Happy reading💕
****
Hari ini sudah pukul 18:00 dan aku baru selesai mandi, ku kenakan bathrobe di depan cermin dalam kamar mandiku, sambil menyanyi-nyanyi kecil, kugunakan facial wash untuk membersihkan wajahku.Setelah selesai, aku keluar dari kamar mandi mencari piyama dalam lemariku, lalu aku menemukan piyama merah maroon polos yang agak mengkilap, oke, ku putuskan untuk menggunakan ini.
Kemudian aku mendengar suara ketukan pintu, spontan aku mengernyitkan alisku, aku hanya sendirian di rumah ini, jika ada satpam juga ia di luar, tidak berani masuk ke dalam. Dengan segera aku memakai piyamaku di dalam kamar mandi.
Setelah aku selesai memakai piyama, aku mengintip di lubang intip pintu, dan yang ku dapati Brayn sedang berdiri di sana, mau apa dia datang ginari?!
Segera ku putar kenop pintu dan menaikkan sebelah alisku melihatnya seperti orang panik yang sedang terburu-buru menunggu di depan.
"Mau apa ka....,"
Belum sempat aku meneruskan ucapanku ia langsung menarikku keluar rumahku dan menyuruhku masuk ke dalam mobilnya, kali ini penampilannya berbeda, ia menggunakan--pakaian kerja?
"Mau apa kau?! Ingin menculikku?" gertakku seraya ingin membuka pintu mobil, tapi enyahlah, dia sudah keburu menguncinya.
"Jangan terlalu percaya diri, tidak ada untungnya aku menculikmu," katanya datar seraya melajukan mobilnya dan bodohnya, satpam rumahku justru membukakan pagarnya dan tersenyum ramah saat mobil Brayn melewatinya keluar pagar, sia-sia orangtuaku menggajinya.
"Jadi?" tanyaku bingung mendengar jawabannya tadi.
"Kita akan ke Las Vegas," ucap Brayn dengan nada serius sambil terus mengemudikan mobilnya, ia terlihat seperti sedang marah.
Apa ia marah denganku? Aku ada salah apa dengannya?
"Brayn, aku hanya mengenakan piyama," ucapku, aku masih bingung dengan apa yang dilakukannya.
"Biar saja, kau cocok mengenakan pakaian apapun," katanya datar.
Oh, apa dia bilang barusan?
"Aku tahu itu," balasku seraya menaikkan kedua alisku.
Tidak lama kemudian kami tiba di bandara, Brayn membukakan pintu untukku, aku merasa canggung di sini, banyak orang yang berpakaian layaknya seorang body guard sedang berdiri di sekitaran pesawat pribadi Brayn, ada juga pramugari-pramugari cantik yang tersenyum genit pada Brayn dan bodohnya lelaki sinting itu membalas senyuman genit mereka, pramugari-pramugari itu terlihat senang sekali, padahal itu benar-benar menjijikan.
Aku terus memperhatikan pramugari-pramugari tadi, entah mereka tidak senang aku perhatikan atau ada yang salah denganku mereka memandangku dari atas sampai bawah dan memasang wajah jijik. Oh, ayolah, ini tidak seperti yang kalian lihat, aku memang lebih terlihat seperti wanita one night standnya yang sedang beruntung.
Brayn pun menarik tanganku untuk masuk ke dalam pesawat pribadinya, aku mengetahui itu karna ada tulisan 'Pakson' pada sisi pesawat itu.
Aku duduk disampingnya dan ia langsung membuka laptop yang sudah tersedia di sana tanpa mengucapkan atau menjelaskan satu katapun padaku mengenai semua ini?
Tidak lama kemudian, datang seorang pramugari cantik membawakan kami anggur, ia juga tersenyum genit pada Brayn dan menatapku rendah, aku tidak mengerti apa yang terjadi di sini.
"Pak, jika bapak butuh saya tinggal panggil saja," ucap pramugari tersebut, Brayn menoleh ke arahnya dan mengacungkan jempolnya.
Entah kenapa aku merinding mendengar kata 'butuh' dari pramugari tersebut, seperti ada yang--berbeda.
Aku pun hanya menggelengkan kepala kepada keduanya. Kemudian, Brayn melirik ke arahku dengan diam, aku hanya membalasnya dengan buang muka, lalu ia kembali pada laptopnya.
Tidak lama kemudian aku pun tertidur.
*****
Setelah 20 menit aku tertidur, aku melihat sekujur tubuhku berselimut, seingatku aku tidak mengenakannya sebelum tidur tadi.
"Sudah bangun? Cepat sekali, kau ini seperti kucing peliharaan temanku yang tidur mendadak dan bangun sangat cepat," ucap Brayn tanpa melihat ke arahku dan fokus memperhatikan laptopnya, entah apa yang ia kerjakan.
"Apa kau yang memakaikanku selimut?" tanyaku masih dengan setengah nyawa. Aku masih diambang ngantuk dan tidak ngantuk.
"Tidak, pramugari tadi yang memakaikannya," jawab Brayn acuh tak acuh, aku mengernyitkan dahiku.
Seingatku semua pramugari di sini menatapku dengan tatapan tidak menyenangkan, mana mungkin mereka peduli padaku, aku pun menyipitkan mataku pada Brayn.
Iapun menoleh ke arahku.
"Ada apa?" tanyanya seraya mengernyitkan alisnya.
Aku hanya menggeleng dan buang muka darinya, aku malas untuk lama-lama berbicara padanya, mataku masih dihantui rasa kantuk.
Entahlah, Brayn sangat sulit kutebak, kadang dia baik, kadang dia baik sekali, kadang dia jutek, kadang dia suka marah-marah, dan semuanya tanpa sebab yang ku ketahui sebelumnya mengapa moodnya mudah berubah-ubah.
Kemudian, datang seorang pramugari yang berbeda dengan tadi, aku sudah melihat kedatangannya dari jauh dan ia juga menatapku tidak menyenangkan.
Pramugari tersebut memberikanku 3 buah pakaian.
"Ini untuk apa?" tanyaku.
"Jelaslah untuk kau pakai, Ms. Smith," jawab pramugari tersebut dengan ketus, aku mengernyitkan alisku mendengar nada bicaranya, aku menoleh ke arah Brayn, ia ternyata tidak mendengar nada bicara pramugari tadi karna ia menggunakan earphone di telinganya, ia sedang menonton video mengenai sebuah perusahaan.
"Maaf, nada bicaramu bisa sopan sedikit?" tanyaku pada pramugari tersebut.
Pramugari itu tidak menjawab melainkan langsung pergi begitu saja.
Brayn pun menoleh ke arahku seraya melepas earphone yang ia pakai.
"Nah, kau pilih salah satu dari baju itu, kau gunakan yang kau suka, silahkan kau ganti sana, atau kau ingin aku yang menggantikan bajumu?" ucap Brayn seraya tersenyum jahil, aku memutar bola mataku tidak menghiraukan perkataannya, aku lebih memikirkan pramugari-pramugari tadi.
"Brayn, aku ingin bicara," ucapku pelan seraya menatap baju-baju yang kupegang.
"Apa?" tanya Brayn dengan menaikan kedua alisnya.
"Aku merasakan ada yang aneh dengan para pramugarimu," ucapku masih dengan mata menatap baju-baju ini.
"Aneh? Apanya? Pramugariku baik-baik bukan? Mereka ramah," balas Brayn dengan tersenyum.
Apa dia bilang? Ramah?
"Mungkin tidak denganku," ucapku pelan.
Brayn mengernyitkan dahinya, lalu ia batuk.
"Kau kenapa?" tanyaku dengan sedikit nada khawatir.
"Tidak apa-apa, aku ingin ke kamar mandi sebentar, jangan membuat kekacauan," ucap Brayn seraya meninggalkanku.
"Brayn!" panggilku.
Iapun menoleh.
"Boleh ku pinjam laptopmu?" tanyaku.
"Tentu...," ucap Brayn sebelum ia melanjutkan perkataannya aku memotongnya.
"Yes, boleh!" riangku sambil jemariku ingin menyentuh laptopnya.
"Tentu tidak boleh, jangan memotong ucapanku, Hellenia dan jangan menyentuh benda itu," ucap Brayn tegas, aku pun mencibirkan bibirku mendengar ucapannya dan dia langsung berbalik pergi.
Saking aku kepikiran mengenai pramugari tadi, aku hampir lupa dengan tujuan mengapa Brayn membawaku ke Las Vegas?
*****
TO BE CONTINUED
T H A N K Y O U BAGI YANG SUDAH MEMBACA KARYAKU💕
JIHAN
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M YOURS MY JERK
Romance[S L O W U P D A T E] Hellenia Smith, seorang wanita cantik dengan postur tubuh yang ramping, rambut hitam sebahu, serta busana dengan mix and match yang membuat dirinya enak dipandang. Ia berjuang untuk membuat karangan novel sesuai dengan cita-ci...