Dua belas

23K 2.3K 221
                                        

Untung hari ini pembagian raport jam 9 jadi Zea tidak perlu buru-buru ke sekolah yang jarak 1 jam dari rumahnya jika tidak macet. Memulai hari tanpa Kenzio memang berat karena ia sudah terbiasa tinggal bersama pria dingin itu.

'Kan Zea jadi rindu Ken.

Setelah sarapan bersama orangtuanya dan Iqbal, Zea berangkat sekolah diantar oleh Gavril meski kantor Gavril tidak searah dengan sekolah Zea.

Zea melangkahkan kakinya ke kelas XII ipa1, jujur ia malas masuk kelas karena membuat hatinya sakit melihat Valen apalagi duduk bersama Valen. Saat sampai di kelas, Zea melihat Valen sedang duduk sambil membaca novel.

"Kiki, tukaran tempat duduk dong!" siswi yang bernama Kiki itu menatap Zea heran setelah itu ia menggeleng. "Gue udah terlanjur nyaman sama tempat duduk gue."

Zea menghembuskan napasnya kesal, kalau dipikir-pikir mana mau sih anak-anak pindah tempat duduk setelah merasa nyaman di tempat duduknya sendiri apalagi tempat duduk Zea di deretan tengah paling depan dan itu tempat yang paling dihindari oleh kebanyakan orang.

Dengan terpaksa Zea duduk di tempatnya sebelah Valen, ia mengeluarkan ponselnya kemudian stalking artis favoritnya yaitu Alvaro Mel.

"Doi udah putus sama Lucia?" gumam Zea setelah melihat di following-nya Alvaro Mel tidak ada akunnya Lucia.

Valen ikut menangapi. "Iya, kayaknya setelah Mel balik dari Bali." Valen dan Zea memang punya idola yang sama.

Zea menghembuskan napasnya kesal. "Gue nggak ngomong sama lo!"

Setelah itu wali kelas XII ipa1 masuk ke dalam kelas dan membawa raport seiswa/i. Mereka semua tampak tegang semester ini akan dapat peringkat berapa. Kecuali Zea, ia sama sekali tidak tegang karena sudah pasti akan mendapat ranking satu.

"Ok, saya akan membacakan ranking 3-1 ya,"

Satu kelas hening, mereka menunggu pengumumana dari Ibu Intan selaku wali kelasnya. "Ranking tiga diraih oleh Alvinsyah Abimanyu." Alvin maju ke depan untuk mengambil raport-nya, ia termasuk siswa yang cerdas hanya saja saingannya di kelas XII ipa1 terlalu berat makanya ia hanya mampu meraih rangking tiga.

Ibu Intan kembali mengumumkan. "Ranking dua diraih oleh Kyara Floreta Ananta." Kyara tampak kecewa karena semenjak satu kelas dengan Zea dari kelas 10, ia tidak pernah lagi mendapat rangking satu padahal dari SD sampai SMP selalu mendapat ranking satu. Walau begitu, Kyara tetap maju ke depan untuk mengambil raport-nya.

"Kalian pasti sudah bisa menebak siapa yang mendapat ranking satu, siapa lagi kalau bukan Kanzea Navrilia Alesha, selamat Zea kamu mendapat ranking pertama." Zea maju ke depan seraya tersenyum bahagia karena lagi dan lagi ia meraih peringkat itu.

Setelah memberikan roport Zea, Ibu Intan kembali membagikan raport kepada siswa/i lain. Valen maju ke depan setelah namanya dipanggil, ia mendapat ranking empat.

"Gue selalu jadi yang pertama di kelas tapi kenapa gue selalu kalah dalam urusan cinta," gerutu Zea.

Setelah selesai Ibu Intan membagikan raport-nya, ia meminta Zea untuk ikut ke ruangannya. Zea berjalan di samping Ibu Intan.

Saat sampai di ruangan, Zea duduk di hadapan Ibu Intan. "Jadi begini Zea, ibu mau merekomendasikan kamu untuk mengikuti program beasiswa ke Universitas Oxford, dilihat dari prestasi kamu itu, kamu mampu ke sana."

Zea tampak berpikir, Universitas Oxford jauh sekali. Kalau Zea kuliah di sana otomatis ia tinggal sendiri dan rasanya ia tidak sanggup hidup terlalu jauh dari orangtuanya.

"Kalau kamu minat, bulan depan akan ada test, kamu bisa mengikutinya. Ini peluang, Zea. Sayang kalau tidak diambil."

