Lima Puluh Tujuh

2.6K 162 44
                                    

***Happy Reading gens***

Et jangan lupa VOMMENTNYA ya temen-temen ii. Makasih.

***

Sofa yang gue duduki tertekan ke bawah karena suami gue kini duduk di samping gue dengan membawa laptopnya. Gue ngelirik dia yang sedang berkutat sama laptopnya yang ditaruh di atas meja. Gue gak mau ngeganggu dia dan lebih memilih kembali ngebalesin tulisan-tulisan dia di buku yang ada di pangkuan gue.

Gue kembali tersenyum saat membaca tulisan-tulisan dia yang ada di buku yang gue baca, apalagi pas baca puisi-puisi yang dia buat buat gue. Ternyata dia itu tipe orang yang diam-diam romantis. Kalau aja gak rese, pasti keromantisannya itu akan muncul kepermukaan. Tapi kalau gak rese itu artinya bukan suami gue. Lagi pula dia romantis dengan kereseannya kok.

Gue tertawa kecil pas keingetan pernah iri sama perempuan yang suami gue maksud di tulisan-tulisannya, padahal perempuan itu gue sendiri orangnya. Kalau dipikir-pikir lucu juga.

Gak lama tawa kecil gue terhenti digantikan senyum bahagia. Selama kami berpisah dia tetap menunggu gue, mengharapkan suatu hari nanti bakalan ketemu lagi sama gue. Dia bilang gue selalu ada dalam doa dia, mungkinkah doa itu bukan sebatas dipertemukan lagi dengan gue? Menurut gue ini udah lebih dari cukup untuk menggambarkan segala perasaannya ke gue selama ini. Perasaan yang selalu dia pendam sendiri.

Gue kembali nemuin tulisannya yang baru. Seketika hati gue menghangat membaca tulisan dia padahal anaknya sendiri belum lahir ke dunia ini. Hal itu membuat senyum gue semakin berkembang. Gue mengusap perut gue di mana ada seorang calon bayi yang hidup di sana sambil melafalkan doa-doa terbaik untuknya. Setelah itu gue pun buru-buru membalas tulisan itu dengan perasaan yang luar biasa tersentuh.

 Setelah itu gue pun buru-buru membalas tulisan itu dengan perasaan yang luar biasa tersentuh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu kenapa senyum-senyum sendiri?" Tanya suami gue saat gue lagi meluk buku dia.

"Saya seneng baca-baca tulisan Ayah di buku ini." Jawab gue.

Awal-awal gue manggil suami gue Ayah lidah gue rasanya kaya dipormalin dosis ektra, kaku banget. Apalagi pas dia manggil gue bunda rasanya aneh banget di telinga gue. Tapi saat itu hati gue langsung berbunga-bunga gak karuan.

Gue rasa hal itu juga berlaku buat suami gue juga karena gue lihat kuping dia juga suka memerah kalau manggil gue Bunda, mungkin karena malu. Tapi perlahan-lahan gue sama dia pun mulai terbiasa dengan panggilan baru itu meskipun gak setiap saat gue manggil dia Ayah dan dia manggil gue Bunda. Kami berdua masih sering manggil saya-kamu-kakak seperti biasanya, mungkin kalau nanti anak kami sudah lahir kami akan lebih terbiasa dengan panggilan Ayah-Bunda itu. Semua butuh proses bukan?

Suami gue meninggalkan laptopnya lalu mencabut headset yang tersemat di telinga kiri gue dan memasangkan ditelinganya. Dia merebahkan punggungnya di sandaran sofa sambil memejamkan mata. Gue pun bergeser merapat ke dia lalu menyandarkan kepala gue di bahu lebarnya. Pemandangan ikan-ikan di depan gue ini menjadi daya tarik tersendiri sebelum gue ikut mejemin mata gue kaya dia. Kini gue sama dia pun berbagi lagu yang sama, lagu 'I Still Love You' milik The Overtunes yang dia nyanyikan pas Seminar dan Workshop waktu itu, waktu gue dan dia belum menikah. Mungkin waktu itu sebenarnya dia tengah mengutarakan perasaannya ke gue tapi sayangnya gue gak engeh sama sekali.

Dosen RESE (ISLY) ✔ [Masa Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang