#36(Sebuah Luka 2)

483 85 7
                                    

"Sorry"

"Apaan?"

"Maafin gua" Daniel meraih tangan gue.

"Maaf buat apaan? Gue minta penjelasan, bukan minta permintaan maaf"

"Gua salah" Daniel masih pada posisinya, kepalanya tertunduk, namun tangannya menggenggam pergelangan tangan gue.

Dengan cepat gue melepaskan genggamannya. "Kenapa tuh cewek bisa bilang lu ayah dari anak-anaknya Daniel?!"

Suasanya sangat tegang, hanya suara jarum jam yang terdengar. "Gua juga gatau"

"Lah ko gatau. Lu bego apa tolol?! Begitu ko gatau"

"Ngomong Daniel!"

"Maafin gua, waktu itu diajak atasan ke club" jawabnya dengan cepat tanpa ada jeda.

Rasanya gue mau ketawa. Kenapa ngucapin kalimat semudah itu aja susah banget dari tadi.

"Jadi selama ini, semakin sibuk karna sering pergi ke club? Haha, iya Niel iya"

"Yaudah gue mau pulang ah" ucap gue.

Apa yang mau gue denger udah gue denger, gak ada hal lain yang mau gue tau, ataupun gue cari tau. Semuanya udah jelas.

Semua jawaban dari kesibukan Daniel, yang setiap hari semakin sibuk bukan karna pekerjaannya. Tapi karna apa yang dia lakuin. Satu hal yang baru gue tau barusan, bisa menjawab semua pertanyaan di benak gue.

"Bentar dulu Y/N" Daniel mencegah gue di depan pintu apartement.

"Gue mau pulang Daniel, gue capek balik kerja"

Daniel meraih tubuh gue, dan menaruhnya dalam pelukannya.
Kenapa lu kaya gini Niel, lu ngerusak kepercayaan yang gue kasih.

"Udah gue capek" gue mendorong tubuh Daniel menjauh. Lalu berjalan menatap lantai.

Kenapa bahagia aja sulit gue dapet?
Kata orang bahagia itu sederhana, tapi bagi gue bahagia itu rumit.

🍌🍌🍌

"Y/N"

"Y/N"

"Y/N"

"Apaan si berisik lu!" gubris gue, karna Jihoon terus terusan ngetok pintu kamar gue.

"Ada ka Daniel oneng di luar"

Mata gue melirik ke jam di atas nakas yang menunjukan pukul 09.21. Hari ini gue udah izin ga masuk ke Jisung, rasanya males buat ngelakuin segala aktivitas, yang gue mau cuma diem di kamar.

"Terus kenapa?"

"Ya samperin lah bego, pacar pacar lu juga" Jihoon melempar bantal tepat di muka gue.

"Bilang aja gue sakit, udah sono cepet!" gue mendorong Jihoon dengan kaki.

Tak lama Jihoon keluar dari kamar, ponsel gue bergetar. Ada pesan masuk dari Daniel, yang gue liat dari bar notifikasi.

Y/N.

Lu sakit? Ayo ke dokter.

SAVE ME [Kang Daniel IMAGINE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang