"Lo potong rambut?" Mata Jendra melebar sempurna melihat Nirma dengan rambut pendek sebahu, membukakan pintu untuknya.
http://www.cloverblossomsblog.com
Nirma hanya tersenyum sekilas, lalu mempersilakan tutornya itu masuk ke ruang tamu, di mana mereka biasa belajar bersama. Jendra merasa sedikit aneh dengan sikap Nirma saat ini. Gadis itu tak banyak berkomentar saat Jendra menjelaskan materi padanya.
Beberapa kali gadis itu menghela napas, meletakkan pulpennya, mengetukkan jari ke meja, lalu menulis lagi. Jendra yang ada di hadapannya, merasa pasti ada yang salah dengan murid lesnya itu. Gadis itu tampak gelisah, tak berkonsentrasi pada lembar latihan soal di hadapannya.
"Lo kenapa?" tanya Jendra sekasual mungkin, agar tidak terlihat begitu kepo.
Alih-alih menjawab, Nirma hanya menggeleng lalu kembali menekuni latihan soalnya. Namun, lagi-lagi ia tak dapat berkonsentrasi, dan berakhir membanting pulpennya dengan kesal.
"Lo enggak mungkin baik-baik aja, Nirma." Jendra meletakkan buku yang ia baca dan menatap Nirma dengan intens.
Nirma langsung menoleh, tatkala mendengar Jendra menyebut namanya. "Kak Jendra bilang apa tadi?"
Mendengkus kesal, Jendra menukas, "Lo pasti ada masalah ya? Sampai banting-banting pulpen gitu."
Gadis itu sedikit tersenyum, mendengar kepedulian Jendra. "Bukan itu, Kak Jendra tadi nyebut nama gue. Gue kira, selama ini Kakak enggak tahu nama gue. Kalau manggil gue pasti 'lo-lo' gitu."
"Kenapa malah ngalihin topik sih?" Jendra kelihatan tak mau membahas perihal yang disebutkan Nirma tadi. "Kalau lo enggak niat latihan, ya udah, mending gue pulang aja. Ngajarin orang yang niat belajar itu percuma, buang-buang waktu."
Nirma mengerucutkan bibirnya, melihat Jendra yang mulai membereskan buku-bukunya. "Kak ... uhm ... enggak jadi deh."
"Kalau mau ngomong ya ngomong aja, jangan kayak ikan megap-megap kekurangan oksigen." Jendra mulai sedikit jengkel dengan Nirma yang membatalkan niatnya. Bayangkan, mendengarkan orang yang hampir curhat, lalu tiba-tiba mengurungkan niatnya itu, sama saja seperti hampir bersin, tapi tidak jadi. Hanya satu kata yang pantas untuk menggambarkan sikap Nirma saat ini, menjengkelkan.
Awalnya Nirma menatap Jendra tak yakin, tapi karena merasa butuh seseorang untuk tempat bercerita, akhirnya gadis itu membuka suara. "Kak, pernah nolak seseorang enggak?"
Alis Jendra naik sebelah, sedikit heran dengan pertanyaan Nirma yang begitu tiba-tiba. "Pernah. Kenapa?"
"Uhm ... Gimana perasaan Kakak kalau habis nolak cewek?" tanyanya tak yakin.
"Tergantung yang nembak juga sih." Jendra mengingat-ingat, pengalamannya yang telah lalu. "Kadang biasa aja, kadang malah jengkel kalau ada yang ngotot. Kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
JANJI [Completed]
Teen Fiction[Proses Penerbitan. Part Masih Lengkap.] JANJI [Update setiap Rabu dan Sabtu] "Percuma juga menghindar, kalau lo udah jadi takdir gue" a story by Alifiana Nufi _______________ Nirmala namanya. Tunggu, jangan bayangkan dia gadis anggun dengan gaun du...