Alana sedang menikmati sore hari di pinggir kolam bersama Gavril, dengan kakinya diayunkan ke air dan kepalanya bersandar ke pundak Gavril. Usia pernikahanya sudah belasan tahun tapi mereka layaknya ABG yang kasmaran. Mereka tidak bosan-bosan mengutarakan rasa sayang satu sama lain.
Gavril menggenggam erat jemari Alana seraya menciumi puncak kepala istrinya itu dengan penuh kelembutan. "Sebenarnya nggak masalah jika Zea dan Zio bersatu 'kan?" Gavril tiba-tiba berucap seperti itu.
"Zio hanya sepupuku dan walaupun Zea termasuk keponakan Zio tapi mereka sudah beda generasi. Jadi nggak masalah 'kan?" lanjutnya.
Alana menganggukkan kepalanya. "Sepertinya Zio juga menyayangi Zea dan selama ini mereka cukup dekat."
Semua keluarganya juga tahu semasa kecil Kenzio possesive terhadap Zea dan entah kenapa mulai beranjak remaja sampai sekarang ia berubah jadi dingin.
Tiba-tiba Zea dan Kenzio datang. Ini adalah weekend, jadi Zea pulang ke rumahnya dan tentu diantar oleh Kenzio.
"Apalah daya Zea yang jomblo, cuma bisa envy melihat keromantisan Mams sama Paps."
Gavril dan Alana langsung beranjak dari kolam. "Kamu bantuin Mama masak, Zea. Kita buat makan malam bareng." Zea mengacungkan jempolnya dan mengikuti mamanya ke dapur. Sementara Kenzio mengikuti Gavril ke ruang tengah.
"Iqbal mana, Bang?" tanya Kenzio karena sedari tadi tidak melihat Iqbal.
"Lagi main sama teman-temannya."Setelah itu terjadi keheningan, Kenzio tidak tahu lagi apa yang harus dibicarakan. Kebawelan Kenzio semasa kecil entah sudah hilang kemana.
"Zio, kamu nggak sadar, kamu berubah. Dulu kamu bawel, banyak bicara, nggak bisa diam dan sangat menyebalkan. Tapi sekarang lebih banyak diam. Kenapa?" pertanyaan itu sudah lama ingin Gavril tanyakan. Mungkinkah ada sesuatu yang menjadi penyebab diamnya Kenzio.
Kenzio tersenyum tipis. "Nggak ada, Bang. Cuma pria cool itu lebih keren daripada pria bermulut bawel seperti perempuan."
"Abang pikir karena kamu mau mengubur rasa sayang kamu ke Zea," goda Gavril.
"Nggak ada hubungannya."
"Kamu masih sayang Zea?" Kenzio kaget mendengar pertanyaan Gavril.
Darimana dia tahu?
"Zio, kamu tahu apa yang sering kamu ucapkan waktu kecil? Kamu ingin menikahi Zea."
Benarkah?
"Terbuka sama Abang, Abang nggak akan memberi tahu Zea."
Kenzio menghela napasnya kemudian mengangguk. "Aku sayang dia, Bang. Tapi aku nggak mungkin menikahi keponakanku sendiri."
Gavril tersenyum tipis. "Nggak masalah. Kamu bukan adik kandung Abang, setahu abang menikah dengan anak sepupu itu tidak apa-apa."
"Tapi mama nggak setuju, Bang. Mama benar-benar menentang aku menikahi Zea, walaupun boleh di mata hukum dan agama tapi tetap saja mama nggak mau aku menikahi keponakanku sendiri."
"Walaupun Zea anaknya abang sepupu aku tapi status Zea masih dikatakan keponakanku."
Gavril juga tidak bisa berbicara apa-apa karena Safira —Mama Kenzio— sendiri yang melarang.
"Kenapa tante Safira melarang?"
"Kata mama; selama masih ada perempuan lain kenapa harus keluarga sendiri?"
***
Kenapa perjalanan cintaku harus serumit ini? Kenapa aku harus mencintai keluargaku sendiri? Aku mencoba menepisnya tapi rasa ini nggak kunjung hilang justru semakin besar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Hati (END)
RomansaSebagian part diprivate, mari follow dulu sebelum baca. Terima kasih. *** Kisah klise, tentang seorang laki-laki yang memendam perasaan kepada gadis kecil yang merupakan anak dari Abang sepupunya. Di saat mereka menjalin hubungan, restu dari sang Ib...