Saturdate with Girindra

39.9K 3.5K 315
                                    

"Hai, hai, hai, Gengs. Jumpa lagi sama gue Arista Puspadewi harum mewangi sepanjang hari, dan teman gue si cucu yang terbuang –"

"Lo pikir ini judul sinetron?" sela Davin tak terima. "Gengs, maafin Rista yang lagi kehabisan obat gilanya ya? Masak gue, Davindra Rasjid yang gantengnya kayak Drew Taggart KW super dibilang cucu yang terbuang? Dia enggak tahu aja, masih ada cucu-cucu yang lain di Linus."

Mata Rista membelalak sempurna. "Serius lo? Ada saudara lo juga di sini? Yang mana sih, Vin? Ganteng enggak?" tanya Rista serupa petasan renteng.

"Gantengan juga gue," tukas Davin dengan wajah keki maksimal.

Dehaman seseorang membuat mereka berdua berhenti meributkan sesuatu yang sebenarnya sangat tak berfaedah. "Saya diundang ke acara ini buat wawancara atau dengerin kalian ribut sih?" tanya orang itu membuat Davin dan Rista berpandangan, lalu tersenyum canggung.

"Maaf, Kak." Davin meminta maaf pada orang itu dengan sopan, karena tamu kali ini jauh lebih tua darinya.

"Oke, Gengs. Jadi, Saturdate with Linus kali ini kedatangan tamu spesial. Alumni Linus ini pernah mendapatkan medali emas untuk POPDA provinsi, di cabang olah raga taekwondo. Atlet kita yang ganteng ini, kini ikut melatih taekwondo juga di Linus." Rista memulai perkenalannya.

"Siapa lagi kalau bukan, Kak Giri!" pekik Davin dengan heboh. "Silakan, perkenalan dulu, Kak."

"Halo, semua. Saya Girindra Aji Kuntjoro. Jurusan Teknik Arsitektur, tinggal nunggu wisuda aja. Sementara masih bantu-bantu proyeknya dosen."

Davin tersenyum kecil mendengar perkenalan Giri yang agak kaku. "Uhm ... ini kami manggilnya Kak Giri atau Mas Giri ya? Biar lebih akrab gitu."

"Terserah kalian aja. Tapi, biasanya yang manggil Mas Giri cuma Nirma doang."

Davin dan Rista sama-sama mengangguk, lalu Rista mengambil alih mikrofon yang tadi dalam penguasaan Davin.

"Oh iya, Kak. Sebelumnya kan, Nirma pernah jadi bintang tamu di sini, dia bilang semua boxer Kak Giri warna merah. Kenapa milih semua warna merah?Apa Enggak bosen ya?"

"Kalau saya pakai warna hijau, entar dibilang kayak kolor ijo. Ya, saya seneng aja sama warna merah, kesannya berani. Boxer saya semua warna merah soalnya saya beli kodian, lebih murah, sayang enggak bisa milih warna. Toh, saya suka warna merah. Jadi, enggak masalah."

"Ya ampun, Kak. Kirain alasannya keren gitu. Ternyata gara-gara beli kodian." Davin menggeleng tak percaya. "Terus nih, Kak. Nirma bilang, Kak Giri di rumah males, cuma main game tujuh milyar sama gosok-gosok mobil aja. Bener enggak?"

"Dia bilang gitu? Wah, kurang ajar, awas aja entar sampai rumah, saya lemparin kecoak biar jerit-jerit sampai suaranya habis," gerutu Giri tak terima.

"Tapi, bener enggak sih, Kak?"tanya Rista mengulang pertanyaan Davin.

"Enggak lah! Itu Fitnah! Tugas rumah tuh kami kerjain bareng-bareng. Tapi ... yah ... berhubung saya sering pergi bantu proyek dosen, jadi bagian saya dikerjain Nirma juga."

"Pantesan!" seru Davin dan Rista bersamaan, setuju dengan Nirma. Sedangkan Giri cengar-cengir mengakui kesalahannya.

Rista melirik sekilas ke daftar pertanyaan yang dia pegang, sebelum akhirnya bertanya, "Terus nih, Kak. Kenapa sih, Kak Giri kalau ngomong sering pakai saya-kamu? Kenapa bukan lo-gue gitu biar lebih akrab?"

"Mungkin karena saya lebih sering ngadepin orang-orang yang jauh lebih tau daripada saya. Jadi, sering kebawa gaya bicara mereka. Pengin ubah sih, tapi aneh rasanya. Paling panggil lo-gue cuma sama adik saya yang kurang ajar itu."

JANJI [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang