Happy reading 💕
****
Aku tidak dapat berkata apa-apa lagi setelah tahu ibu tiri Brayn adalah mantan kekasihnya, Brayn pun tidak menceritakan apa-apa padaku, baiklah, aku tahu aku bukan siapa-siapanya, jadi berharap ia akan menceritakannya padaku tanpa aku memulainya itu tidak mungkin.
"Aku tahu Brayn masih mencintaiku hingga kini," tambah Mrs. Jean, bibirnya tersenyum tipis dengan mata yang mulai bersinar dan sedikit terlihat berair.
"Aku juga tahu kalian tidak mempunyai hubungan apa-apa, ia membawamu ke sini agar Devander berpikir Brayn sudah melupakanku dan aku bisa berbicara dengannya tanpa dibatasi oleh Devander," ucap Mrs. Jean, ia meraih tanganku, menatap mataku seraya tersenyum hangat.
"Buat ia jatuh cinta padamu, Hellenia," kata Mrs. Jean dengan tiba-tiba, spontan mataku sedikit melotot karna kaget dan bingung akan membalas apa perkataannya.
Lalu, aku lebih memilih tersenyum untuk menanggapinya.
"Ku mohon, ucapkan sesuatu," ringis Mrs. Jean, mengharapkan tanggapan dariku.
Aku menelan ludah seraya menghela napas panjang serta memejamkan mata.
"Aku tidak tahu bisa melakukan itu atau tidak, ia termasuk orang yang keras kepala," balasku seraya terkekeh.
"Apa kau tidak ada rasa padanya?" tanya Mrs. Jean, aku kaget dengan pertanyaannya, seharusnya aku biasa saja dengan pertanyaan seperti itu, tapi entahlah, aku rasanya ingin menjawab 'ada'.
Aku hanya menggeleng untuk menanggapi pertanyaannya, tadi ia menyuruhku untuk membuat Brayn jatuh cinta, tapi mengapa ia bernapas lega saat aku menggelengkan kepala?
"Baiklah, Hellenia," ucap Mrs. Jean.
"Aku harus ke kamar, takut Devander mencariku," tambahnya seraya beranjak dari duduknya dan berjalan menuju kamarnya sendiri, sedangkan aku di sini, hanya terdiam merenungi semua perkataannya tadi, hatiku rasanya ingin pasrah, entah pasrah untuk apa, lalu, aku memejamkan mataku untuk menahan sesuatu yang mengganjal di hatiku.
"Hey..., ayuk tidur," ucap Brayn tiba-tiba mengagetkanku, ia sudah berada di depanku dan sudah menggunakan piyama, spontan aku membuka mataku, saat melihatnya, entah mengapa hatiku sedih, seperti tidak ada gunanya aku berada di sini lagi.
"Apa tidak ada kamar lagi untukku?" tanyaku tenang, Brayn langsung mengernyitkan dahinya mendengar nada bicaraku.
"Tentu saja, ada, tapi kau memang harus tidur denganku," jawabnya, lalu ia menatap mataku, mencoba mencari jawaban atas sikapku yang berubah menjadi hangat seperti ini.
Segera ku tutup matanya dan beranjak dari dudukku.
"Ayuk tidur," ucapku.
"Lepaskan, Hellenia," katanya dengan nada tinggi, aku tertawa kecil lalu melepaskan tanganku dari matanya, ketika ku lepaskan, ia menaikkan sebelah alisnya, lalu beranjak dari duduknya dan masih akan menebak-nebak sesuatu melalui mataku.
Kemudian, ia menempelkan tangannya di dahiku, lalu, melepasnya dan menempelkannya lagi di bokongnya.
"Pantas saja, panasnya sama," ucap Brayn, aku menganga mendengarnya dan mataku membulat penuh, ia terlihat beberapa kali mengedipkan kedua matanya seraya seperti akan mengucapkan sesuatu tetapi tidak bisa.
Lalu, ia berlari dari hadapanku, untung saja mansion ini sangat besar sehingga aku dapat dengan mudah mengejarnya tanpa menabrak benda-benda yang berada di dalam mansion ini.
"Aku minta maaf, Hellenia, aku hanya becanda," teriak Brayn disertai nada tawa di dalamnya.
Awas kau Brayn!
Aku tidak menggubris perkataannya dan tetap mengejarnya, lalu, ia berlari menuju sebuah kamar yang ku yakini adalah kamar di mana aku dan Brayn akan tidur bersama, kuulang, bersama.
Ia berlari ke kasur dan dengan segera aku mengambil bantal untuk memukulnya, ia hanya meminta ampun, aku tidak terima aku disamakan dengan bokongnya yang menyebalkan itu.
"Sudah cukup Hellenia kumohon, kita akur saja oke?" ucap Brayn seraya menahan lenganku untuk tidak memukulnya lagi.
"Tidak," aku tetap melanjutkan aktivitasku, akhirnya ia memelukku secara tiba-tiba.
"Cukup, Hellenia," ucap Brayn pelan, ia memelukku sangat erat, aku cukup kaget dengan tindakannya, tapi aku juga tidak bisa menolak.
"Aku mengantuk, kita tidur saja," ucap Brayn dengan nada pelan, mendengar perkataannya itu membuat jantungku berdegup kencang,
Aku tidak tahu ingin berkata apa, jika tidur, tidur bersama bukan? Tapi apa tidak akan terjadi apa-apa jika aku tidur bersamanya?
****
"Hellenia, tidak perlu seperti ini juga!" ucap Brayn dengan mata yang membulat penuh melihat pembatas yang ku buat cukup tinggi dengan bantal.
"Kalau gitu, selamat tidur, muah," kataku sambil memiringkan badanku dan menekan tombol lampu kamar untuk mematikannya. Tidak lama kemudian, terdengar suara hempasan napas, pasti itu Brayn yang sedang pasrah, aku ingin tertawa rasanya.
Brayn's POV
Aku tidak mengerti lagi dengan apa yang dilakukan Hellenia, segitu tidak inginnyakah dia kusentuh? Kalau begini aku tidak bisa tidur.
"Hellenia...," panggilku pelan.
Tidak ada jawaban.
"Hell..,"
Tidak ada jawaban juga, biasanya ia akan marah jika kupanggil dengan artian neraka itu.
Aku mencoba menepiskan bantal-bantal yang sudah ia susun ini sehingga aku dapat melihat tubuhnya yang ternyata sedang membelakangiku dan ia sudah tertidur.
Kemudian, aku mendekatinya, memeluknya dari belakang, menyium rambutnya, rambut indahnya wangi sekali, entah kenapa aku rasanya seperti terhipnotis oleh wangi tubuhnya, benar-benar jahat kau, Hellenia Smith.
Ku lingkarkan tanganku dipinggangnya, mataku mulai terpejam, rasa nyaman ini sukses membuatku mengantuk.
Hellenia's POV
Aku merasakan sebuah pelukan dari belakangku, sudah pasti ini Brayn, berani-beraninya ia tidur di wilayahku.
Saat aku ingin marah padanya, aku merasakan tangan besar melingkari pinggangku yang membuatku kaku di tempat, kenapa Brayn melakukan ini? Bukannya aku berada di sini hanya untuk sandiwara? Lagipula tidak ada orangtuanya saat ini.
****TO BE CONTINUED
T H A N K Y O U YANG SUDAH BERSEDIA MEMBACA KARYAKU💕
JIHAN
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M YOURS MY JERK
Romance[S L O W U P D A T E] Hellenia Smith, seorang wanita cantik dengan postur tubuh yang ramping, rambut hitam sebahu, serta busana dengan mix and match yang membuat dirinya enak dipandang. Ia berjuang untuk membuat karangan novel sesuai dengan cita-ci...