Dua puluh satu

23.1K 2K 129
                                    

***

Cuma perempuan tidak waras yang akan baik-baik saja jika melihat kekasihnya berciuman dengan perempuan lain. Bibir Kenzio adalah milik Zea tidak ada satupun perempuan yang boleh menyentuhnya kecuali Zea.

Ken is mine, kata-kata itu yang selalu Zea rapalkan di hatinya.

Zea menata sinis Valen yang tengah duduk di sebelahnya, beberapa kali Zea menghela napas untuk menghilangkan sesak di hatinya atas adegan yang tak seharusnya ia lihat.

"Ini ya yang namanya sahabat?" tanya Zea datar setelah Kenzio menjelaskan tentang kronologis kejadiannya.

Valen tersenyum miring. "Sahabat? Seharusnya gue yang tanya itu ke lo, Kanzea! Kalau lo sahabat gue, lo pasti akan lepasin kak Zio buat gue, jelas-jelas tante Safira udah kasih lampu hijau. Jadi yang pantas dicap PHO itu lo sih sebenarnya, Zea!" balas Valen santai tapi kata-katanya sangat dalam hingga membuat Zea semakin menahan emosi.

Kenzio sengaja tidak ikut campur, ia ingin melihat seberapa hebat perdebatan kedua orang yang menyandang gelar sahabat ini. Entah mereka masih jadi sahabat atau sudah mantan.

"Tapi sayangnya gue sama Ken saling cinta, Valen. Yang harus ngalah itu lo bukan gue! Tentu lo nggak mau 'kan kita berubah jadi musuh hanya karena cinta, jadi salah satu di antara kita harus ngalah dan tentu lo yang harus ngalah, Valen!"

"Kedengarannya bagus, sahabat berubah jadi musuh hanya karena mereka menyukai satu pria yang sama."

Valen menjeda kalimatnya. "Kyara pernah bilang sama gue, nggak ada yang namanya persahabatan dalam hal mencintai, semua orang berhak memperjuangkan cintanya dan sekarang aku ingin memperjuangkan kak Zio. Apa itu salah?"

"Valen lo bukan PHO, gue tahu itu. Jadi jauh-jauh dari Kyara biar otak lo nggak diracuni sama dia," Valen mengendikkan bahunya.

Kenzio cukup tertarik dengan perdebatan dua orang yang sama-sama keras kepalanya. "Valen, saya rasa kamu cukup paham dengan perkataan Zea, kamu jangan jadi duri di antara hubungan kami."

"Kak Zio tapi tante Safira-"

Kenzio menyela ucapannya. "Yasudah kamu menikah saja dengan mama saya."

Zea tersenyum menang karena pembelaan dari Kenzio. "So, jangan dekat-dekat sama my future husband."

Bokong Valen terangkat kemudian ia keluar dari ruangan Kenzio tanpa permisi dengan perasaan kesal kemudian ia mengeluarkan ponselnya dan mengirim pesan whatsapp ke Safira.

Valen : Tan, Zea dan kak Zio makin dekat. Valen harus gimana, tante?

***

Saat Valen menunggu Grab car pesanannya tiba-tiba berhenti sebuah mobil di depannya, Valen mengernyitkan keningnya melihat wajah laki-laki yang baru saja menurunkan kaca jendela mobilnya.

Valen melenggang pergi malas berurusan dengan bocah SMP itu siapa lagi kalau bukan Iqbal.

"Bapak pulang aja, biar saya nanti pulangnya minta antar om Zio!" ujar Iqbal kepada supirnya.

Buru-buru Iqbal keluar dari mobilnya dan langsung mencekal tangan Valen. "Mau kemana? Takut sama gue?" tanya Iqbal sinis.

Dasar Iqbal nyebelin!

Valen melepas cekalan tangan Iqbal. "Lo ke sini mau ke kantornya Kenzio 'kan? Yaudah sana, ngapain urusin gue!"

Iqbal tersenyum sinis. "Lo pasti abis PHO-in hubungan kakak gue 'kan? lo mau pelet om gue? Lo mau rayu om gue? Dengar ya Valen, mending lo jauh-jauh dari om gue karena lo sama sekali nggak pantas buat dia."

Valen menaikkan sebelah alisnya. "Letak nggak pantasnya di mana?"

"Karena lo cuma angka satu sedangkan om Zio sepuluh, satu sama sepuluh itu jaraknya jauh jadi mustahil untuk berdekatan apalagi menyatu!"

Iqbal selalu pintar membuat Valen tak bisa berkutik, Valen sudah kehabisan kata-kata untuk menjawab ucapan Iqbal, untung saja setelah itu muncul grab pesanan Valen jadi ia tidak perlu berlama-lama dengan laki-laki model Iqbal yang bermulut nyinyir.

Setelah itu Iqbal langsung ke kantor Kenzio. Ia sengaja datang ke kantor om-nya itu untuk meminta playstation baru, Kenzio itu royal apalagi sama Iqbal.

***

"Sial! Ra, gue harus gimana? Susah banget taklukin Kenzio," cerocos Valen saat baru mendaratkan pantatnya di sofa ruang tamu Kyara. Di situ ada Alvin dan Kyara.

Kyara menaikkan sebelah alisnya. "Lo udah lakuin tips yang gue suruh?"

Valen mengangguk. "Udah, Ra. Saat gue lagi cium Kenzio tiba-tiba Zea datang!"

"Lho malah bagus dong, Zea pasti cemburu dan dia lari sambil nangis kayak di drama-drama kebanyakan."

Valen mendelik kesal. "Otak drama lo, jauh banget dari ekspetasi lo, dia sama sekali nggak nangis apalagi sampai lari. Mereka justru mojokin gue."

Alvin yang sedari tadi menyimak mengerti kemana arah pembicaraan Valen dan Kyara. "Licik lo, Len. Gue kura lo sahabat baiknya Zea ternyata lo busuk!"

Valen melempar kulit kacang yang ada di atas meja ke wajah Alvin. "Ngaca, mas. Lo kira lo lebih baik dari gue? Lo lupa pernah selingkuh dengan Kyara, apa yang lo lakuin lebih jahat dari gue!"

"Disakiti oleh sahabat lebih sakit daripada disakiti oleh pacar."

"Nggak usah sok bijak."

"Gue ngomong fakta, Len."

Sementara Kyara lebih asyik dengan aplikasi instagramnya daripada mendengarkan perdebatan Alvin dan Valen.

Postingan timeline teratasnya muncul video yang baru saja di-upload oleh Arka.

"Gimana gue nggak iri sama Zea, mantannya cakep, doinya apalagi."

***

Alvin

Alvin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Rahasia Hati (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang