Janji 31 - Berjuang Bersama

36.6K 4.3K 567
                                    


Nirmala Larasati: Semangat ya, Paduka. POPDA provinsi menantimu :)

Jendra yang baru saja selesai latihan sesi pertama, membaca balasan dari Nirma dengan senyuman lebar. Padahal tadi pagi saat berangkat bersama, ia sudah memberi tahu Nirma bahwa ia tidak bisa datang ke rumahnya sore ini, bahkan tadi malam pun, ia sudah berkata demikian. Namun, tetap saja ia ingin memberi kabar pada Nirma, sebagai cara untuk membuka percakapan terlebih dahulu.

Ia ingat bagaimana wajah Nirma saat Giri meminta gadis itu berangkat bersama Jendra pagi tadi. Menurutnya, wajah Nirma sangat lucu. Gadis itu megap-megap seperti ikan kekurangan oksigen, lalu tergagap untuk menolak permintaan kakaknya. Untung saja, helm Dion bisa Jendra jadikan alasan agar gadis itu mau berangkat bersama. Jendra ingin meyakinkan diri dulu, bahwa pilihan yang telah ia putuskan tadi malam adalah pilihan yang tepat.

Ia akan mulai membuka hati pada Nirma.

Memang awalnya Nirma masuk dalam blacklist gadis yang harus ia jauhi. Saat itu Jendra menganggap Nirma berpura-pura menjadi korban, hingga kakaknya menyuruh Jendra menjadi tutor. Selain itu, menjelaskan materi pada Nirma, membuat Jendra ingin membenturkan kepalanya berkali-kali ke dinding karena Nirma susah sekali berkonsentrasi.

Jendra ingat, saat ia mulai menyindir dan mengomeli Nirma dengan kalimat-kalimat pedas yang menyakitkan hati, perlahan-lahan Nirma mulai berubah menjadi lebih baik. Jendra pun ingat, bagaimana senyum bahagia gadis itu saat pertama kali mendapat nilai 72 untuk pelajaran Bahasa Inggris, saat itulah sikap Nirma pada gadis itu mulai melunak. Mereka mulai mengobrol biasa tanpa ada perasaan terpaksa seperti sebelumnya, walau Jendra kadang masih sering membentaknya.

Saat itu Jendra memang sudah merasakan gelenyar aneh tiap kali berdekatan dengan Nirma, tapi ia belum bisa mendefinisikan perasaan itu. Sekarang perasaan itu semakin jelas, dan Jendra tak ingin menyangkal lagi. Ia hanya ingin benar-benar memastikan, sebelum nantinya ia menyatakan perasaannya pada gadis itu. Walaupun mereka memiliki perasaan yang sama, tak mungkin ia membiarkan Nirma yang menyatakan perasaan padanya terlebih dahulu.

Ia masih ingin menikmati masa-masa pendekatan dengan saling melempar kode, yang bisa membuat hati berdebar-debar. Lagi pula, Nirma pasti akan kaget setangah mati jika tutor yang sering mencemoohnya, tiba-tiba menyatakan perasaan. Tak mungkin juga Jendra mengatakan sudah merasakan ada gejala-gejala jatuh cinta sejak beberapa waktu yang lalu.

Tidak. Jendra tidak seperti itu. Rasa gengsinya masih menahan untuk tidak segera menyatakan perasaannya pada Nirma. Ia tidak ingin, perasaan yang ia rasakan ini semata-mata karena tahu Nirma memiliki rasa untuknya. Ia ingin penguatan dan penegasan bahwa rasa yang ia rasakan ini, benar-benar yang ia inginkan. Ia tak ingin menyesal seperti sebelumnya, karena menyukai orang yang salah.

Jendra kembali mencerap ke arah layar ponselnya, dan mengulum senyum kecil. Dengan segera, ia membalas pesan Nirma tadi.

Rajendra Wardhana: Thanks, Dayang! Belajar sendiri dulu ya. Nanti malam kita bahas. Awas aja kalau masih ada yang salah! Gue tungguin lo ngerjain, tanpa istirahat!

Nirmala Larasati: Demi apa gue dipanggil Dayang! Paduka kejam :( Hamba akan berusaha, Paduka. Tapi, otak hamba mulai panas. Apalah hamba yang belum berhasil lolos dari jerat remedi ini?

Rajendra Wardhana: Hush! Ati-ati kalau ngomong! Diaminin malaikat baru tahu rasa lo! Lo harus yakin dong, ulangan berikutnya lo pasti bisa dapet batas KKM itu, atau mungkin malah lebih.

Nirmala Larasati: Paduka bercanda :(

Rajendra Wardhana: Kalau lo bisa yakin gue bakal lolos seleksi akhir, kenapa gue enggak boleh yakin lo bakal dapet nilai di atas KKM?

JANJI [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang