18. Sweetest

334 14 0
                                    


Aku menatap wajah itu. Tertidur pulas, seperti bayi. Padahal sebelumnya....
Jungkook malam ini dalam periodenya. Aku nggak bisa mengantisipasi kejadian itu terulang.

Lengannya masih posesif mengurungku dalam dekapannya. Padahal aku harus mengobati luka ini sebelum Jungkook bangun. Ketika kujauhkan lengannya, dia bergerak.

"Bo..." igaunya.
Bahkan dalam tidurpun kau menyebut namaku, Kook.

Sangat....perlahan kusingkirkan tangannya dari perutku. Dengan setengah berjinjit aku masuk ke kamar mandi. Kupandangi bayangan dicermin besar. Kissmark yang ganas, merah keunguan didada dan leherku. Apa iya aku pakai sweater turttle neck?

Juga....luka gigitan dan cakaran ini, wajahku memucat. Kubilas dengan air hangat. Aku berendam air hangat bercampur obat septik, kuatir kena infeksi.

Luka yang kemarin, kemarin dan kemarinnya lagi belum sembuh....
Bayangan ancaman Papa yang menguras pikiranku. Apa yang harus kulakukan?

Rintihan dan tangisanku yang tertahan....membuat dadaku semakin sesak.

Hiks....

Hiks.....

Hiks.....

Hiks.....

.

.

.

.

"Morning...honey," Jungkook melingkarkan tangannya dipingganggku. Senyumnya secerah matahari pagi ini. Sebelumnya dia meminta morning kiss.

"Morning, sarapanlah dulu Kook." kataku.
Hazelnya menatapku," Um...Bo, nanti anter gue kontrol ya?"

"Kontrol? Oke, aku senang kamu mau kontrol. Sekalian aku juga," sahutku.

"Baiklah..."
Aih...aku senang Jungkook mau kontrol.

"Dirumah kita ada hantu keknya Bo," cetus Jungkook.

"Hantu dari mana? Kalopun ada, dia takut padamu." kekehku.

Dia mengerucutkan bibirnya. Lalu segelas susu itu pun tandas.
"Semalam gue denger tangisan, hihh...bikin merinding!"

'Itu kan aku, Kook.'
Aku menggeleng,"Lalu kenapa gak cari tau?"

"Bisa-bisa hantu itu nerkam gue lagi, gak banget ditempeli hantu."

Wajahnya sangat lucu, ngomongin hantu gitu. Masak iya Jungkook takut hantu?? Malu sama otot perut! Sandwich-nya udah raib dari tadi. Raib ke perut Jungkook keknya.

"Bo..."
"Hm?" tatapan kami bertemu. Dia genggam tanganku.

"Miannhe,"
"Apa?"
Dia mendekat dan memelukku perlahan, seolah takut aku terluka.

"Ingetin kalo gue keterlaluan," ucapnya.

"Cukup buatku kalo kamu ngelakuinnya sama aku, yang kamu butuhin cuma aku. Kamu sayang, cinta sama aku...itu udah lebih dari cukup, Kook."

"Lo boleh nolak, gue takut banget kalo gue kelepasan kek tadi malem atau kemaren. Ahhh....Bo, gue pengen sembuh... Lo tau ini bikin gue frustasi. Kenapa gue mesti lakuin ke elo?!"

"Ssttt...Kook, look at me." kutangkup wajahnya. Aku tersenyum.

"I love you, kita jalani ini bareng-bareng oke? Aku tau ini gak mudah, jangan terlalu banyak pikiran, itu yang kadang bikin kamu balik ke periodemu lagi."

"Ya...kemaren emang gue lagi banyak pikiran. Tae datang dan bilang kalo lo udah ngobrol sama Jiwoon. Wae?? Gue gak mo lo sampe sesakit itu!"

Kueratkan genggamanku.
"Kook, kamu percaya aku kan? Kalo aku cinta banget sama kamu?"

W H I T E   L O V E (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang