05. Deep in Memory

398 20 0
                                    


Aku adalah 'diary jalan'-nya Sua. Sua gak pernah melewatkan satupun cerita padaku, termasuk gimana perasaannya padaku, atau gimana Jungkook memperlakukannya. Tapi..akhir-akhir ini, sejak aku mendapati lebam dan luka itu, dia agak tertutup padaku.

"Sua-ah, eotte? Kita berangkat sekarang?" tanyaku.

"Ne, lebih cepat lebih baik kan? Sekalian nanti aku ke dokter kandungan," ucapnya.

"Mwo?" kutilik keseriusan diwajahnya.

"Aku beberapa minggu ini telat, Seok-ah. Aku hanya ingin mastiin, apakah bahaya kalo aku hamil dengan riwayatku."

"Gak usah kuatir, dia anak Jungkook. Pasti kuat." sahutku.

"Seok-ah.. Aku selalu merepotkanmu. Mianhe,"
Kusentuh pipinya dan segera kulepaskan tanganku.

"Andai...-"
"Jebal, Seok-ah..jebal. Kamu terlalu berarti buat kujadikan seseorang seperti Jungkook. Aku memang egois. Pantas dia mengataiku jalang juga,"

"Mwo? Dia mengataimu kek gitu? Perempuan yang dia kencani itu, jalang! Aku benci ini, Sua-ah.." semburku.

.

.

*****

Jungkook's pov

"Apa ini? Eoh, diary?" tanyaku. Diary berwarna pink.
Dilembar berikutnya ada fotoku dan....Bora?

Aku menatap Jhope hyung. Dia tersenyum.
"Dia..ingin kau tau. Itu wasiat terakhirnya, agar aku memberikannya padamu." ucap Jhope.
"Jebal, jangan bilang wasiat terakhir hyung..." gumamku.

"Bayinya?" tanyaku.
"Dia sehat. Gwenchana. Gomabta, udah kuatir." sahut Jhope datar.

"Bacalah, dengan hati. Perlu kau tau, diary ini pake kunci. Dan kuncinya ada padaku. Aku bisa membacanya, tapi..anio, pesannya cuma buatmu." ungkapnya.

Kubuka lembaran berikutnya.....
.

.

"Ini kisah cintaku. Cinta yang rumit, yang akupun gak ngerti dengan perasaan yang bebal ini, yang hanya memberi, mencintai dan menuju satu orang ini. The only one....is Jungkook."

Aku harus berpindah-pindah, mengikuti mutasi dari perusahaan tempat Appa bekerja. Biasanya 3-4 tahun sekali aku pasti pindah. Aku lelah...

Akhirnya aku sampai disekolah baruku. Masih sepi. Bertanya pada siapa?

"Permisi, kalo kelas satu kelasnya dimana ya?" aku terpaksa bertanya pada security didepan.

"Lantai dua,"
Dan akupun naik ke lantai dua. Kucari kelas X-3. Waktu Mos saja aku gak hadir, karena typus. Aku nginap dirumah sakit sampai seminggu.

Kelas X-3. Ini dia. Aku masuk, sepi. Aku lalu memilih duduk dibangku belakang. Barisan depan biasanya diisi sama anak cewe dan biasanya mereka cerewet. Beda sama anak cowo, lebih woles.

Kumainkan game diponselku sambil denger lagu-lagu dari Winner.

Tok. Tok. Tok.
Seseorang mengetuk meja, wajahku mendongak sambil melepas earphoneku.

"Sori, bangkunya udah isi." kata cowo itu. Cool. Meotjin.

"Oh, mianhe. Kukira masih kosong." sahutku.
Aku lalu pindah ke bangku paling depan dekat jendela.

Dan gak lama para penghuni kelas ini pun pada datang. Ahh, daripada nanti aku diusir lagi, aku keluar kelas dan menunggu diluar.

Saat menunggu itulah, aku ketemu serombongan cowo dan salah satunya ada cowo sekelasku tadi.

W H I T E   L O V E (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang