Nirma sengaja tak membuka lembar hasil ulangan yang telah dibagikan Miss Kinara beberapa saat yang lalu. Setelah mendapatkan kertas itu, Nirma mengalihkan pandangannya ke arah lain, lalu buru-buru melipatnya dan menyurukkan kertas tersebut ke dalam saku. Ia belum siap melihat hasil ulangannya kali ini.
Selepas perjanjiannya dengan Jendra hampir seminggu yang lalu, Nirma belajar keras untuk ulangannya kali ini. Ia belajar sendiri karena Jendra harus mendapatkan latihan tambahan untuk seleksi akhir. Memang Jendra beberapa kali mengirimi pesan, menanyakan apakah ia ada kesulitan saat mengerjakan soal. Tentu saja Nirma mengaku semua baik-baik saja, agar Jendra tak khawatir.
Sejak Jendra menyelamatkannya dari Nessa seminggu yang lalu, Nirma merasa sikap Jendra padanya mulai melunak. Entah perasaannya saja atau memang itu nyata, Nirma merasa Jendra mendekatinya. Nirma berkali-kali meyakinkan dalam hati bahwa itu hanya halusinansinya saja, karena ia tidak termasuk kategori cewek yang Jendra sukai. Namun, melihat Jendra datang ke rumahnya pagi-pagi hanya untuk mengantarkan kotak bekal dan beberapa kali menawarkan pulang bersama, membuat Nirma ingin percaya pada keyakinannya, bahwa Jendra mulai merasakan sesuatu padanya.
Dulu Nirma mengira yang ia rasakan sekarang adalah mimpi, bisa dekat dengan Jendra dan cowok itu memiliki rasa yang sama untuknya. Ketika hal itu hampir benar-benar terjadi, Nirma malah sempat ragu. Ia takut Jendra akan kecewa padanya. Namun, ia membaca-baca kembali, pesan-pesan penyemangat yang pernah Jendra tulis untuknya. Pesan-pesan yang tak pernah ia hapus, sejak mereka bertukar nomor ponsel beberapa bulan yang lalu. Keraguan yang sempat muncul, terhapus perlahan-lahan. Jendra yang perlahan-lahan berubah menjadi lebih baik, membuatnya ingin menjadi lebih baik pula.
"Dapet berapa lo?" bisik Alya perlahan, yang masih bisa dengan jelas didengar Nirma.
Nirma menggeleng sekilas. "Enggak tahu, Al. Entar aja lihatnya. Gue takut."
"Lebay lo." Alya berdecak sebal, dan berusaha mengambil lembar ulangan itu dari saku Nirma. "Lo kan waktu itu bilang udah yakin sama jawabannya. Pede aja lagi."
"Gue takut kalau remedi, Al. Gue udah janji sama Pad−, ehm ... maksud gue Kak Jendra, nilai kali ini pasti dapet KKM." Nirma berbisik sembari sekali-kali melirik Miss Kinara yang sedang menulis sesuatu di papan tulis.
Alya menoyor pelan bahu Nirma dan berujar, "Cemen lo! Lihat sebentar aja. Kan pas habis ulangan udah cocokan jawaban sama gue. Banyak yang bener. Kenapa lo takut banget sih? Kalau misalnya remedi pun, kan malah kesempatan buat belajar bareng Kak Jendra lagi."
Nirma menggeleng keras. "Gue enggak mau ganggu dia dulu." Namun, Alya kembali meyakinkannya bahwa jawaban mereka banyak yang cocok sehingga Nirma tak perlu ragu melihat nilainya.
Seperti dihipnotis, Nirma akhirnya menuruti bujukan Alya. Dengan perlahan ia mengambil kertas itu dari sakunya, dan membukanya seperti adegan slow motion dalam film yang sering ia tonton.
"Yes!" pekik Nirma lumayan keras, membuat Miss Kinara berbalik seketika dan memandangnya dengan wajah penuh selidik.
"So-sorry, Miss." Nirma buru-buru minta maaf dan Miss Kinara melanjutkan kegiatannya.
Nirma tersenyum semringah pada Alya yang juga ikut senang karenanya. Nirma kembali memandangi kertas ulangan yang baru saja ia buka. Angka 82 menghiasi kertas ulangannya, benar-benar jauh dari yang ia bayangkan sebelumnya.
Ia ingin segera istirahat, dan mengabarkan ini pada Jendra.
***
Rajendra Wardhana: I did it! Can't wait to see you.
Jendra segera memasukkan ponselnya dalam ransel, dan segera beranjak dari duduknya. Ia masih mengenakan dobok-nya saat berpapasan dengan Giri yang baru saja selesai berganti pakaian.
KAMU SEDANG MEMBACA
JANJI [Completed]
Teen Fiction[Proses Penerbitan. Part Masih Lengkap.] JANJI [Update setiap Rabu dan Sabtu] "Percuma juga menghindar, kalau lo udah jadi takdir gue" a story by Alifiana Nufi _______________ Nirmala namanya. Tunggu, jangan bayangkan dia gadis anggun dengan gaun du...