Janji 21 - Tercyduk

35.5K 4K 288
                                    

Nirma duduk di salah satu bangku yang terletak di pinggir tempat latihan. Dari jauh ia bisa melihat Giri mengajarkan ap seogi* pada anak-anak yang berusia sekitar tujuh sampai dua belas tahun.

Giri tampak tersenyum maklum ketika kuda-kuda yang diperagakan salah satu anak salah. Kakak semata wayang Nirma itu, membenarkan posisi kaki anak laki-laki tersebut, sebelum akhirnya mengacak pelan rambut anak itu, dan beralih mengecek posisi anak yang lain.

Nirma mengulum senyumnya, mengingat kejadian setahun yang lalu ketika ia masih SMP. Ia mendatangi Giri yang sedang melatih di dojang ini. Saat itu, Kakaknya dan seorang anak laki-laki, sedang latihan bertarung dengan disaksikan puluhan pasang mata. Nirma berteriak ngeri, ketika sang kakak berhasil membanting lawannya di matras. Anak laki-laki itu tampak merintih kesakitan, hingga membuat Giri sedikit iba. Namun, keadaan tiba-tiba saja berubah. Dengan gerakan kaki yang begitu cepat, anak itu membuat kuda-kuda Giri goyah. Ia segera membalik keadaan dengan melakukan pitingan pada Giri, dan tendangan pada bagian belakang lutut, hingga akhirnya kakak Nirma itu tersuruk di matras. Tak selang beberapa lama, anak itu membantu Giri berdiri dan membungkuk minta maaf.

Alih-alih jengkel karena kekalahannya, Giri justru tersenyum puas dan menepuk bahu anak laki-laki itu. Nirma masih ingat sekali, senyuman lebar yang terukir di wajah lawan Giri saat itu. Senyuman seorang laki-laki yang berhasil membuatnya gagal move on berkali-kali. Senyuman Rajendra Wardhana.

"Lucu-lucu kan, mereka?" tanya seseorang, sembari duduk di sebelah Nirma dan menenggak sebotol air mineral hingga tandas.

Nirma mengangguk setuju, lalu berujar, "Mas, lo tahu enggak? Lo kelihatan udah pantas jadi bapak-bapak. Tapi, jangan nikah dulu ya, Mas. Gue belum mau lo tinggal."

"Lo ngomong apa sih?" tanya Giri retoris. "Gue enggak mau nikah dulu, sebelum nyenengin Papa. Lagian, gue penginnya lo duluan aja yang nikah. Gue bakal tenang kalau lo udah ada yang jagain."

Hati Nirma menghangat mendengar penuturan kakaknya. Giri yang sering mengusili Nirma, sebenarnya begitu menyayangi gadis itu.

"Gue ke toilet sebentar ya." Giri berdiri dan berlalu meninggalkan Nirma sendiri.

Sedikit merasa bosan, Nirma memanggil anak-anak yang sedang beristirahat dan menawarkan eclair buatannya.

Sedikit merasa bosan, Nirma memanggil anak-anak yang sedang beristirahat dan menawarkan eclair buatannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

pinterest.com

Anak-anak bergerombol berebut eclair buatan Nirma, membuat gadis itu sedikit kewalahan.

"Eh, ada bagi-bagi sembako ya?" Suara seorang laki-laki, membuat Nirma terkejut dan berbalik seketika.

Mulut Nirma megap-megap tatkala melihat Dion di hadapannya tersenyum semringah. Tak jauh dari cowok itu, Jendra menatapnya dengan wajah tak kalah terkejut.

Sesuai perjanjiannya dengan cowok itu, mereka berdua pura-pura saling tak mengenal, sehingga Nirma hanya tersenyum sekilas, dan tak menyapanya.

"Eh, kok diam aja. Gue baru lihat lo di sini. Kakaknya salah satu bocah itu ya?" tanya Dion sembari mengangsurkan tangannya. "Gue Dion. Kadang ngelatih anak-anak itu juga."

Nirma melirik Jendra sekilas, sebelum akhirnya menyambut uluran tangan Dion. "Gue Nirmala, Kak. Gue adik kelas lo kali."

"Hah? Lo anak Linus?" tanyanya yang ditanggapi Nirma dengan senyuman. "Oh, iya. Kalau lo anak Linus, pasti kenal dia, kan? Yang sempat jadi trending topic gara-gara nolak Nessa."

Nirma mengangguk dan tersenyum samar. Belum sampai gadis itu mengulurkan tangannya, Jendra sudah mengangsurkan tangannya terlebih dahulu. "Lo apa kabar, Nir?"

Sikap Jendra yang menyiratkan mereka sudah kenal, membuat Nirma menatapnya horor, dan Dion yang menatapnya penuh keheranan.

"Lo kenal dia, Jen?"

Belum sampai Jendra menjawab, Giri datang dan menepuk bahu Dion. "Udah kenalan sama adik saya?"

Pantas aja langsung ngajak salaman. Dia lihat ada Mas Giri.

"Adik? Dia adiknya Kak Giri? Kok Jendra bisa kenal?" tanya Dion membabi buta.

Jendra berpikir keras, otaknya bermanuver mencari jawaban yang masuk akal, dan tidak mengundang kecurigaan semua pihak.

"Dia sering berduaan sama adik saya di rumah." Jawaban Giri langsung membuat Nirma menggebuk bahu kakaknya itu berkali-kali.

"Apaan sih, Mas?" gerutu Nirma jengkel. "Jangan didengerin, Kak," lanjutnya pada Dion dan Jendra.

"Jendra ngajarin adik saya Bahasa Inggris, Yon."

"Yang bener aja!" pekik Dion tak terima. "Kasihan adik, Kak Giri, pasti kena omel terus."

"Enggak kok, Kak. Kak Jendra baik. Buktinya nilai gue naik," bela Nirma, tak suka mendengar Dion menjelekkan Jendra.

Jendra menyeringai kecil dan berujar, "Tapi, tetap aja masih remedi."

"Nyaris tahu, Kak. Awas aja ya, kalau gue udah enggak remedi. Kak Jendra harus mau mau meluk Jejen," balas Nirma tak mau kalah.

"Ogah gue, kalau lo bawa-bawa Jejen. Kucing buluk gitu dipiara!"

"Buluk gimana? Jejen tuh cute tahu. Gue mandiian dia seminggu dua kali."

Nirma mengerucutkan bibirnya, membuat Jendra semakin ingin mengusilinya. "Lagak lo kayak tahu artinya cute aja."

"Tahu lah. Cute itu imut. Gue kan enggak bego-bego amat."

Jendra terkekeh geli melihat ekspresi kejengkelan di wajah Nirma. Namun, kekehan itu lenyap seketika saat mata Jendra bersirobok dengan mata Giri dan Dion yang menatapnya dengan heran.

Aduh! Kenapa gue jadi kebawa gini?

Jendra berdeham sejenak dan berusaha mwngalihkan topik pembicaraan. "Kak, jadi latihan tambahan?"

Giri mengangguk. "Sebentar ya, saya bubarin dulu kelompok ini."

Giri berlalu meninggalkan mereka bertiga, membuat suasana kembali canggung. Hingga akhirnya Nirma izin ke toilet.

"Gue baru tahu, lo bisa ketawa kayak gitu sama cewek." Ucapan Dion membuat Jendra menelan air liurnya susah payah.

"Mukanya lucu, ya gue ketawa lah," ucap Jendra sekasual mungkin.

Dion menggeleng dan menyeringai jahil. "Perasaan tadi gue sama Kak Giri enggak ketawa."

"Ya, itu urusan lo. Gue cuma berusaha menghormati dia yang udah berusaha melucu."

"Dia enggak lagi melucu, Jen. Dan ketawa lo tadi natural banget, enggak kayak dibuat-buat." Dion kentara sekali berusaha mengulum senyumnya, seolah berhasil mendapatkan kelemahan Jendra. "Gue pernah baca, katanya orang yang lagi kasmaran, biasanya banyak senyum di depan orang yang dia suka."

Jendra terkekeh, yang tampak sekali dipaksakan. "Teori siapa, Yon? Hoax lo baca!"

"Gue curiga, yang lo maksud udah punya cewek itu bukan balikan sama anak sebelah. Tapi, lo suka sama ...." Dion mendekatakan bibirnya ke telinga Jendra, "adiknya Kak Giri."

"Yang bener aja!" Jawaban Jendra yang terlampau cepat, membuat seringai Dion semakin lebar.

Gotcha!

*Ap seogi: Kuda-kuda langkah pendek di mana kaki diposisikan seperti melangkah dan pastikan jari kaki posisinya menghadap posisi yang sama dengan kedua kaki.

***

Halooo...masih edisi mudik ^^

Kira-kira teorinya Dion bener enggak ya?

JANJI [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang