"Kau adalah alasanku bahagia, Hellenia," tambahnya, jantungku berdetak lebih cepat dibandingkan biasanya, aku hanya tersenyum, seperti banyak kupu-kupu berterbangan di perutku.
'Tidak perlu tersenyum dan merasa senang seperti itu, Hellenia, itu hanya kata-kata, ia punya mulut, jadi ia bisa berkata apa saja yang ia mau walaupun tidak sesuai dengan hatinya,' seketika kalimat itu muncul dalam pikiranku membuatku pasrah, mungkin memang benar, perasaan ini hanya ada dalam diriku saja.
"Kenapa kau hanya diam?" tanya Brayn tiba-tiba.
"Memangnya aku harus menjawab apa?" tanyaku balik padanya. Brayn mengernyitkan dahinya bingung, seperti 'apa-apaan'.
"Apa pun yang ada di dalam pikiranmu," jawab Brayn tenang.
Yang ada dalam pikiranku adalah aku mencintaimu, entah alasannya apa tetapi aku ingin kau terus melindungiku dan mengajakku untuk bergabung dengan semua masalahmu, dan aku ingin kau membalasnya, tentu saja karena setiap orang tidak ada yang pernah mau cintanya bertepuk sebelah tangan, aku bimbang untuk percaya dengan apa yang kau ucapkan karena aku tidak percaya jika aku adalah wanita yang menjadi alasanmu bahagia, Brayn.
"Kalau begitu teruslah bahagia, Brayn," karena aku, ucapku sambil tersenyum tenang, ia menampakkan senyum tampannya kembali, senyum yang selalu membuatku tergila-gila jika senyum itu karena aku.
Kemudian, Jose menghampiri kami.
"Tuan, Nic setuju dengan tugasnya, ia ternyata mengetahui Renzo, Renzo pernah menjadi incarannya beberapa tahun lalu karena telah membunuh kekasihnya yang ketahuan bekerja sebagai mata-mata untuk mencari tahu tentang dirinya, lalu Renzo menghilang begitu cepat sedangkan dirinya lemah sekali saat itu sehingga tidak bisa melanjutkan pencariannya," lapor Jose panjang lebar dengan nada yang selaras.
"Kekasih?" tanya Brayn sambil menaikkan sebelah alisnya.
"Iya, Tuan," jawab Jose seraya mengangguk.
"Sebegitu kuatnya cinta? Sampai-sampai orang kuat menjadi lemah," ucap Brayn sambil tertawa rendah. Aku hanya memandangnya sambil tertegun.
"Dan membuat orang yang mulanya benci menjadi cinta," ucapku spontan, bodoh, bicara apa aku barusan.
Brayn menaikkan kedua alisnya seperti menyadari sesuatu.
"Tidak, maksudku seperti di film-film," kataku dengan cepat. Brayn mengangguk sambil tersenyum jahil.
"Aku tahu apa maksudmu yang sebenarnya," ucap Brayn, tidak, kau tidak tahu apa-apa bodoh.
"Kau tidak perlu mengatakannya karena apa yang kau ketahui itu tidak benar," ucapku gelagapan sambil berusaha tenang, tanpa sadar aku menggigit bibir bawahku.
Brayn hanya tersenyum jahil sambil beranjak dari tempat duduknya. Ini mengerikan.
"Hellenia, kita harus pulang," pinta Brayn sambil mengulurkan tangannya.
"Ke Los Angeles? Bukankah tadi kau bilang besok kita akan ke Kalapaki?" tanyaku bingung. Brayn menepuk dahinya.
"Tentu saja ke mansion Hellenia, siapa yang bilang kita akan pulang ke Los Angeles," jawab Brayn seraya menggeleng-gelengkan kepalanya, aku terkekeh.
Aku pun membalas ulurannya dan pergi dari markas.
"Brayn, bukankah masalahmu belum selesai? Memangnya kau bisa pergi berlibur dengan tenang?" tanyaku seraya masuk ke dalam limousine yang disusul dengan Brayn.
"Tenang saja, Hellenia, semuanya sudah diatur serapi mungkin, bukankah justru lebih menantang jika seseorang memiliki masalah yang berat ia malah pergi berlibur bersama wanitanya?" jawab Brayn sambil menaik-turunkan alisnya, aku terkekeh pelan sambil menggeleng-gelengkan kepalaku, dia suka yang menantang rupanya.
****
Brayn dan Charles sedang berbincang-bincang dekat limousine, kita akan menggunakan limousine yang sama dan disusul oleh mobil sedan lainnya yang digunakan oleh para bodyguard, Brayn juga menambah bodyguard untuk menjaga mansionnya agar pengamanan lebih ketat.
Aku pun menghampiri mereka.
"Ayo kita berangkat!" riangku sambil masuk ke dalam limousine yang disusul oleh mereka.
"Kita hanya bertiga?" tanyaku.
"Tidak, di sana sudah ada Hudson, ia menetap di Hawai," jawab Brayn santai sambil membuka penutup wine dan meminumnya. Aku mengangguk.
Tidak lama kemudian kami tiba di bandara, kami menaiki Pakson Air dan menunggu beberapa waktu hingga akhirnya kami tiba di Kalapaki, Hawai.
"Hi bro," sapa seorang pria yang kuyakin adalah Hudson. Kami pun berjabat tangan dengannya dan memasuki villa.
"Mau berenang?" tanya Charles sambil menaik-turunkan alisnya, kami pun tersenyum lebar dan lari menuju pantai.
Aku menikmati angin sejuk di sini, rasanya membahagiakan sekali, bergabung dengan seluruh aktivitas Brayn.
"Hellenia," panggil Brayn sambil menghampiriku.
"Yaa," sahutku menoleh ke arahnya, lalu ia duduk di sampingku, ia menatap mataku sejenak.
"Kau senang?" tanya Brayn yang agak sedikit mengejutkanku, dengan terbata-bata aku menjawabnya.
"Se...senang," jawabku sambil menaikkan kedua alisku.
"Kalau begitu aku juga senang," ucap Brayn sambil tersenyum dan memejamkan matanya ke atas, seperti ada kupu-kupu berterbangan di perutku, gadis batinku rasanya ingin melompat keluar dan berteriak bahagia.
Aku menganggukan kepala sebagai tanggapannya.
Brayn pun membuka matanya dan menoleh ke arahku, ia memajukan wajahnya membuatku kaku dan enggan untuk bergerak, ia mengecup bibirku yang pada akhirnya berubah menjadi sebuah lumatan.
Aku yang dulu selalu mendorongnya ketika ia menciumku seperti ini sekarang rasanya itu adalah hal bodoh menurutku, menyia-nyiakan waktu bahagia seperti ini bersama orang yang aku cintai, rasanya aku ingin waktu berhenti sampai di sini.
"Aku mencintaimu, Hellenia Smith," ucap Brayn.
****
TO BE CONTINUED
THANK YOU UNTUK YANG SUDAH MEMBACA STORYKU💕
Aku updatenya lama ya? Hehe maaf ya sebelumnya soalnya kemarin udah buntu banget ini otak gatau kenapa, sekarang udah mendingan sih jadi aku usahain banget buat update lagi😊😊
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M YOURS MY JERK
Romance[S L O W U P D A T E] Hellenia Smith, seorang wanita cantik dengan postur tubuh yang ramping, rambut hitam sebahu, serta busana dengan mix and match yang membuat dirinya enak dipandang. Ia berjuang untuk membuat karangan novel sesuai dengan cita-ci...