

"Kau gila," balasku seraya memutar bola mataku.

"Gila? Ini tentu akan menyenangkan," ucap Brayn seraya mencolek pipiku dan berjalan melewatiku, spontan aku mengernyitkan dahiku dan memutar tubuhku, betapa terkejutnya aku melihat Mrs. Jean sedang berdiri di belakangku memperhatikan kami berdua.

"Kalian, ada apa?" Tanya Mrs. Jean menatap kami bingung.

Aku gugup dan menggigit bibirku sambil berpikir alasan apa yang akan kulontarkan.

"Aku sudah tahu bahwa kalian bukan sepasang kekasih," ucap Mrs. Jean seraya tersenyum, aku terkejut dan entah kenapa sedikit lega mendengarnya.

Kemudian, Mrs. Jean merangkul pundakku dan mengajaku untuk duduk bersamanya di sofa.

"Tak usah khawatir," tambahnya.

"Aku hanya mengikuti semua sandiwaranya," balasku pelan, mengulum bibirku hingga membentuk garis.

"Brayn adalah mantan kekasihku," kata Mrs. Jean.

Aku terkejut, tidak menyangka atas ini semua, ia adalah istri muda Mr. Pakson sekaligus mantan pacar Brayn Pakson, dan--entah mengapa---hati ini rasanya begitu sakit.

****

TO BE CONTINUED

T H A N K  Y O U YANG SUDAH BERSEDIA BACA KARYAKU💕

JIHAN

I'M YOURS MY JERK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang