Janji 26 - Mulai Terbiasa Dengannya

33.9K 4.1K 419
                                    

Jendra mencerap langit-langit kamarnya dalam diam. Jarum jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, ketika ia baru saja menyelesaikan slide presentasi untuk pelajaran Kimia dua hari yang akan datang.

Ia merebahkan badan di kasur, dan memijit pelipisnya pelan, untuk meredakan rasa pening yang sempat melandanya, karena terlalu lama mengerjakan tugas di depan laptop. Konsentrasinya malam ini sedikit terganggu karena potongan-potongan percakapannya dengan Nirma tadi sore, sempat beberapa kali melintas di pikirannya.

***

"Emang, cewek idaman Kak Jendra itu yang gimana?"

Terang saja Jendra gelagapan mendengar pertanyaan Nirma yang sama sekali tak pernah terlintas di pikirannya. Menurutnya, jauh lebih baik mendapat pertanyaan dari Nirma berupa soal-soal TOEFL yang sulit, daripada pertanyaan yang belum pernah ia dapatkan jawabannya.

"Yang jelas bukan lo!"

Entah kenapa Jendra agak menyesal setelah mengucapkan kalimat itu dengan sedikit ketus. Ia yakin sekali melihat kekecewaan Nirma yang sempat beberapa saat terukir di wajah gadis itu. Namun, segera saja gadis itu tersadar dan memaksakan tersenyum lebar, yang tampak sekali dibuat-buat.

"Iya, tahu kok, Kak. Gue masuk dua kategori, dari tiga jenis cewek yang enggak Kak Jendra suka, kan?" Gadis itu tersenyum lebar, seolah hal itu sudah biasa menjadi olok-olok baginya. "Gue cuma pengin tahu kok. Kalau enggak mau jawab ya udah. Enggak usah nyolot gitu. Gue panggilin Jejen baru tahu rasa."

Nirma terkekeh geli, membuat Jendra menghela napas lega. Namun, entah kenapa, rasanya tetap ada yang mengganjal, karena selama latihan bersama, Nirma lebih banyak diam setelahnya.

***

Rentetan denting pesan masuk membuat Jendra tersadar dari lamunannya. Entah siapa yang dengan tidak sopan mengirim pesan secara berurutan selarut ini.

Disambarnya ponsel yang tergeletak di nakas sisi kanan ranjang. Nama Nirmala Larasati muncul di layar, membuat Jendra mengernyit heran. "Tumben dia nge-chat jam segini."

Nirmala Larasati: Kak Jendra, udah tidur belum?

Nirmala Larasati: Tes!

Nirmala Larasati: Tes!

Nirmala Larasati: Yah :( udah tidur ya. Mati gue, Kak :( Beneran mati gue!

Alih-alih kesal, Jendra hanya menggeleng dan mengembuskan napas pelan, mulai terbiasa dengan pesan-pesan Nirma, yang kadang berlebihan.

Rajendra Wardhana: Lo kirim chat kayak petasan renteng. Jam segini pula. Enggak sopan!

Nirmala Larasati: Maafkan hamba, paduka Jendra. Marahnya di-pending dulu ya. Mau tanya, buku paket Bahasa Inggris yang warnanya tosca kebawa Kak Jendra enggak? Besok gue ada pelajarannya :(

Rajendra Wardhana: Ceroboh banget sih lo!

Jendra beranjak dari kasurnya, dan mengambil ransel yang menggantung di kursi belajarnya. Dicarinya buku paket yang Nirma maksud. Dan benar saja, buku itu terbawa olehnya. Jendra sedikit menyesal sudah mengatai Nirma ceroboh. Padahal, dirinya lah yang tadi terburu-buru pulang, hingga tak sadar buku murid lesnya tersebut, terbawa olehnya.

Rajendra Wardhana: Iya, ada. Sorry tadi gue buru-buru.

Nirmala Larasati: Thanks, Kak! Besok tolong bawain ya :(

JANJI [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang