"Beneran lo enggak ikut ke kantin?" Mata Alya menyipit, mendengar Nirma tak ikut ke kantin lagi. "Entar kalau laper, lo gampang emosi."
Nirma tersenyum selebar penggorengan, dan mengeluarkan kotak bekal bertumpuk tiga dari dalam ranselnya. "Gue bawa ini."
"Tiga boks? Lo mau ngasih makan sekelas? Gue juga mau kali." Alya kembali duduk, dan tanpa izin dari pemilik makanan, ia sudah membuka kotak bekal yang paling atas. "Waaah ... sushi." Alya masih terus membongkar kotak bekal Nirma yang ke dua dan tampak kecewa, karena kotak itu juga berisi sushi sosis dan telur dadar. "Sushi juga. Elah, gue kira beda. Paling yang ke tiga sama juga."
"Komentar aja lo, tinggal makan aja ribet. Emang yang boks ke dua buat lo kok, tapi tadi kayaknya lo ngidam bakso beranak di kantin," seloroh Nirma sembari menuangkan saus dan mayones saset ke atas dua kotak sushi. "Yang bawah ada matcha cream puff. Cobain deh, Al. Tampar gue kalau misalnya enggak enak."
Alya mencebik mendengar tantangan Nirma. "Paling bikinan siapa tuh, tetangga lo yang jadi tukang masak di restoran, uhm ... Bang Erga, kan?"
Dengan antusias, Nirma mengangguk. "Jangan tukang masak kali nyebutnya. Bang Erga tuh ... pastiles chef, eh past tense ... apa sih, chef yang bagian bikin kue-kue gitu?"
"Patissier maksud lo?" tanya sesosok makhluk berkacamata, yang tenyata sudah mencomoot sushi tanpa seizin pemiliknya. Nirma dan Alya menoleh ke sumber suara, dan melongo seketika. "Iya, pastry chef atau patissier itu chef yang bikin kue-kue."
"Agil? Sejak kapan lo di situ?" tanya Alya tanpa bisa menyembunyikan kekagetannya. Tanpa memedulikan tatapan kaget dua orang di hadapannya, laki-laki itu malah menampakkan cengiran lebarnya.
Nirma mengangguk, sepemikiran dengan Alya. Dengan sebal ia berujar, "Iya, mana lo ambil makanan enggak izin dulu. Itu kan, buat Alya, bukan buat lo."
"Pelit banget jadi orang. Kalian mau ngabisin sebanyak ini?" tanya Agil sembari mencomot matcha cream puff dari boks merah tua. "Lo tahu azabnya orang pelit? Jodohnya on the way melulu, enggak sampai-sampai!"
Alih-alih jengkel mendengar sindiran Agil, Nirma malah menukas, "Bukan gitu, gue enggak yakin aja sama rasanya. Kalau Alya sih emang pemakan segala, tapi kan yang lain belum tentu mau. Entar kalau yang lain gue tawarin, takutnya pada ngomongin gue lagi."
Belum sampai Agil menjawab, kor 'cie' muncul dari salah satu sudut kelas, tempat di mana laki-laki iu sering menghabiskan waktu bersama teman-temannya. "Cie ... Agil mulai melempar umpan lambung, Saudara-saudara," seloroh Damar, salah satu teman dekat Agil, membuat wajah Nirma menghangat seketika karena malu.
Entah ini perasaannya saja, atau memang teman-teman laki-laki di kelasnya, mulai berlaku seperti komentator bola jika salah satu mereka berdekatan. Dengan sebal, Nirma melirik Alya yang pura-pura sibuk menghabiskan sushi yang gadis itu bawakan untuknya.
Gara-gara Alya dan teori ngawurnya, Nirma terpaksa memuji Agil. Dan sekarang, murid kelas mereka seperti makhluk-makhluk haus gosip yang mengomentari apa pun yang Agil dan ia lakukan.
"Iya, gue sepik-sepik ke mereka biar dapet makanan gratis," balas laki-laki itu pada Damar, tanpa merasa canggung sedikit pun. "Sini ikut nyicip, enak loh. Boleh ya, Nir?"
Belum sampai gadis itu mengiakan, meja Nirma dan Alya langsung ramai dikelilingi teman-teman yang ingin mengisi perut secara gratis. Alya yang merasa risih karena dikerubuti seperti itu, memilih menyelamatkan dua potong sushi lalu menyingkir.
"Nir, gue ke kantin aja deh," teriak Alya yang sudah tak tampak lagi wajahnya, karena di hadapan Nirma hanya ada wajah-wajah lapar yang girang karena makanan gratisan.
Memang awalnya Nirma merasa jengkel karena bekal yang ia siapkan untuk makan siang, malah dimakan orang lain. Namun, dalam lubuk hatinya yang terdalam, ada perasaan hangat melingkupi hatinya, tatkala melihat teman-temannya berebut makanan buatannya dan berkomentar positif. Entah karena mereka terlalu lapar, atau memang itu pujian untukknya.
Selama hampir empat bulan menempati kelas X IIS 2 di SMA Pelita Nusantara, hanya Alya yang betah menghadapinya. Alya yang ceplas-ceplos, cocok disandingkan dengannya yang yang memang kadang sedikit aneh. Jika memang ada teman lain yang mengajaknya bergabung, itu hanya karena pembagian kelompok yang ditentukan guru. Setidaknya, melihat mereka mau mendekatinya, walau dengan iming-iming makanan, itu membuatnya senang.
"Lo bangun jam berapa buat nyiapin makanan segini banyaknya, Nir?" tanya Bella sembari mengunyah matcha cream puff buatan tetangga Nirma.
"Yang cream puff itu buatan tetangga gue kok, Bell. Gue cuma bikin sushi aja, soalnya kakak gue lembur, gue takut dia lupa makan."
"Gue mau jadi kakak lo, asal lo bikinin bekal tiap hari," komentar Bayu yang langsung mendapat toyoran dari Damar.
"Itu sih lo-nya aja yang nyari gratisan."
Melihat teman-temannya tampak menikmati makanan buatannya, dengan hati-hati Nirma bertanya, "Beneran rasanya enggak aneh?"
Mereka serempak menggeleng. "Enak kok."
"Kapan-kapan gue bikinin lagi deh. Thanks ya, udah mau makan buatan gue." Ucapan terlamapu senang Nirma, membuat kunyahan beberapa dari mereka berhenti. Mereka berpandangan lalu tersenyum canggung ke arah gadis itu.
"Gue minta maaf ya, Nir. Pernah ngatain lo cewek absurd." Bella yang merasa pernah sengaja menghina Nirma, meminta maaf terlebih dahulu. Diikuti beberapa murid laki-laki yang tampaknya hanya ikut-ikutan saja.
"Kenapa malah kayak Lebaran gini sih?" Nirma tersenyum canggung melihat perubahan sikap teman-temannya. "Biasa aja kali. Gue juga ngerasa, kadang gue aneh banget kok. Gue ... minder kalau mau bareng kalian."
Suasana jadi sedikit canggung, sampai akhirnya Bayu terkekeh geli, yang tampak sedikit dibuat-buat "Ngapain lo minder? Di kelas ini belum ada loh yang berani tiba-tiba salaman sama Pak Salman, kecuali lo. Kegilaan, eh, keberanian lo tuh patut diacungi jempol."
"Makasih banget loh pujiannya, bikin gue terharu," ujar Nirma dengan wajah jengkelnya, membuat mereka tertawa geli tanpa terkecuali.
Melihat wajah berseri teman-temannya, Nirma mau tak mau ikut tersenyum juga, hingga tanpa sadar matanya bersirobok dengan laki-laki berkacamata yang ternyata mencerap ke arahnya dengan lembut.
***
Temen-temen sekelas Nirma ternyata pemuja makanan gratis -_-
By the way, terima kasih sudah membaca Janji ^^
Tetap dukung Janji dengan cara vote, komentar, dan share cerita ini ya ^^
Ada hadiah paket buku menarik selama setahun loh untuk pembaca yang beruntung ^^
Cheers,
matchaholic
KAMU SEDANG MEMBACA
JANJI [Completed]
Teen Fiction[Proses Penerbitan. Part Masih Lengkap.] JANJI [Update setiap Rabu dan Sabtu] "Percuma juga menghindar, kalau lo udah jadi takdir gue" a story by Alifiana Nufi _______________ Nirmala namanya. Tunggu, jangan bayangkan dia gadis anggun dengan gaun du...