Zea menggeleng. "Terlalu jauh, bu."

Ibu Intan tersenyum tipis. "Masih ada pesawat, Zea. Banyak orang yang mengincar Universitas Oxford tapi tidak semua orang bisa mendapatkannya. Ini peluang besar untuk masa depan kamu, Zea."

"Iya, bu. Saya coba pikirkan lagi kalau saya sudah menemukan jawabannya, saya akan kasih tahu ibu."

"Baiklah, Zea."

"Saya permisi, Bu."

Zea keluar ruangan dan menuju kelasnya untuk mengambil tas setelah itu pulang, untuk apa berlama-lama di sekolah jika tidak ada yang menyenangkan.

"Selalu jadi nomor satu di kelas tapi doinya ketikung mulu ya," sindir Kyara saat Zea hendak mengambil tasnya.

Zea tidak menggubris tapi Kyara tetap menyindirnya. "Kasihan banget, kalau gue jadi lo sih mending mati aja."

"Diam!" ujar Zea setengah berteriak dan ia menatap Valen. "Selain Kyara, lo kasih tahu siapa lagi hah? Lo bahagia 'kan bisa mendapatkan Ken!" tidak peduli ucapannya didengar oleh anak-anak di kelasnya.

Valen tersenyum tipis. "Gue nggak muna sih, Ze. Siapa yang bakal menolak Kenzio, pria yang mempunyai sejuta pesona yang memabukkan."

"Berengsek lo, katanya sahabat!"

Kyara ikut menimpali. "Dalam urusan cinta nggak ada yang namanya persahabatan karena semua orang berhak mendapatkan yang terbaik!" mengabaikan ucapan Kyara, Zea langsung melenggang pergi.

***

"Hai, kembali lagi dengan gue, Valen si penyiar cantik nan unyu. Malam ini gue nggak mau ngomong panjang lebar, langsung aja gue mau persembahkan lagu jangan bersedih dari Tiffany Kenanga buat para pendengar yang baru putus cinta."

Zea memang suka mendengar radio dikala hatinya sepi karena menurutnya suara berisik dari sang penyiar bisa sedikit menghibur tapi untuk kali ini ia merasa tidak terhibur karena si penyiar sendiri penyebab kesedihannya, ia kira jadwal penyiar sekarang bukan Valen.
"Maksudnya apa coba putar lagu itu, sengaja banget nyindir gue?" Zea langsung mencabut headset dari ponselnya dan melempar ke sembarang arah.

"Zea, ayo turun. Nenek Safira mau pamit sayang," Zea bergeming mendengar suara Alana dari balik pintu. Ia malas bertemu Safira karena wanita itu yang tega memisahkan dirinya dengan Kenzio.

"Ada Kenzio juga di bawah, kita antar nenek Safira ke bandara."

Zea membuka pintu kamarnya dan menatap Alana yang sedang berdiri. "Mager, ma. Zea di kamar aja."

"Yasudah, mama pergi dulu. Jangan lupa makan."

Zea mengangguk, kemudian masuk kembali ke kamar. sementara Alana menemui Gavril, Kenzio dan Safira di ruang tamu. "Zea katanya di rumah saja."

"Boleh aku ke kamarnya Zea?" ujar Kenzio yang diangguki oleh Alana dan Gavril.

***

Kenzio mengetuk pintu kamar Zea tanpa bersuara dan setelah pintu itu terbuka, ia memeluk tubuh mungil itu begitu erat, rasanya ia tak ingin melepaskan pelukan ini. Zea tidak membalas juga tidak memberontak. "I miss you, my sunshine."

Setelah cukup lama mereka berpelukan, Kenzio melepaskannya dan menatap Zea. "Dapat ranking berapa?"

"Satu."

Kenzio tersenyum. "Kalau begitu siap-siap. Besok kita ke Bangka Belitung."

Zea menggeleng. "Lupakan tentang impian Zea yang itu."

Kenzio menggenggam tangan Zea. "Sebelum kita benar-benar saling melepaskan, kita harus menciptkan kenangan yang indah."

Zea meneteskan air mata seraya menggeleng. "Itu akan buat Zea semakin sulit ikhlas, Ken!"

"Please...," mohon Kenzio untuk kesekian kalinya.

***

Mungkin aku termasuk author yang jahat kali ya suka menyiksa hati tokoh utamanya wkwk. Tapi sedikit bocoran, konflik di cerita ini tidak serumit Alana.

Rahasia Hati (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang