BAB 12

2.8K 249 71
                                    

Pliisss..  Listen the video for your feeling. 👆

Melangkah memang tidak akan selelah seperti berlari.  Tapi ketika melangkah dengan membawa beban hati, rasa lelah itu akan melampui diri.  Lepaskan bebanmu, untuk dapat melangkah lagi. Bukan lari untuk memaksakan luka hati.


❄❄❄

Jika waktu lalu membahas tentang pudarnya lensa yang tersemat di retina, maka hari ini mungkin akan membahas lidah yang kelu. Sebuah pertahanan yang di andalkan dalam kata-kata, membuat tuturan menjadi layak dalam hempasan. Lidah itu ini terkunci, rapat dalam diri yang tidak lagi bereaksi. Waktu itu bukan seperti waktu ini, itu berarti retina tidak lagi membahas diri.

Tidak ada lagi yang bisa dipandang wanita ini, selain hanya sisa-sisa puing yang tidak kasat mata, puing kehampaan yang baru saja di hempaskan mereka semua dihadapan wajahnya sedemikian rupa. Musim semi akan berakhir beberapa hari lagi, musim saja dapat berganti wajah dengan mudahnya, mengapa wanita ini tidak bisa!

Tidak ada yang peduli padanya lagi hari ini, sekali pun menangis dengan histeris, dan lutut terjatuh dipuing kehampaan itu, tetap empati telah lenyap untuknya. Wanita ini masih berdiri di luar gedung sana, memeluk bayinya, membeku dalam dekapan yang gemetar. Setelah ini apa yang harus dirinya perbuat? Kembali ke rumah dengan tupai-tupai bodoh itu? Atau dirinya akan tetap di sini, dan seolah menjadi sosok orangtua yang membunuh anaknya sendiri dalam sisa musim semi akhir! Sialan, wanita ini benar-benar tidka tahu harus bagaimana.

Hingga bibirnya yang sejak tadi terkatup, mulai terbuka sedikit di saat melihat sesuatu. Mungkin tidak baik untuk dirinya berteriak, padahal tenggorokannya begitu kering. Tapi demi apapun, wanita ini ingin sekali melantangkan pita suara dalam sebuah gema.

Pria tinggi itu melepas kaca mata yang di kenakan, dan dengan cepat berhenti ketika kaki mungil berdiri tepat di hadapannya. Lupakan tentang tidak memiliki rasa malu, wanita ini akan berprilaku seperti musim, berganti wajah tanpa peduli apapun.

"Frank.."

"So Eun? Sial! Sedang apa kau di sini!!."

"Frank, kenapa kau seperti ini? Bukankah hubungan kata baik-baik saja? Kau ingin aku menjadi adikmu, dan aku-"

"Keparat! Wanita tidak punya malu sepertimu masih mengharapkan hal itu?! Minggir!."

"Frank aku.."

"Minggir, Sialan!!." Kini yang ada adalah puing waktu kemarahan, duka yang lebih dalam setelah kelaknatan. Wanita ini terhempas, dekapan bayi itu masih coba untuk dipertahankan. Bukannya Frank tidak memiliki hati terhadap wanita mungil bersama seorang bayi, tapi wanita sialan ini lebih tidak memiliki hati, membakar beberapa harta adiknya, membuat adiknya sampai seperti hari ini.

Jangan pernah membahas empati dan hati saat ini, karena bagaimana pun udara di musim yang saat ini mengoyak diri, pria ini akan menghapus dua rasa yang dulu sempat ada, simpati dan empati dalam diri. Wanita ini kembali berdiri dengan cepat, menahan lengan berotot pria Prancis itu dengan kuat, kuku yang baru saja di kikis terasa menusuk di kulit Frank.

"Frank apa maksudmu? Aku tidak melakukan kesalahan apapun padamu."

Tentu saja wanita ini tidak tahu siapa pria yang telah di rusaknya, siapa pria yang diam-diam telah di hancurkan kekayaannya dengan obaran api seperti masa lalu. Frank menghempakan tangan So Eun dengan kasar, tersenyum miring dan memandang wanita itu dari bawah sampai atas dengan cemoohan, dan meludah ke aspal dengan sengit, hingga gigi yang bergemelatuk terdengar cukup keras.

"Kau merusak adikku, Keparat!!."

"Adik? Bukankah kau tidak memilik adik?."

"Dan kau percaya akan hal itu?! Kau bersikap seperti psikopat tapi kau percaya begitu saja kata-kata orang asing. Kau ini psikopat atau wanita dungu yang tidak punya otak, So Eun! Dengar, Kim Bum, pria yang telah kau rusak itu adalah adikku! Dan kau tahu, saat ini aku ingin memastikan dirinya hidup hanya untuk membakar dirimu!."

Crysanthemum (COMPLETE) √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang