23-TAKUT

196 6 0
                                    

Budayakan vote yaaa 🌟🌟🌟

Jika mencintaimu ibarat pedal yg dikayuh maka aku tak akan menekan rem sekalipun

~Diandra Prawirayoga~

Malam hari telah tiba suasana rumah sakit semakin mencekam ditambah semua orang sudah terlelap termasuk bunda dan Lia adik Ana yg tidur disofa ruangannya.

Berbeda dengan Ana, saat ini Ana belum bisa tidur padahal matanya sudah ia pejam pejamkan dari tadi namun kantuk tak kunjung datang. Rasa takut menyerang tubuh Ana, seluruh tubuhnya ditutupi dengan selimut sampai kepala. Ana memang takut akan suasana seperti ini. Suasana yg membuatnya merinding dan akan membayangkan hal hal yg berbau dengan mistis.

Punggung Ana merinding membayangkan ada seseorang yg berdiri dipojokan ruangan dengan baju berwarna putih. Atau suster ngesot yg dibawah ranjangnya. Ana semakin menenggelamkan wajahnya dibawah selimut.

Tiba tiba terdengar suara pintu terbuka. Keringat dingin mulai bercucuran dari dahi Ana, tangannya gemetar bibirnya tak berhenti melafalkan doa doa yg ia bisa. Mulai dari surat surat pendek sampai ayat kursi. Matanya dipejamkan erat erat.

"Bundaa.." panggil Ana lirih. Namun tak ada sahutan dari bunda membuat Ana semakin takut dan merinding.

Ana merasakan ada yg memegang bahu kanannya yg masih tertutup selimut. Sekujur tubuhnya menegang, mulai dari puncak kepala sampai ujung kakinya. Ana memberanikan diri melihat siapa yg malam malam begini keruangannya.

Ditariknya selimut yg dipakainya sedikit demi sedikit. Mata Ana masih terpejam belum berani melihat seseorang itu.

"Bbaaaa..."

"Andraaaa...." jerit Ana. Ternyata orang itu adalah Andra.

Tangan kanan Andra membungkam mulut mungil Ana. "Hussttt.. jangan teriak teriak nanti bunda bangun." Andra mengingatkan Ana bahwa disini masih ada bunda dan Lia. Untung saja kedua orang itu tidak terbangun karena teriakan Ana.

"Kamu ngapain disini."

"Malam malam keluyuran."

"Habis dari mana jam segini."

"Habis kencan sama cewek lain ya?"

"Yaudah sana kencan aja sana gak usah kesini."

Kata berbondong bondong membuat Andra terkekeh geli melihat bibir Ana yg dimanyun manyunin.

Cup.

Dikecupnya bibir Ana sekilas. Ana memelototi Andra yg tersenyum setelah mencium bibirnya. Tangan kanan Ana melayang ke perut Andra.

"Sakit sayang kamu tega iihhh..." tajuk Andra yg sebenarnya pukulan Ana tidak terasa apa apa, karena Andra rajin ngegym setiap minggunya.

"Kamu sih mesum." rajuk Ana.

"Tapi kamu sayangkan?" goda Andra. Ana menoleh menghadap jendela.

"Enggak kok siapa juga yg sayang sama lo." ucap Ana. Dibingkainya wajah Ana yg merona.

"Beneran gak sayang sama aku?" tanya Andra lagi namun sekarang wajahnya tepat berada didepan wajah Ana.

Ana mengangguk. Jantungnya berdetak lebih kencang, hal inilah yg membuatnya sadar jika sekarang dia mulai menyukai lelaki didepannya ini.

"Oke kalau kamu gak sayang sama aku, aku pergi aja kerumah Clara." Ana langsung memandangi mata Andra.

Ana melepaskan tangan Andra dari wajahnya. "Pergi sana! Urusin pacar kamu itu gak usah balik lagi kesini." usir Ana. Kedua tangan Ana digunakan untuk mendorong tubuh Andra dari ranjangnya.

He is My BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang