Tujuh

29.3K 2.6K 68
                                    


***

"No."

Kezio langsung berdiri dari berlututnya. Satu kata yang terucap dari bibir Zea membuat Kenzio hendak mengeluarkan protesnya tapi Zea lebih dulu menjelaskannya. "Jujur aku sayang sama om, aku nyaman dan aku selalu bilang kalau om adalah cowok idaman aku."

"Tapi apa sih yang bisa diharapkan dari gadis 17 tahun? Aku labil om, bisa aja besok, lusa atau kapan perasaanku berubah dan bisa aja om juga berubah. Aku takut perasaan yang kita punya sekarang ini bukan untuk selamanya."

"Aku udah lelah pacaran dan akhirnya putus!"

Bahkan Zea kembali memanggil Kenzio dengan sebutan om.

Kenzio memegang bahu Zea. "Asal kamu tahu, aku sudah menyayangi kamu sejak dulu, sejak kamu masih ada dalam perut kak Alana. Apa itu masih kurang untuk meyakinkan kamu?"

Zea menatap nanar. "Bukan hanya itu. Nenek Safira juga gak menyetujuinya, aku gak ingin menjalin hubungan karena keterpaksaan."

"Zea! Aku yang akan jelaskan ke mama. Bukan mama atau siapapun yang berhak menentukan hidupku, tapi aku. Aku telah memilihmu."

Dengan segala kebimbangan tidak mampu membuat Zea bilang yes sementara Kenzio menatap Zea dengan segala harapan, ia tidak ingin penantian dan rasa cintanya selama ini berakhir dengan penolakan.

Hatinya terlanjur memilih Zea, ia mencintai gadis mungil yang ada di hadapannya, rasa ingin memiliki semakin besar dan ia tidak sanggup mendengar kata no dari mulut Zea.

"Please say yes, jangan buat aku gila karena kamu menolakku!"

Zea meghela napas lalu berpikir lagi kemudian mengangguk. "Yes."

"Yes buat pertanyaan om yang tadi," lanjutnya.

Kenzio langsung memasangkan cincinnya ke jari manis Zea. "My future wife. Aku akan menunggu, kalau bisa sih tamat SMA ini."

Zea memukul pelan dada Kenzio. "Enak aja!"

Kenzio tertawa renyah, ia menarik Zea ke dalam pelukannya dan mengusap lembut rambut Zea. "Zio sayang Zea."

"Zea nggak sayang sama Zio, sayangnya sama Ken."

***

Setelah mengantar Zea ke sekolahnya, Kenzio berangkat ke kantornya.

Senyuman menghiasi wajah Kenzio, para karyawan merasa heran dengan tingkah bosnya itu yang jarang senyum dan berwajah datar tapi sekarang senyum-senyum sendiri.

Kenzio memasuki ruangannya dengan perasaan bahagia, ia duduk di kursi kebesarannya dan mengamati foto Zea di ponselnya.

Kamu satu-satunya perempuan yang bisa buat aku segila ini.

Tiba-tiba ponsel Kenzio berdering, ada telepon dari Safira.

Mama ganggu aja.

Kemudian Kenzio menerima panggilan itu.

"Assalamu'alaikum, ma!"

"Wa'alaikumsalam, Kenzio. Apa kabar?"

"Alhamdulillah baik, mama sendiri apa kabar?"

"Alhamdulillah mama juga baik, kamu tidak berniat pulang ke rumah? Kami kangen lho sama kamu."

"Di sini masih banyak kerjaan, ma. Belum bisa ditinggal."

"Yasudah, biar mama yang ke Indonesia. Besok mama on the way sana."

"Buat apa, ma?"

"Kamu tidak senang mama datang?"

"Bukan begitu tapi—"

"Tidak ada tapi-tapian, besok mama ke sana. Mama tutup ya. Bye anaknya mama."

"Bye, mama."

Kenzio hanya bisa pasrah kalau Safira ke sini, mungkin nanti ia akan menjelaskan tentang hubungannya dengan Zea.

***

Zea senang karena Valen sudah masuk sekolah setelah seminggu tidak masuk karena sakit. Valen adalah sahabat Zea, mereka bersahabat sejak zaman SMP sampai sekarang.

"Valen, lo apa kabar? Udah sembuh?" tiba-tiba Kyara menghampiri Zea dan Valen yang hendak ke kantin.

Kyara memutar matanya malas. "Siapa ya? kenal?"

"Gue sahabat lo 'kan?"

Valen tertawa renyah. "Setelah lo tikung pacar Zea, lo pikir gue masih nganggap lo sahabat? nggak sama sekali! gue nggak sebaik itu untuk mau berteman lagi sama perusak!"

Sebenarnya Zea, Valen dan Kyara adalah sahabat. Tapi semenjak Kyara merebut Alvin dari Zea, hubungan persahabatan mereka renggang.

"Tapi gue udah putus sama Alvin kalau Zea mau ambil ya silakan!"

Zea tersenyum miring. "Udah nggak minat."

"Oh iya 'kan lo sekarang minatnya sama Kenzio, lo nggak takut Ken lo itu gue rebut, hah?"

Valen menatap miris Kyara. "Nggak tahu malu banget sumpah!" Valen mengehel napas . "Lo itu bego atau tolol sih, Ra. Jelas-jelas Alvin meninggalkan Zea cuma buat lo dan sekarang lo malah mutusin dia!"

"Gue maunya Ken kok!" Zea rasanya ingin menenggelamkan Kyara ke lautan lepas saat ini juga.

"Udahlah kita ke kantin aja Len, percuma buang-buang tenaga urusin dia!" Zea dan Valen melenggang pergi ke kantin.

Awas lo Zea, kalau Ken jatuh ke pelukan gue jangan nangis darah lo!

***

Di kafe Alana sekarang ada acara kumpul keluarga semacam reuni, ada Azkil yang merupakan adik dari Alana dan Laura -istrinya- yang sudah menikah 9 tahun yang lalu dan sekarang menetap di Bandung, mereka dikaruniai anak kembar cowok dan cewek yang sekarang usianya jalan 8 tahun dan sedang sekolah makanya tidak diajak.

Ada Kevin yang merupakan adiknya Azkil si gamers sejati pada masanya, setelah menjadi dosen kebiasaan itu hilang tapi sayang sampai sekarang Kevin belum memiliki pasangan alias jomblo padahal usianya sudah 34 tahun, sudah sangat matang untuk membina rumah tangga tapi ia bilang 'belum menemukan perempuan yang cocok'. Padahal Vania dan Alexander -orangtuanya- sering mewanti-wanti Kevin agar segera menikah.

Amanda yang adiknya Kevin saja sudah menikah dan siapa sangka suaminya Amanda adalah Varel -Abangnya Kenzio-. Setelah sering bertemu di acara keluarga mereka saling menyimpan rasa dan 8 tahun lalu memutuskan untuk menikah dan baru dikaruniai seorang putri yang berusia 6 tahun. Mereka menetap di Australia makanya sekarang tidak hadir karena jarak yang terlampau jauh.

"Vin, kapan nikah?" pertanyaan keluar dari mulut Azkil membuat Kevin menghela napas kesal.

"Tanya aja sampe mampus! kalau udah ketemu yang pas juga bakal nikah!"

"Klise, Vin!" cibir Alana.

"Tipenya kayak apa sih Vin?" Laura ikut bertanya.

Kevin mengendikkan bahunya. "Yang penting sreg di hati."

"Kalau bisa sih kayak kak Alana!" lanjutnya.

Gavril ikut menimpali. "Alana itu limited edition, cuma satu di dunia." Gavril menggenggam tangan istrinya.

"Jomblo mah cuma bisa menghela napas lihat pasangan suami-istri yang pamer kemesraan," Ujar Kevin dramatis.

Azkil semakin memanasi Kevin dengan merangkul mesra Laura, Gavril melakukan hal yang sama ke Alana.

"Saudara terlaknat emang!"

***

Rahasia Hati (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang