04. Moonchild

467 19 0
                                    

"Kook... Neol gwenchana? Hiduplah dengan damai... Tangguhkan bebanmu, sejenak. Ayolah....Kook, sekali ini penuhi keinginanku. Aku selalu mencintaimu,"

Aku merasakan kehadirannya, dia begitu dekat. Seolah nyata. Kuingin memeluknya lagi, men dekap tubuh mungilnya yang sekali raup, yang senantiasa menghangatkanku dimalam-malam yang dingin.

Kurindukan wangi tubuhnya, kurindukan celoteh cueknya, kurindukan segala yang ada padanya. Tapi, dimana dia? Kenapa aku disini? Oh, Jhope hyung yang membawaku. Hh...dia memang hanya ingin memilikinya sendiri. Kim Bora hanya milikku! Milikku!

.

.

.

.

"Yeoboseoyo..."
"Tuan, Jungkook..."

Hoseok dengan tergesa membuka pintu dan mengeluarkan mobil dari garasinya.

"Appa!! Appa!!" seorang anak perempuan kecil berusia 3 tahun berlari menghampiri.

"Eh, kenapa keluar? Bora-ya...ini sudah malam, tidur ya sama bibi? Emh, nanti Appa beliin coklat. Ok?"

"Oke, Appa tepet puang..."
"Ne...tapi Bora tidur dulu. Kasian bibinya harus ngejar-ngejar, kan capek tuh."

Bora mengangguk. Hoseok tersenyum, dikecup sayang puncak kepala gadis batita itu. Setelah Bora masuk, barulah Hoseok tancap gas.

Tiba dirumah sakit...
Hoseok melihat Jungkook mengamuk dan kedua tangannya diikat dibebat sedemikian rupa.

"Dia mengamuk lagi. Tapi kali ini dia memanggilmu." kata suster Jihan.

Hoseok tampak kuatir.
"Lakukan yang terbaik, sus."

"Hyung! Hyung! Andwe...jangan ambil Boraku! Kembalikan dia!! Hyung!!" teriak Jungkook.

"Eottoke, Kook?" gumam Hoseok dengan sedih.

Lamat-lamat suara gaduh Jungkook menghilang. Dia sudah gak sadarkan diri karena bius.

.

.

.

Hoseok's pov

Kugenggam jemarinya, entah yang keberapa kali dia menangis seperti ini. Sesegukan. Begitu perih, menyanyat hati. Yang mendengar tangisannya pasti akan ikut merasakan kepedihannya.

Aku hanya membiarkannya sampai terluapkan semua. Percuma kusuruh berhenti juga.

"Aku bodoh, ya Seok-ah?"
Setelah sekian lama...

"Aku bilang kau bodoh, nanti kau marah... Cinta yang membuat kita gak berpikir jernih, gak berdasar logika malah. Ya..mo gimana lagi? Itu kan udah bawaan kamu dari lahir, jadi...bersyukurlah sebegitu baiknya hatimu." paparku.

"Aku, Jungkook atau cinta yang salah?" tanyanya.

"Gak ada yang salah. Cinta kan anugrah Tuhan, cinta adalah salah satu sifat Tuhan. Kita gak salah, cuma lagi tersesat. Tersesat dalam melabuhkan pilihan,"

"Tapi...disela kebodohanku itu, dengan bodohnya pula aku menikmati sakit itu dengan rasa syukur gak terhingga." ujarnya telak membuatku membulatkan mataku.

Heol!! Sungguh, beruntungnya Jungkook memiliki Sua. Tapi kenapa dia ga nyadar juga sih? Alih-alih membuat bahagia Sua, malah membuatnya makin terpuruk jatuh berkeping tanpa sisa....

Sua yang kukenal begitu ceria, kini layu, kusut masai dan pendiam. Jungkook telah merubahnya menjadi mayat hidup.

"Aku pulang...Seok-ah."
"Aku antar,"
"Jebal andwe,"

W H I T E   L O V E (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang