22-KESEMPATAN KEDUA

404 9 0
                                    

Sebelum baca tekan bintang dulu yaaa... 🌟🌟🌟

Kaulah yg terakhir bagiku. Engkaulah hidup dan matiku. Jadi jangan tinggalkan aku.

~Diandra Prawirayoga~

Clara menjatuhkan pisau kecil yg ia gunakan tadi. Wajahnya memucat melihat siapa yg datang didepannya. Clara berdiri dengan tubuh gemetar, tenggorokannya tercekat seakan tidak bisa mengeluarkan sepatah katapun. Punggung Clara menabrak dinding dibelakngnya, kedua tangan Clara berusaha meraih wastafel yang ada di kamar mandi. Tubuh Clara lemas seketika saat melihat darah segar mengalir dilantai.

Andra merogoh sakunya mengambil hp disaku celana lalu menelfon seseorang diseberang sana agar membantunya. Andra langsung menggendong tubuh lemas Ana. Terlihat wajah pucat diwajah manis Ana. Sebelum itu jas Andra digunakan untuk menutupi bahu Ana yg terbuka lebar karena model baju yg ia pakai saat ini menampilkan bahu sampai atas dadanya.

"Maaf aku datang terlambat maafkan aku Ana." kata Andra sambil mengecup kening Ana lembut.

"Andra." panggil Clara lirih. Andra menoleh melihat cewek tersebut. Tanpa sepatah kata Andra meninggalkan Clara yg masih didalam kamar mandi.

"Ana." pekik Sari kaget saat melihat Ana berada digendongan Andra. "Urus cewek didalem gue mau ngurusin Ana dulu. Gue serahin semuanya ke lo Ky." ucap Andra dengan menatap Riky.

"Ditya sama Ita lo kabarin bundanya Ana Sari ikut gue kerumah sakit sekarang. Dan lo Ar beritau kejadian ini ke kepala sekolah orang lain jangan sampai tau. Paham." semua mengangguk tanda memahami perintah dari Andra.

"Lah gue kemana nih Ndra?" tanya Dzul. "Lo ikut gye aja." balas Riky yg disetujui oleh Dzul. "Sari lo hati hati ya jagain Ana." ucap Dzul pada Sari yg membuat Sari merona.

Setelah itu semuanya bergegas melakukan apa yg diperintahkan Andra. Andra dan Sari pergi kerumah sakit menggunakan mobil Andra. Ditya dan Ita menelfon bunda Ana yg masih dirumah. Ari beregas ke tempat kepala sekolah berada sementara itu Riky dan Dzul menahan Clara yg masih berada didalam kamar mandi.

Andra mengemudikan mobilnya dengan cukup kencang membuat Sari sedikit takut apalagi melihat tatapan mata Andra dari spion yg ada didalam mobil, tatapan yg sangat khawatir dengan keadaan Ana saat ini. Memang darah dari tangan Ana belum juga berhenti masih bercucuran. Sari duduk dibelakang sambil memangku kepala Ana.

Sesampainya dirumah sakit Andra turun dengan cepat lalau menggendong Ana dan diletakkan di ranjang yg berada dirumah sakit. "Dokter! Dokter cepat kesini." teriak Andra dengan lantang membuat seluruh pasien yg ada dirumah sakit menoleh kearah Andra.

"Andra jangan teriak teriak ini rumah sakit." Sari mengingatkan Andra agar tidak berteriak dirumah sakit. Andra melihat kesekitar dan benar saja semua pasang mata mengarah kepadanya.

Suster dan dokter datang dengan tergopoh gopoh, ranjang rumah sakit didorong dengan cepat menuju ruangan UGD.

"Mohon kalian menunggu disini kami akan melakukan yg terbaik." kata dokter sambil mencegah Andra dan Sari masuk keruangan.

Andra terduduk lesu melihat pintu UGD tertutup rapat. "Udah Ndra Ana bakal baik baik aja kok lo gak usah kuwatir gue tau Ana cewek yg kuat." hibur Sari.

"Ana.. Ana.." tiba tiba bunda Ana datang bersama dengan Ita dan Ditya.

"Ana masih didalam ruangan UGD tan masih ditangani sama dokter." balas Sari.

Andra berdiri menghampiri bunda Ana. "Maafin saya tan Andra gak bisa jagain Ana dengan baik, maafin Andra tante boleh ngehukum Andra tante boleh marahin Andra nampar Andra tapi Andra mohon jangan pisahin Andra sama Ana. Andra sayang banget sama Ana." jelas Andra.

He is My BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang