3-DINGIN

186 10 2
                                    

Hadirmu membuatku lupa akan segalanya.

~Nanda Sari~

Hujan tiba saat waktu pulang sekolah Ana. Nampak Ana yg bingung memikirkan sesuatu. "Lo kenapa An kok daritadi gue perhatiin lagi mikirin sesuatu." tanya Sari pada Ana.

"Udah deh jangan dipikirin gombalan Andra tadi, Andra buat gue aja." celetuk Ditya. "Siapa juga yg mikirin Andra, gue itu lagi mikirin sama siapa gue pulang karena tadi gue nggak bawa motor." kata Ana menjelaskan kepada teman-temannya.

"Kan ada Andra! Lo bareng dia aja. Itung-itung kencanlah." ujar Sari dengan entengnya sambil memasukkan semua bukunya kedalam tas.

"Ogah gue bareng dia, mending jalan kaki daripada dianterin sama dia. Lagian gue juga nggak mau kencan sama Andra, cowok sok ganteng tu." papar Ana saat sudah keluar dari kelas dan menuju gerbang sekolah.

Ditya langsung menutup mulut Ana menggunakan jari telunjuknya. "Eits! Jangan ngomong kayak gitu nanti kalau lo kencan sama dia beneran gimana??"

"Gue kencan sama Andra, In your dream!" balas Ana dengan nada ketus. "Udah deh lo nggak usah banyak cincong ya kalian berdua! Mending bantuin gue buat cari barengan pulang."

"Kenapa lo nggak bareng Wikan aja? Kan dia bawa motor." kata Sari saat mereka sudah sampai didepan gerbang.
"Iya tuh betul An, mending lo bareng sama Wikan aja." sambung Ita.

"Iya juga ya kenapa gue nggak kepikiran ya." sahut Ana. Lalu ia mengambil handponenya dan mengirim chaatt ke Wikan teman cowok Ana.

Bisa bareng pulang sama lo nggak?

Bip.

Balasan dari chatt.

Sory ya An gue lagi mau latian paski, tapi kalo lo mau nungguin juga nggak papa kok. Gue pulang jam 3.

Ana langsung menekuk wajah cantiknya dan memasukkan HP nya kembali kedalam tas.

"Gimana An Wikan bisa nggak?" tanya Sari setelah melihat wajah Ana, padahal dia udah tau apa balasan dari Wikan.

Ana menggeleng sebagai jawaban dari pertanyaan Sari. "Dia latian paski." jawab Ana sambil mata yg mulai berkaca-kaca.

Ita mengusap-usapkan tangannya pada punggung Ana. "Sory ya An gue nggak bisa barengin lo, soalnya gue juga dianter tadi. "Iya An gue juga nggak bisa barengin lo, gue mau jalan ama Mama gue." tambah Ditya.

"Gue sebenernya bisa sih An barengin lo tapi masalahnyakan arah rumah kita beda, lo kekanan gue kekiri." ucap Sari dengan nada yg kasihan pada Ana.

Ana hanya menggeleng. "Nggak papa kok, kalian semua nggak usah minta maaf ke gue. Yaudah kalian cepet pulang gih udah mendung mau ujan kayaknya."

Memang benar dari tadi para penjemput teman-temannya itu sudah tiba disini, tapi karena Ana masih belum ada bareng an mereka bertiga memutuskan untuk menemani Ana terlebih dahulu.

"Tapi pulang lo nanti gimana An?" tanya Sari. "Iya lo pulang naik apa?" sambung Ditya dengan nada yg lembut.

Ana jadi heran pada sahabatnya satu ini. Kadang baik kadang cerewet, tapi Ana tau kalau itu semua tanda bahwa dia menyayanginya.

Lalu Ana tersenyum.

"Udah pulang aja sono, gue jalan kaki aja kan nggak terlalu jauh." rumah Ana memang tak terlalu jauh dari sekolah, tapi jika ditempuh dengan jalan kaki bisa memakan waktu yg lama.

He is My BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang