Sembilan

25.7K 2.4K 105
                                    

"Mekdi, burger buto, pizza, tas chanel dan tiket liburan ke Bali seminggu," kalimat itu begitu lancar keluar dari bibir mungil Valen setelah tahu bahwa sahabatnya ini sudah melepas masa jomblonya alias sudah taken.

Zea memutar matanya malas. "Pj sih pj Len tapi jangan rampok gue juga! Gue itu masih anak sekolahan, duit aja masih minta orang tua."

"Cih, drama lo. Bokap lo tajir, doi lo apalagi. Lo minta Lamborgini Aventador juga pasti dikasih kali."

Zea menyentil kening Valen. "Mending lo main ke apartemen, gue baru download drama korea."

"Jadi maksud lo, pj-nya itu drama korea?" Zea mengangguk polos.

Valen menghela napas kesal. "Seribu drama korea juga, bisa gue download sendiri kali. Di rumah gue ada wifi, di sekolah ada, di kafe tempat gue nongkrong juga ada. Gue bisa download sendiri! Pokoknya lo mesti traktir gue, gue nggak mau tahu!"

"Kalau lo minta yang kayak tadi sih gue ogah, kalau lo minta traktir es cendol sih gue pasti mau!"

Valen menyeringai. "Yaudah pj-nya ganti deh. Minta id line atau nomor whatsapp adik lo yang unyu itu dong."

"Iqbal maksud lo?" Valen mengangguk.

"Astaga, Iqbal masih kecil. Baru kelas 9. Lo mau dicap tante doyan berondong?"

"Lagi jaman kali pacarnya sama berondong. Lo lihat itu Andika sama Ussy mereka langgeng sampai sekarang padahal jarak mereka terpaut jauh apalagi status Ussy yang jendong."

"Lo juga mesti lihat dong Yuni Shara dan Raffi Ahmad, mereka udah pacaran lama tapi akhirnya putus juga. Bisa jadi 'kan lo sama Iqbal kayak gitu. Lagian lo bisa cari cowok lain jangan adik gue. Dia masih terlalu kecil buat ngerti cinta-cintaan."

"Gaya lo, masih terlalu kecil. Lo aja pacaran pas SMP kali."

"Itu 'kan khilaf, Valen!"

"Terserah lo, ke kelas yuk. Udah mau bel nih."

Mereka melenggang pergi dari kantin karena sebentar lagi waktu istirahat berakhir.

***

Safira sudah memberi kabar kepada Kenzio bahwa sudah sampai di Jakarta dan sekarang sedang on the way kantornya Kenzio. Lebih memilih naik taksi daripada dijemput oleh anak bungsunya itu.

Beberapa saat kemudian muncul seorang wanita paruh baya dari balik pintu. Terlihat jelas bahwa wanita itu tidak muda lagi, garis penuaan sudah terlihat di wajahnya. Kenzio menyambut kehadiran sang mama dengan penuh suka cita, ia mencium tangan mamanya kemudian memeluknya begitu erat. Kalau dipikir-pikir mereka sudah lama tidak bertemu. 1 tahun, 2 tahun, 3 tahun, entahlah.

Kenzio menuntun mamanya duduk di sofa. "Anak nakal tidak tahu pulang ke rumah, padahal mama kangen sama kamu," ujar Safira membuat Kenzio terkekeh.

"Zio juga kangen mama tapi Zio lagi sibuk di sini," memanggil dirinya dengan Zio kepada orangtuanya sampai sekarang belum berubah.

"Yes i know. Anak mama yang satu ini Workaholik!"

"Zio, sekarang sudah tambah dewasa, udah punya perempuan yang dikenalin ke mama belum?" lanjut Safira.

Haruskah aku kasih tahu sekarang tentang Zea? Tapi lebih cepat lebih baik. Ok, tarik napas Zio!

Kenzio mengangguk. "Ada ma."

"Siapa?"

"Zea."

Mata Safira seperti ingin keluar dari tempatnya saat Kenzio menyebut nama Zea sebagai kekasihnya. Safira langsung mengeluarkan protesnya. "Kenzio! Sudah berapa kali mama bilang, jangan Kanzea! She's your nephew!"

Rahasia Hati (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang