12. We'll married

375 19 0
                                    


Kupandangi langit-langit kamar ini yang tinggi. Mataku tertumpu pada sosok laki-laki disampingku, dengan tubuh toplesnya. Dia tertidur kek bayi.

Apa yang kulakukan tadi? Menyerahkan semuanya pada Jungkook? Apakah akan ada jaminan dia gak akan nyakitin aku lagi? Apa dia akan menjadi Jungkook yang baik dan manis, sekarang?

Bukankah dengan begini, dia malah akan lebih melecehkanku, merendahkanku? Selama ini dia gak pernah bilang 'I love you, Bora', atau 'gue butuh lo', atau minimalnya 'gue suka lo'.

Seketika, nyeri itu datang lagi. Tapi, sekarang dengan rasa perih diorgan intimku. Ahh, ya...tadi Jungkook bermain kasar. Seolah aku diperkosa.

Mana gaunku? Mama pasti marah, gaun yang beliau belikan terkoyak ulah anaknya. Sungai kecil mulai menuruni pipiku. 'Kook, lo tega ke gue...', rintihku.

Aku beringsut bangun dan mencoba berdiri. Tapi ternyata kakiku terasa lemas. Dan aku terjatuh.

"Bo! Lo gak apa-apa? Mau kemana, hm?" Jungkook turun dan memapahku.

Aku menatapnya dengan airmata yang semakin deras.

"Gue main kasar ya? Hm... mianhe. Gue pikir lo udah pernah main sama Jhope. Ternyata...lo ngasih kevirginan lo buat gue, Bo." katanya. Dia memelukku.

"Gue seneng," bisiknya.

Aku mengernyit. Lalu kupejamkan mataku. Kuraup gaun hitamku dan menghilang di kamar mandi.

.

.

.

.

"We'll married..." bisik Jungkook.
Aku tertunduk.

"Ahhmm.. Karena malam itu ya?"
Dia mengangkat daguku, dan me lengkungkan senyum dibibirnya.

"Lo gak suka? Gak seneng?" tanyanya. Menatapku.

"Sejujurnya... Gak, Kook. Gue gak suka, gue gak seneng karena lo nikahin gue kepaksa." sahutku.

"Gak juga..." gumamnya. "Gue..nikahin lo ya..Papa yang suruh, gue harus bayar utang keluarga gue melalui lo. Gitu kan?"

"Tapi, gue juga suka sama lo. Lo beda. Lo gak kek Sana atau Lisa..." imbuhnya.

"Lo mau kan?"
Aku harus apa? Disisi lain aku memang mengharapkan ini terjadi, Jungkook menikahiku. Tapi selubung yang melatarbelakangi pernikahan ini
yang membuatku meradang. Tersakiti. Terkhiananti.

Aku mengangguk. Sumringah wajahnya begitu dengar jawabku. Entah kenapa. Dia lalu memelukku, membelai rambutku. Dan, menciumku singkat.

.

.

.

"Seok-ahh!" panggilku.
Cowo manis dengan senyum yang selalu tersungging itu melambaikan tangannya.

"Sua-ahh!!" dia bergegas menghampiriku. Wajahnya berseri seolah ada kabar gembira yang menyertainya.

Dia merangkulku masih dengan senyumnya.
"Aku keterima!! Yeeeaaayyy!!" serunya.

"Ohya? Chukkaeyo! Aku ikut bahagia..."

"Kau juga kan?" tanyanya.
"Ne, tadinya aku akan ikut Oppa ke Aussie. Tapi aku gak mau ninggalin kamu sama Jungkook. Aneh ya Seok-ah?"

"Buatku gak. Aku seneng apapun pilihanmu. Kalo kamu di Aussie, gampang, aku tinggal nabung yang banyak lalu menyusulmu kesana." sahutnya ringan.

Aku tertawa kecil," Yaak!"
Hobee menyenggol bahuku lalu kubalas. Kami tertawa bersama.

W H I T E   L O V E (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang